11.07.2015 Views

Panduan Pendokumentasian Masa Lalu.pdf - Elsam

Panduan Pendokumentasian Masa Lalu.pdf - Elsam

Panduan Pendokumentasian Masa Lalu.pdf - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

merekomendasikan saya untuk mewawancarai narasumber lain, atau saya yang mintainformasi/rekomendasi. Ada korban-korban (atau saksi dan pelaku) yang baru mau percaya kalaukita diperkenalkan oleh penghubung yang tepat.Kami memilih metode sejarah lisan untuk melakukan riset tentang kekerasan terhadap perempuandi Solo karena ketiadaan arsip, terutama arsip yang andal dan memuat kesaksian korban.Secararingkas, metode sejarah lisan bertumpu pada penggalian secara sistematis dan terarah ingatannarasumber. Artinya, jauh hari sebelum wawancara, saya sudah membekali diri dengan berbagaireferensi untuk mengumpulkan informasi awal dan merumuskan pertanyaan.Bukan hal mudah bagi korban untuk mengingat peristiwa yang telah berlalu puluhan tahun, apalagiperistiwa itu traumatis. Ingatan yang sampai pada saya adalah ingatan yang berhasil dipertahankansetelah melalui periode pembungkaman. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus sayapersiapkan, diantaranya saya harus tahu tonggak-tonggak peristiwa penting yang mudah dijadikanpatokan oleh korban, baik peristiwa nasional, lokal, maupun pribadi. Dalam wawancara sejarah lisanyang dilakukan ISSI, kami tidak membatasi pada tema kekerasan 65 saja, tapi untuk keseluruhansejarah hidupnya. Ada beberapa alasan: pertama karena dengan wawancara sejarah hidup kami bisamendapatkan pengetahuan yang lebih luas, dengan demikian menyediakan informasi untuk riset dimasa depan; kedua, untuk memperoleh gambaran tentang lintas perjalanan orang yangdiwawancarai (satu tahap dalam kehidupan seseorang dipengaruhi oleh tahap sebelumnya; dengankata lain menghindari kesimpulan dangkal); ketiga, kami adalah peneliti-aktivis dengan pilihan politiksejak awal berpihak pada korban, karena itu kami butuh membangun empati yang lebih mendalamdan mencegah wawancara diartikan sebagai kegiatan sederhana untuk mencari data saja. Rata-ratawawancara saya dengan korban, perempuan maupun laki-laki, berlangsung selama dua-empat jam.Waktu yang saya habiskan dengan satu korban antar tiga-lima jam, kadang kala sampai menginap.Beberapa korban yang saya anggap keterangannya sangat penting dan memang artikulatif sayawawancarai sampai empat atau lima kali pertemuan. Pulang dari anjangsana, saya harus membuatjurnal penelitian, laporan penelitian, menyerahkan kaset/rekaman untuk diberi label, dikonversi,ditranskrip dan dibuatkan ringkasannya, kemudian dikatalogisasi (termasuk diberi nama samaran).Kembali lagi ke Solo, kami selalu membawa oleh-oleh catatan untuk dibagikan pada anggotaPakorba. Ini penting sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban. Biasanya yang kami bawa adalahlaporan proses kegiatan sebelumnya/laporan pandangan mata, notulensi pertemuan, transkripwawancara, esai (kalau ada), dan buku-buku, serta informasi terbaru dari Jakarta. Sebaliknya,mereka juga berbagai informasi tentang situasi korban dan politik lokal.Setelah tutur perempuanpertama, kami menyelenggarakan tutur perempuan yang lebih luas, yaitu se-Jawa Tengah, kali inimelibatkan juga Syarikat dan jaringannya.Pertemuan itu tidak lagi menjadi forum berbagi pengalaman kekerasan, tapi forum untukmerumuskan harapan dan tuntutan korban, serta untuk berbagi tugas antara generasi muda dankorban. Ada empat tuntutan korban yang muncul dari hasil pertemuan itu, yaitu pengungkapankebenaran, penegakan keadilan, pemulihan, dan pencegahan keberulangan. Ini menegaskan hasiltemu korban pada 2003 dengan tambahan perspektif gender di dalamnya. Sementara untukpembagian tugas sendiri, ibu-ibu memutuskan akan mengambil bagian pengorganisasian di tingkat73

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!