Kemudian ditutup. Kalau ditanyak pengawal, “Itu untuk apa?’ ‘Untuk ganti anu Pak,ganti tiang barak,’ tapi isinya adalah kacang. Kemudian dimasukkan ke barak.Kemudian cara makannya sendiri pakai cara. Mereka sambil tiduran begini,tertelungkup. Andaikata nanti ada tonwal, mereka tidak bicara. Dan kulit dikumpulkanserapi-rapinya agar mereka tidak tahu. Sebab kalau tahun mereka dipukuli dandihancur-leburkan.Tapol-tapol ini sebetulnya sangat marah, terutama di tahun-tahun awal mereka tiba di Buru, karenapelaparan yang dipaksakan. Sudah cukup buruk nasib mereka dibuang ke Pulau Buru dan dipaksabekerja. Tetapi mungkin penderitan itu masih bisa mereka tahakan seandainya mereka tidak dipaksaterus menerus dalam keadan kelaparan. Sudah jelas terjadi ketidakadilan luar bias ketika merekadibuat kelaparan, sementara makanan yang mereka hasilkan diambil dan dijual tentara. Lebih buruklagi: sudah bekerja sedemikian keras, mereka masih sering dipukuli sebagai hukuman. Sukarnotoyang disebut di atas, dengan pahit mengingat bagaimana para tapol dipukuli seperti binatang liaroleh para penjaga kamp: ‘Terus 70, 71 itu prosesnya pukulan itu tidak ada hari-hari yang kosongtanpa pukulan. Jadi satu unit itu 500 orang, setiap hari itu pas ada orang dipukuli.’Mengherankan mengapa para tapol di Buru tidak melawan perlakuan biadab yang mereka deritalebih sering. Sebagian besar bertahan dengan menerima saja ketidakadilan dan penghinaan olehtentara karena mereka merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Ada satu kasus di mana seorang tonwaldibunuh oleh para tapol. Pada Oktober 1972, tiga tapol di Unit 5 menyerang seorang tonwalbernama Pelda Panita Umar dan membunuhnya. Sukartono berada di Unit 5 saat pembunuhan initerjadi dan berteman dengan seorang tapol yang ikut membunuh. Ia menggambarkan apa yangterjadi sebagai akibat kemarahan mereka terhadap situasi yang menekan mereka itu.“Ya justeru karena teman saya itu, ya karena ditindas. Ditindas, diperas, lagi kesalahansedikit dipukuli, itu dia tidak tahan, dia tidak kuat. ‘Daripada,’ ya pikiran mereka,‘daripada saya dipukuli terus-terusan, dikerjapaksakan terus-terusan sama tentaratentaraitu, biar saya mati, saya harus membunuh itu tentara-tentara itu,’ gitu.Mestinya begitu, karena dia itu memangnya sama tentara itu benci. Ha, karena benciini ya, yang menyebabkan bukan kita, yang menyebabkannya ya, tentara-tentara itulahyang perlakukan-perlakukan dengan teman-teman itu nggak senonoh, tanpa adaperikemanusiaan kalau saya pikir. Terus timbullah peristiwa.Pada waktu itu teman saya itu bertiga. Namanya itu Sadino, Sapari, Samiono, ha itubergerak membunuh tentara. Namanya tentaranya itu Anumertanya Pelda PanitaUmar. Ha terjadi di situ bunuh. Dibunuh oleh bertiga, teman-teman saya itu tadi yangsaya sebutkan, ha sesudah membunuh itu kabur, itu. Teman bertiga itu kabur”.Menanggapi pembunuhan rekannya, pasukan tonwal dengan bantuan dari unit-unit lain mengamuk.Semua tapol di Unit 5 dipukuli dengan kejam.“Karena militer ya, militer itu kan begitu lah sifatnya. Jadi dia nggak mau tahun siapayang membunuh nggak tahu. Pokoknya yang membunuh orang tahanan. Terus orangtahanan itu langsung dipukuli sampai mampus. Terus pukuli”.92
Sukartono baru kembali ke kamp dari bekerja di hutan sekitar pukul 4 sore, tepat ketika pemukulanmassal mencapai puncaknya. Ia dipukul segera setelah memasuki lingkungan barak.“Terus saya masuk pada itu, yang sudah datang duluan itu kan dalam latar, halamanlapangan itu, terus suruh kumpul. Orang 500, kecuali yang lari itu tiga ya, terus suruhkumpul. Kalau tentara komando pukul, itu terus dipukuli semua orang itu, orang 500itu. Terus, deeel.... deeel....deeel, begitu. Terus aja pukulan. Ada yang sampai patahitu. Senjatanya untuk mukul itu ada, patah. Ada yang dari, kalau bahasa jawanya ituduran, itu yang untuk tangkai cakul itu lho, yang belum dipasang”.Di akhir pesta kekerasan ini, tentara berhasil membunuh sebelas tapol. Semua tapol yang berjumlahkurang lebih 500 orang terluka dan sebagian menderita patang tulang.Kamp pembuangan Pulau Buru yang bernama resmi Instalasi Rehabilitasi (Inrehab) bagi para tapol,kenyataanya justru menjadi Tempat Pemanfaatan (Tefaat) tapol. Pengalaman tapol selama di PulauBuru telah memberikan banyak keterangan mengenai, bagaimana penguasa militer memperlakukanpara tahanan politik yang tidak lain adalah warga negaranya sendiri. kerasnya alam Pulau Burutampaknya belum cukup memuaskan tentara; mereka masih merasa perlu untuk bertindak kerasdan berbuat semaunya terhadap para tapol. Ini pula yang terjadi pada tapol Pulau Buru yangmemiliki keahilian tertentu, seperti