18.04.2014 Views

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan<br />

prelakteal pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam<br />

setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen<br />

dan terendah di Papua Barat (21,7%).<br />

<strong>Riskesdas</strong> <strong>2013</strong> menyajikan informasi prevalensi anak usia 24-59 bulan yang mengalami kecacatan.<br />

Kecacatan yang dimaksud adalah semua kecacatan yang dapat diobservasi, termasuk karena<br />

penyakit atau trauma/kecelakaan. Data ini menunjukkan bahwa persentase anak tuna wicara dan<br />

tuna netra meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan hasil <strong>Riskesdas</strong> 2010.<br />

Persentase cara perawatan tali pusar pada anak usia 0-59 bulan dengan tidak diberi apa-apa<br />

meningkat dari 2010 (11,6%) menjadi 24,1 persen di <strong>2013</strong>, tetapi yang diberi betadine/alkohol masih<br />

lebih besar (68,9%). Persentase pernah disunat pada anak perempuan usia 0-11 tahun sebesar<br />

51,2 persen, tertinggi di Gorontalo (83,7%), dan terendah di Nusa Tenggara Timur (2,7%).<br />

Kesehatan indera<br />

Prevalensi kebutaan nasional sebesar 0,4 persen, jauh lebih kecil dibanding prevalensi kebutaan<br />

tahun 2007 (0,9%). Prevalensi kebutaan penduduk umur 6 tahun keatas tertinggi ditemukan di<br />

Gorontalo (1,1%) diikuti Nusa Tenggara Timur (1,0%), Sulawesi Selatan, dan Bangka Belitung<br />

(masing-masing 0,8%). Prevalensi kebutaan terendah ditemukan di Papua (0,1%) diikuti Nusa<br />

Tenggara Barat dan DI Yogyakarta (masing-masing 0,2%).<br />

Prevalensi severe low vision penduduk umur 6 tahun keatas secara nasional sebesar 0,9 persen.<br />

Prevalensi severe low vision tertinggi terdapat di Lampung (1,7%), diikuti Nusa Tenggara Timur dan<br />

Kalimantan Barat (masing-masing 1,6%). Provinsi dengan prevalensi severe low vision terendah<br />

adalah DI Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua Barat dan Papua (masing-masing 0,4%).<br />

Prevalensi pterygium, kekeruhan kornea, dan katarak secara nasional berturut-turut adalah 8,3<br />

persen; 5,5 persen; dan 1,8 persen. Prevalensi pterygium tertinggi ditemukan di Bali (25,2%), diikuti<br />

Maluku (18,0%) dan Nusa Tenggara Barat (17,0%). Provinsi DKI Jakarta mempunyai prevalensi<br />

pterygium terendah, yaitu 3,7 persen, diikuti oleh Banten 3,9 persen.<br />

Prevalensi kekeruhan kornea tertinggi juga ditemukan di Bali (11,0%), diikuti oleh DI Yogyakarta<br />

(10,2%) dan Sulawesi Selatan (9,4%). Prevalensi kekeruhan kornea terendah dilaporkan di Papua<br />

Barat (2,0%) diikuti DKI Jakarta (3,1%).<br />

Prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).<br />

Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%). Tiga<br />

alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena ketidaktahuan (51,6%),<br />

ketidakmampuan (11,6%), dan ketidakberanian (8,1%).<br />

Prevalensi ketulian Indonesia sebesar 0,09 persen dan prevalensi tertinggi ditemukan di Maluku<br />

(0,45%), sedangkan yang terendah di Kalimantan Timur (0,03%). Prevalensi gangguan<br />

pendengaran secara nasional sebesar 2,6 persen dan prevalensi tertinggi terdapat di Nusa<br />

Tenggara Timur (3,7%), sedangkan yang terendah di Banten (1,6%).<br />

Biomedis<br />

Pemeriksaan spesimen biomedis dimaksud untuk mengetahui status iodium dan konfirmasi penyakit<br />

menular dan tidak menular. Status iodium dinilai dari kadar iodium dalam air minum dan garam RT,<br />

serta urin anak umur 6-12 tahun dan WUS 15-49 tahun.<br />

Proporsi sumber air minum RT yang tidak mengandung iodium 40,1 persen, air mengandung rendah<br />

iodium 52,0 persen, sedangkan air mengandung iodium tinggi 0,4 persen. Proporsi kadar iodium<br />

dalam garam RT hasil metoda titrasi yang tidak beriodium 1,0 persen, mengandung kurang iodium<br />

50,8 persen, sedangkan garam kelebihan iodium adalah 5,0 persen. Proporsi RT mengonsumsi<br />

xv

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!