18.04.2014 Views

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Rawat jalan<br />

Sebanyak 10,4 persen penduduk Indonesia dalam satu bulan terakhir melakukan rawat jalan dan<br />

biaya rerata yang dikeluarkan sebesar Rp.35.000. DI Yogyakarta merupakan provinsi tertinggi yang<br />

melakukan rawat jalan (16,3%) dengan biaya rerata sebesar Rp.35.000. Bengkulu merupakan<br />

provinsi terendah dalam pemanfaatan fasilitas rawat jalan (3,5%) dengan pengeluaran rerata<br />

sebesar Rp.35.000. Rerata pengeluaran terbesar rawat jalan Rp.100.000 di Papua.<br />

Sumber biaya rawat jalan secara keseluruhan untuk Indonesia masih didominasi (67,9%)<br />

pembiayaan yang dibayar oleh pasien sendiri atau keluarga (out of pocket), kemudian berturut-turut<br />

disusul pembiayaan oleh Jamkesmas (14,2%) dan Jamkesda (5,8%), sedangkan yang terendah<br />

adalah pembiayaan oleh asuransi swasta (0,7%). Sumber biaya rawat jalan dari Askes/ASABRI<br />

sebesar 3,2 persen, Jamsostek 2,0 persen, tunjangan kesehatan perusahaan 1,8 persen, sumber<br />

lainnya 3,3 persen dan sebanyak 1,1 persen dibiayai lebih dari satu sumber.<br />

Rawat inap<br />

Dalam satu tahun terakhir 2,3 persen penduduk Indonesia melakukan rawat inap dengan biaya<br />

rerata sebesar Rp.1.700.000. Penduduk DI Yogyakarta ternyata selain tertinggi dalam pemanfaatan<br />

rawat jalan juga tertinggi untuk pemanfaatan rawat inap yaitu sebesar 4,4 persen dengan biaya<br />

rerata dalam satu tahun terakhir sebesar Rp.2.000.000 disusul oleh Sulawesi Selatan (3,4%)<br />

dengan biaya rerata sebesar Rp.800.000. Penduduk Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan Barat<br />

merupakan tiga provinsi terendah untuk pemanfaatan rawat inap yaitu dengan besaran yang sama<br />

sebesar 0,9 persen. Besaran biaya diantara tiga provinsi tersebut berbeda-beda, Bengkulu sebesar<br />

Rp.1.000.000, Lampung Rp.2.000.000 dan Kalimantan Barat sebesar Rp.1.450.000. Pengeluaran<br />

untuk rawat inap terbesar adalah di DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp.5.000.000.<br />

Sumber biaya yang dipakai untuk rawat inap pada semua fasilitas kesehatan di Indonesia masih<br />

didominasi oleh biaya sendiri (out of pocket), yaitu sekitar 53,5 persen. Selanjutnya berturut-turut<br />

adalah Jamkesmas 15,6 persen, Jamkesda 6,4 persen, Askes/ASABRI 5,4 persen, sebanyak 4,9<br />

persen penduduk indonesia yang rawat inap menggunakan lebih dari satu sumber biaya dan 4,8<br />

persen dari sumber lainnya. Sementara itu sumber biaya untuk rawat inap dari Jamsostek<br />

digunakan oleh 3,5 persen RT, 1,8 persen dari asuransi kesehatan swasta dan 4,0 persen dari<br />

tunjangan kesehatan perusahaan.<br />

Kesehatan reproduksi<br />

Blok Kesehatan Reproduksi yang dikumpulkan bertujuan untuk menyediakan informasi cakupan<br />

pelayanan kesehatan ibu terkait dengan indikator MDG yaitu pelayanan KB, pelayanan kesehatan<br />

selama masa hamil sampai masa nifas.<br />

Permasalahan kesehatan reproduksi di mulai dengan adanya perkawinan/hidup bersama. Di antara<br />

perempuan 10-54 tahun, 2,6 persen menikah pertama kali pada umur kurang dari 15 tahun dan 23,9<br />

persen menikah pada umur 15-19 tahun. Menikah pada usia dini merupakan masalah kesehatan<br />

reproduksi karena semakin muda umur menikah semakin panjang rentang waktu untuk<br />

bereproduksi.<br />

Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada<br />

umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19<br />

tahun) sebesar 1,97 persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program<br />

keluarga berencana (KB) akan mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia.<br />

Pelaksanaan program keluarga berencana dinyatakan dengan pemakaian alat/cara KB saat ini.<br />

Pemakaian alat KB modern yang dinyatakan dengan CPR modern di antara WUS (wanita usia<br />

kawin 15-49 tahun) merupakan salah satu dari indikator universal akses kesehatan reproduksi. <strong>Hasil</strong><br />

<strong>Riskesdas</strong> <strong>2013</strong>, pemakaian cara/alat KB di Indonesia sebesar 59,7 persen dan CPR modern<br />

sebesar 59,3 persen. Diantara penggunaan KB modern tersebut, sebagian besar menggunakan<br />

cara KB suntikan (34,3%), dan merupakan penyumbang terbesar pada kelompok non MKJP dan<br />

xiii

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!