pengarang, pelukis, sutradara, komposer, insinyur, guru, danprofesi lainnya. sama sekali tidak ada perlakuan khusus terhadap para tapol itu. Selama di PulauBuru, martabat para tapol diturunkan hingga ke tingkat yang serendah-rendahnya sampai tidak adanilainya sama sekali. Tempat pemanfaatan tapol di Pulau Buru sekaligus mencerminkan kekuasaanrezim Orde Baru yang menjulur ke bawah, yang menganggap tapol itu durjana. Adanya InrehabPulau Buru telah membuka mata berbagai pihak tentang pelanggengan kerja paksa yang dilakukanoleh Rezim Orde Baru terhadap para tahanan politik.3. Bronkhorst: Teater Bagi Mereka yang Telah dihilangkan[...] Setahun kemudian, saya menemui para anggota FIND, di antaranya Arnold dan Edwin, untukkedua kalinya, di pusat komunitas di Utrecht. Kelompok teater FIND sedang mengadakan perjalanankeliling Eropa; ini dimainkan sepenuhnya oleh anak-anak dari orang-orang “yang dihilangkan.” Edwinadalah sutradara—ia memang seorang aktor sekaligus psikolog. Di tengah pertunjukkan itu, yangdalam naskah diharuskan menangis, tidak dapat menghentikan cucuran air matanya. Dalam satumenit semua anak menangis keras. Pertunjukkan itu terhenti. Orang-orang Amnesti Internasionalyang menemani anak-anak itu dalam perjalanan tersebut, menghibur mereka di koridor.Pertemuan saya untuk ketiga kalinya dengan keluarga-keluarga Filipina dari orang-orang yang“dihilangkan” adalah melalui sebuah film. Film tersebut dipersiapkan oleh Amnesti Internasionalseksi Belanda. Film itu berkisah mengenai Monette (berusia 17 tahun), seorang anggota FIND danmerupakan salah seorang anggota wanita dari kelompok teater yang saya lihat di Utrecht. Kekuatandari film ini terletak dalam kenyataan bahwa tidak satupun dari materi yang tampil dalam film itupernah dipentaskan sebelumnya. Diiringi oleh kru filmnya, Monette menemukan orang-orang yangberfikir, salah atau benar bahwa mereka dapat menolongnya. Kamera mengikutinya ketika iamencari ayahnya, dengan mengunjungi berbagai organisasi, keluarga-keluarga dan para saksi mata.93
- Page 2:
Melawan Pelupaan PublikPanduan Disk
- Page 7:
3. Taylor: Perang Tersembunyi Sejar
- Page 10 and 11:
iasa di kalangan publik umum untuk
- Page 12 and 13:
Orde Baru yang sistematik dan melua
- Page 14 and 15:
menghadapi pelupaan publik yang gej
- Page 16 and 17:
Penulis ternama, Satyagraha Hoerip,
- Page 18 and 19:
korban itu sendiri. Kita harus mamp
- Page 20 and 21:
hanya melayani kejahatan individu w
- Page 22 and 23:
kepada mereka. Tuntutan awalnya ada
- Page 24 and 25:
Namun usaha untuk menarik garis bar
- Page 26 and 27:
Kebenaran atau Keadilan: Kebenaran
- Page 28 and 29:
yang terutama dikerjakan oleh Memor
- Page 30 and 31:
Bagian 2. Merancang Dokumentasi Kej
- Page 32 and 33:
memberitakan cerita-cerita bohong t
- Page 34 and 35:
memperoleh izin bergerak menurut In
- Page 36 and 37:
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
- Page 38:
mengerahkan warga sipil ini tidak d
- Page 41 and 42:
(kehidupan ekonomi, sosial, budaya,
- Page 43 and 44:
Memorial-Rusia[...] Di bekas negara
- Page 45 and 46:
PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI:1) Me
- Page 47 and 48:
mengambil intisarinya dan mengintep
- Page 49 and 50: Jika demikian kita berangkat dari b
- Page 51 and 52: Pengertian Informasi Primer dan Inf
- Page 53 and 54: mendapatkan pengertian yang lebih b
- Page 55 and 56: Tabel 1: Perbedaan Dokumentasi deng
- Page 57 and 58: "Perantara yang berpengalaman semac
- Page 60 and 61: Dalam pendokumentasian tentu akan b
- Page 62 and 63: pekerjaan pustakawan dalam memilih,
- Page 64 and 65: tengkorak, enam puluh buah telah di
- Page 66 and 67: II. Darimana Memulai: Mengajak Korb
- Page 68 and 69: tujuan kami, dan apa yang akan kami
- Page 70 and 71: • Menjaga kerahasiaan identitas k
- Page 72 and 73: menghadapi kesulitan di lapangan, d
- Page 74 and 75: • Tujuan kemanusiaan, misalnya me
- Page 76 and 77: dari sumber pertama). Tuntutan ini
- Page 78 and 79: miskin yang didirikan oleh organisa
- Page 80 and 81: 2. Riset Peristiwa 65 di SoloSejak
- Page 82: lokal (bagian putri Pakorba Solo su
- Page 86 and 87: menyiksa para jenderal, ditelanjang
- Page 88 and 89: palu-arit,” perkosaan dalam tahan
- Page 90 and 91: usak, dan membuat perabotan rumah t
- Page 92 and 93: Ketika Santo Hariyadi diperintahkan
- Page 94 and 95: capek, kepanasan, dan sebagainya, n
- Page 96 and 97: kita [babat rumput]. Dari batas Des
- Page 98 and 99: Setelah menyiang pada dari alang-al
- Page 102 and 103: Di tengah-tengah dokumentasi itu, i
- Page 104 and 105: Pernyataan tentang Izin Penggunaan
- Page 106 and 107: Profil ELSAMLembaga Studi dan Advok