You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
prevalensi diatas prevalensi nasional. Indeks DMF-T lebih tinggi pada perempuan (5,0) dibanding<br />
laki-laki (4,1). Namun untuk kuintil indeks kepemilikan, semakin tinggi kuintil, semakin rendah nilai<br />
DMF-T, hal ini terlihat pada kuintil indeks kepemilikan terbawah nilai DMF-T nya 5,1, sedangkan<br />
untuk yang teratas nilai DMF-T nya lebih rendah (3,9%).<br />
Disabilitas<br />
Bahasan disabilitas bertujuan mendapatkan pemahaman seutuhnya tentang pengalaman hidup<br />
penduduk karena kondisi kesehatan termasuk penyakit atau cedera yang dialami. Setiap orang<br />
memiliki peran tertentu, seperti bekerja dan melaksanakan kegiatan/aktivitas rutin yang diperlukan.<br />
Kuesioner disabilitas dikembangkan oleh WHO untuk mendapatkan informasi sejauh mana<br />
seseorang dapat memenuhi perannya di rumah, tempat kerja, sekolah atau area sosial lain, hal<br />
yang tidak mampu dilakukan atau kesulitan melakukan aktivitas rutin (WHO, 2010). Informasi<br />
besaran masalah disabillitas dapat dimanfaatkan untuk menyusun prioritas dan mengevaluasi<br />
efektivitas dan kinerja program kesehatan.<br />
<strong>Riskesdas</strong> <strong>2013</strong> menunjukkan 83 persen penduduk Indonesia disability free. Interpretasi lain adalah<br />
penduduk Indonesia cenderung tidak menganggap kesulitan sangat ringan yang dialami dalam<br />
melakukan aktivitas rutin, sebagai hal yang menyulitkan. Menggunakan komponen pembanding<br />
<strong>Riskesdas</strong> 2007, prevalensi disabilitas 11 persen. Status disabilitas berbanding lurus dengan umur,<br />
namun berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan. Kelompok<br />
nelayan dan non pekerja merupakan kelompok dengan disabilitas tertinggi. Sulawesi Selatan<br />
merupakan provinsi dengan prevalensi disabilitas tertinggi, DIY terendah.<br />
Kesehatan jiwa<br />
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat<br />
terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang<br />
pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang<br />
tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan<br />
terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen.<br />
Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi<br />
Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.<br />
Pengetahuan, sikap, dan perilaku<br />
Pengetahuan, sikap dan perilaku dikumpulkan pada penduduk kelompok umur 10 tahun atau lebih.<br />
Jumlah responden adalah 835.258 orang.<br />
Berdasarkan analisis kecenderungan secara rerata nasional, terdapat peningkatan proporsi<br />
penduduk berperilaku cuci tangan secara benar pada tahun <strong>2013</strong> (47,0%) dibandingkan tahun 2007<br />
(23,2%). Demikian pula dengan perilaku BAB benar terjadi peningkatan dari 71,1 persen menjadi<br />
82,6 persen. Peningkatan tertinggi proporsi penduduk berperilaku cuci tangan benar terjadi di<br />
Bangka Belitung dengan besar kenaikan 35,0 persen (20,6% pada tahun 2007 menjadi 55,6% pada<br />
<strong>2013</strong>). Peningkatan terbesar proporsi penduduk berperilaku BAB benar terjadi di Sumatera Barat<br />
sebesar 14,8 persen.<br />
Rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12,3<br />
batang (setara satu bungkus). Jumlah rerata batang rokok terbanyak yang dihisap ditemukan di<br />
Bangka Belitung (18 batang). Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34 tahun<br />
sebesar 33,4 persen, pada laki-laki lebih banyak di bandingkan perokok perempuan (47,5% banding<br />
1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan, petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif setiap hari yang<br />
mempunyai proporsi terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Proporsi perokok<br />
setiap hari tampak cenderung menurun pada kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi.<br />
Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat<br />
dalam <strong>Riskesdas</strong> (34,2%), <strong>Riskesdas</strong> 2010 (34,7%) dan <strong>Riskesdas</strong> <strong>2013</strong> (36,3%). Proporsi tertinggi<br />
xi