18.04.2014 Views

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

Hasil Riskesdas 2013

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Gambar 3.15.2 memperlihatkan kecenderungan kepemilikan dan pemakaian alat bantu/koreksi<br />

penglihatan jauh (kaca mata atau lensa kontak) meningkat sesuai pertambahan umur, prevalensi<br />

tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun, tetapi menurun kembali pada kelompok penduduk<br />

lanjut usia (65 tahun keatas). Hal ini mungkin berkaitan dengan produktivitas penduduk lanjut<br />

usia yang cenderung menurun, sehingga kebutuhan memiliki penglihatan jarak jauh yang optimal<br />

juga berkurang. Dengan kata lain, penduduk lanjut usia merasa cukup dengan kualitas<br />

penglihatan jarak jauh yang kurang baik karena mereka masih dapat melakukan aktivitas sosial<br />

harian tanpa gangguan yang bermakna.<br />

Prevalensi severe low vision pada usia produktif (15-54 tahun) sebesar 1,49 persen dan<br />

prevalensi kebutaan sebesar 0,5 persen. Prevalensi severe low vision dan kebutaan meningkat<br />

pesat pada penduduk kelompok umur 45 tahun keatas dengan rata-rata peningkatan sekitar dua<br />

sampai tiga kali lipat setiap 10 tahunnya. Prevalensi severe low vision dan kebutaan tertinggi<br />

ditemukan pada penduduk kelompok umur 75 tahun keatas sesuai peningkatan proses<br />

degeneratif pada pertambahan usia.<br />

Gambar 3.15.3 dan 3.15.4 memperlihatkan bahwa terdapat kecenderungan, makin tinggi tingkat<br />

pendidikan formal dan kuintil indeks kepemilikan penduduk, maka makin tinggi pula proporsi<br />

penduduk yang memiliki kaca mata atau lensa kontak untuk melihat jauh. Keadaan tersebut<br />

dapat berkaitan dengan kebutuhan penduduk akan tajam penglihatan optimal yang makin besar<br />

sesuai dengan prioritas subjektif penduduk dalam memenuhi kebutuhan sosial sehari-hari<br />

mereka. Diasumsikan bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan formal atau kuintil indeks<br />

kepemilikan lebih tinggi, cenderung memilih jenis pekerjaan formal, seperti menjadi<br />

pegawai/karyawan, sehingga butuh visus maksimal untuk melihat jauh sesuai jenis dan aktivitas<br />

utama pekerjaan formalnya.<br />

20,0<br />

16,0<br />

15,9<br />

12,0<br />

8,0<br />

4,0<br />

0,0<br />

7,0<br />

3,6 4,0<br />

2,9<br />

2,3<br />

1,7<br />

2,2<br />

1,1 1,2<br />

0,5 0,4 0,4 0,1 0,3 0,1 0,3 0,1<br />

Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT<br />

Pakai Kacamata/Lensa Kontak Severe Low vision Kebutaan<br />

Gambar 3.15.3<br />

Prevalensi pemakaian kaca mata/lensa kontak, severe low vision, dan kebutaan menurut<br />

pendidikan, Indonesia <strong>2013</strong><br />

Sebaliknya, prevalensi severe low vision dan kebutaan cenderung menurun seiring dengan makin<br />

tingginya tingkat pendidikan formal dan kuintil indeks kepemilikan. Keadaan ini diperkirakan<br />

berkaitan erat dengan kesadaran penduduk akan pentingnya tajam penglihatan maksimal serta<br />

makin tingginya upaya penduduk untuk mendapatkan kualitas hidup optimal, termasuk memiliki<br />

penglihatan yang baik, didukung oleh pengetahuan individu yang lebih baik tentang derajat<br />

kesehatan serta kemampuan ekonomi yang lebih tinggi.<br />

234

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!