11.07.2015 Views

Panduan Pendokumentasian Masa Lalu.pdf - Elsam

Panduan Pendokumentasian Masa Lalu.pdf - Elsam

Panduan Pendokumentasian Masa Lalu.pdf - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sadar sepenuhnya mengenai watak korup, sinis, dan brutal dari pemerintah itu. Tetapi, mereka tidaktahu apa-apa tentang teror yang membawa Soeharto ke puncak kekuasaan. Tak seorang pun darimereka tahu dan peduli akan korban peristiwa itu. Beberapa relawan yang terang-teranganmenentang rezim Soeharto, pada saat bersamaan, meresapi propaganda rezim mengenai kejadian1965-1966; mereka menerima begitu saja cerita bahwa Soeharto berkuasa dengan cara-carakonstitusional, dan bahwa orang komunis adalah atheis yang berbahaya, kecam, dan oleh karenanyaharus dihancurkan ‘sampai ke akar-akarnya.’ Mereka sudah sering mendengar penjelasan bahwacerita tentang pembunuhan dan penahanan massal itu desas-desus belaka.Pelatihan ini juga penting untuk memperkenalkan para relawan pada berbagai teknis sejarah lisan.Beberapa relawan awalnya menduga bahwa wawancara lisan itu semata-mata memasang mikrofondi hadapan seseorang dan memintanya bercerita, seolah-olah orang yang melakukan wawancaratidak perlu berperan aktif mengembangkan diskusi. Wawancara berlangsung dua arah atau sebuahinteraksi antar-orang, bukan sebuah monolog dari orang yang diwawancarai atau mewawancarai.Kita harus telaten mendengarkan, sekaligus terus mengajukan pertanyaan dan meminta keterangan.Kita tidak bisa hanya duduk diam atau, sebaliknya, mendominasi percakapan. Kita harus mengajukanpertanyaan yang tepat kepada orang yang diwawancarai. Terlibat dalam dialog seperti ini memangmerupakan seni tersendiri yang memerlukan kepekaan tertentu.Kami kemudian bersama-sama memutuskan akan mewawancarai eks-tapol dan keluarga mereka.Maksudnya, kami mengumpulkan cerita-cerita untuk menuliskan sebuah biografi kolektif dari orangorangyang memiliki pengalaman serupa dalam perjalanan hidupnya (masa pra-1965, penangkapan,interogasi, penahanan, pembebasan, dan kehidupan di luar penjara). Kami memutuskan untuk tidakmewawancari pelaku dan orang yang tidak menjadi korban karena mereka selama ini tidak punyahambatan berarti jika mau bicara; sebagian diantaranya sudah sering menyampaikan versi merekatentang sejarah, dan bahkan mendominasi pembicaraan selama ini. Adalah para korban yang selamaini tidak mendapatkan kesempatan bicara, dan pengalaman mereka pula yang ingin kami pahami.Kami berfikir bahwa mewawancai korban adalah langkah awal yang penting untuk memahami secaramenyeluruh sejarah bangsa ini setelah masa kemerdekaan. Tentunya upaya ini perlu dilanjutkandengan menggali informasi dari orang lain, seperti saksi dan pelaku yang selama ini belum bersuaradi hadapan publik.Setelah pelatihan selesai, kami menyusun rencana melakukan wawancara. Pada pertengahan 2000,kami mulai mewawancarai orang-orang yang sudah kami kenal sebelumnya—teman, saudara, dantetangga—yang berdiam di wilayah Jakarta, baru kemudian menyebar untuk mewawancarai orangorangyang direkomendasikan oleh kelompok pertama. Setelah dua bulan melakukan wawancara,kami mulai berpergian ke luar Jakarta. Kami melakukan pertemuan mingguan untuk berbagiinformasi tentang apa yang kami temui dan sekaligus menilai kemajuan kerja. Kami menghadapiberagam masalah baru setiap minggunya—mulai dari masalah teknis mengenai cara memasangmikrofon sampai masalah emosional ketika mendengar cerita-cerita yang mengerikan. Pertemuanreguler bermanfaat untuk bersama-sama membahas cara menghadapi masalah seperti ini.Sebelum merekam percakapan, kami biasanya terlebih dahulu menemui orang yang hendakdiwawancarai untuk berkenalan. Pertemuan awal ini penting untuk menjelaskan siapa kami, apa59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!