18.04.2014 Views

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sehingga dapat dilakukan analisis kecenderungan proporsi penduduk umur >10 tahun yang<br />

mengonsumsi kurang sayur dan buah.<br />

Pada gambar 3.10.6 terlihat bahwa secara nasional tidak terjadi perubahan yang berarti antara<br />

data 2007 dan <strong>2013</strong>. Perubahan yang paling menonjol terjadi di Gorontalo, dengan proporsi<br />

kurang konsumsi sayur dan buah semakin meningkat, dari 83,5 persen menjadi 92,5 persen.<br />

100,0<br />

93,5<br />

95,0<br />

90,0<br />

93,6<br />

85,0<br />

80,0<br />

75,0<br />

DIY<br />

Lampung<br />

Papua<br />

NTT<br />

Jatim<br />

Jateng<br />

Papua Barat<br />

Maluku<br />

Maluku Utara<br />

Gorontalo<br />

Sumut<br />

Aceh<br />

Kalteng<br />

Kaltim<br />

Indonesia<br />

Kep. Riau<br />

Bali<br />

Sulut<br />

Sultra<br />

Sulteng<br />

NTB<br />

DKI<br />

Bengkulu<br />

Kalbar<br />

Jambi<br />

Banten<br />

Jabar<br />

Babel<br />

Sumsel<br />

Sulsel<br />

Sumbar<br />

Sulbar<br />

Riau<br />

Kalsel<br />

2007 <strong>2013</strong><br />

Gambar 3.10.6<br />

Kecenderungan proporsi penduduk ≥10 tahun kurang makan sayur dan buah menurut provinsi,<br />

Indonesia 2007 dan <strong>2013</strong><br />

3.10.5. Pola konsumsi makanan berisiko<br />

Perilaku konsumsi makanan berisiko, antara lain kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman<br />

manis, asin, berlemak, dibakar/panggang, diawetkan, berkafein, dan berpenyedap adalah<br />

perilaku berisiko penyakit degeneratif. Perilaku konsumsi makanan berisiko dikelompokkan<br />

‘sering’ apabila penduduk mengonsumsi makanan tersebut satu kali atau lebih setiap hari.<br />

Tabel 3.10.9 mempresentasikan proporsi penduduk ≥10 tahun dengan makanan berisiko menurut<br />

provinsi. Konsumsi makanan/minuman manis ≥1 kali dalam sehari secara nasional adalah 53,1<br />

persen (Gambar 3.10.7). Lima provinsi dengan proporsi tertinggi dilaporkan di Kalimantan<br />

Selatan (70,4%), DI Yogyakarta (69,2%), Kalimantan Tengah (67,6%), Sumatera Selatan (63,3%)<br />

dan Sumatera Utara (62,5%) (Tabel 3.10.9).<br />

Proporsi nasional penduduk dengan perilaku konsumsi makanan berlemak, berkolesterol dan<br />

makanan gorengan ≥1 kali per hari 40,7 persen (Gambar 3.10.7). Lima provinsi tertinggi di atas<br />

rerata nasional adalah Jawa Tengah (60,3%), DI Yogyakarta (50,7%), Jawa Barat (50,1%), Jawa<br />

Timur (49,5%), dan Banten (48,8%). (Tabel 3.10.9).<br />

Hampir empat dari lima (Gambar 3.10.7) penduduk Indonesia mengonsumsi penyedap ≥1 kali<br />

dalam sehari (77,3%), tertinggi di Bangka Belitung (87,4%) terendah di Aceh (37,9%). (Tabel<br />

3.10.9). Untuk mengetahui karakteristik penduduk ≥10 tahun yang mengonsumsi makanan<br />

berisiko dapat dilihat pada buku <strong>Riskesdas</strong> <strong>2013</strong> dalam angka.<br />

143

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!