Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 124 - 141<br />
kemampuan nasabah serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya<br />
atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.<br />
Jaminan kredit yang dimaksud UU Perbankan No 8 Tahun 1998 bukanlah jaminan<br />
kredit yang selama ini dikenal dengan sebutan collateral yang merupakan bagian<br />
dari Prinsip 5 C. Istilah collateral oleh UU Perbankan No 10 Tahun 1998 diartikan<br />
dengan “agunan” 24 .<br />
Prinsip 5 C adalah prinsip/pedoman dasar yang harus dipegang oleh setiap<br />
pejabat perkreditan pada saat memberikan kredit kepada nasabah debitur. Prinsip 5<br />
C merupakan bagian tak terpisahkan dari keharusan bank untuk menerapkan prinsipprinsip<br />
kehati-hatian dalam penyaluran kredit kepada nasabah debitur. Prinsip 5 C<br />
meliputi :<br />
a. character (sifat/kepribadian)<br />
b. capital (permodalan)<br />
c. capacity (kemampuan)<br />
d. collateral (agunan), <strong>dan</strong><br />
e. condition of economy (kondisi perekonomian)<br />
V. PENGATURAN HUKUM JAMINAN DAN AGUNAN DI INDONESIA<br />
Pemberian kredit dari bank kepada nasabah debitur, disamping harus<br />
didasarkan a<strong>dan</strong>ya perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok, juga harus diikuti<br />
perbuatan perjanjian jaminan sebagai perjanjian accessoir (tambahan). Pemberlakuan<br />
perjanjian jaminan mengikuti perjanjian pokok yang mendasarinya. Perjanjian<br />
jaminan berkaitan dengan pengikatan jaminan kredit atas agunan kredit yang pada<br />
umumnya diikat dengan akta notaris yang bersifat baku <strong>dan</strong> bersifat eksekutoral. Sifat<br />
eksekutoral dari perjanjian jaminan mengandung konsekuensi jika debitur ingkar<br />
janji (wanprestasi) maka bank langsung dapat mengajukan permohonan eksekusi<br />
agunan via Pengadilan Negeri, tanpa harus melalui proses peradilan biasa. Perjanjian<br />
jaminan dibuat pihak bank sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan prinsip<br />
kehati-hatian dalam penyaluran kredit sehingga kelak ada jaminan pengembalian<br />
kredit secara utuh.<br />
Pengertian collateral menurut SK Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/<br />
KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, Pasal 2 ayat<br />
(1) adalah “kekayaan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai<br />
dengan yang diperjanjikan”. Se<strong>dan</strong>gkan guna memperoleh keyakinan tersebut maka<br />
24 Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan 1,<br />
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 282<br />
132