Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sifat-sifat yang justru diam dalam keterpurukan, suka cemburu serta<br />
senang menjelekkan orang lain, diyakini sebagai faktor pemicu dan pemacu pola<br />
pikir dan pola hidup yang serba instan dan pragmatis. Cara pikir demikian pada<br />
akhirnya mendorong terbentuknya gaya hidup materialistis.<br />
Sifat materialistis tersebut akhirnya menjauhkan wanita dari rasa cinta.<br />
Sehingga pada baris selanjutnya, penyair menulis ‘One dull man, dulling and<br />
uxorious. Kalimat ini menggambarkan betapa sifat materialistis wanita telah<br />
membutakannya dari pertimbangan-pertimbangan rasional. Bahkan, ketika datang<br />
seorang lelaki yang sangat menjemukan dan tidak menarik namun jika lelaki<br />
tersebut mampu memberikan apa yang wanita inginkan, maka wanita-wanita ini<br />
akan melayani lelaki tersebut dengan senang hati.<br />
Kalimat ini sekaligus menggarisbawahi bahwa cinta tidak lagi menjadi<br />
yang utama bagi wanita. Bagi mereka, cinta hanyalah angin sorga yang tidak bisa<br />
memenuhi kebutuhan duniawi. Melalui kalimat ini penyair juga ingin<br />
menunjukkan bahwa wanita sudah tidak mementingkan cinta lagi. Wanita mau<br />
melayani pria meskipun ia tidak mencintainya, asalkan pria tersebut mampu<br />
memberinya harta yang berlimpah. Inilah titik nadir, yang menggambarkan wanita<br />
berada pada posisi yang terendah karena akumulasi karakteristik negatif yang<br />
dimilikinya, dan bahkan dipertahankannya.<br />
Tidak hanya sampai di sini penyair menggambarkan kejelekan wanita,<br />
bahkan pada baris selanjutnya penyair menulis ‘One average mind-with one<br />
thought less, each year’ untuk menggambarkan kemampuan wanita dalam<br />
berfikir. Kemampuan berfikir, merupakan indikator utama yang menentukan