Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INDEKS ISI<br />
JURNAL PENGKAJIAN KOPERASI DAN <strong>UKM</strong><br />
ISSN 1978-2896 Terbit: September 2011<br />
akan mengarahkan sumber daya untuk mengatasi<br />
kemiskinan di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah<br />
menyatakan cerita sukses untuk mengatasi kemiskinan<br />
dengan menurunkan jumlah <strong>dan</strong> tingkat penduduk<br />
miskin di Indonesia, meskipun, jumlah <strong>dan</strong> tingkat<br />
kemiskinan masih tinggi di Indonesia. Kementerian<br />
<strong>Koperasi</strong> & <strong>UKM</strong> sebagai salah satu instansi<br />
pemerintah untuk pengentasan kemiskinan dalam<br />
responsdvel panjang Cluster-3, mengacu pada<br />
Kementerian Koordinator untuk cluster Kesejahteraan<br />
Rakyat. Sementara itu, pengembangan koperasi telah<br />
menunjukkan hasil dimana jumlah anggota koperasi<br />
adalah satu juta orang <strong>dan</strong> sisi lain jumlah orang miskin<br />
masih tinggi. Hal ini tertarik untuk mengetahui<br />
hubungan antara pembentukan koperasi <strong>dan</strong><br />
pengurangan kemiskinan. Dengan teori probabilitas <strong>dan</strong><br />
ruang lingkup provinsi, yang mengungkapkan bahwa<br />
hubungan koperasi <strong>dan</strong> kemiskinan<br />
Kata kunci: tingkat kemiskinan, tingkat anggota<br />
koperasi, relasi, probabilitas<br />
Achmad H. Gopar (Deputi Bi<strong>dan</strong>g <strong>Pengkajian</strong><br />
Sumberdaya <strong>UKM</strong>K)<br />
KAJIAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH<br />
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KE<br />
KOPERASI<br />
JRL. Sept. 2011 Vol. 6-Sept 2011 h. 70 - 88<br />
PENGKAJIAN<br />
K<strong>UKM</strong><br />
<strong>Koperasi</strong> sebagai ba<strong>dan</strong> usaha adalah sebuah<br />
lembaga yang dinamis yang perlu terus dikembangkan<br />
lembaganya <strong>dan</strong> diperbesar usahanya. Untuk<br />
memperbesar usahanya tersebut koperasi memerlukan<br />
modal, baik yang berasal dari internal koperasi maupun<br />
yang berasal dari eksternal koperasi. Ketika modal<br />
sendiri tidak mencukupi maka koperasi harus mencari<br />
modal dari luar koperasi. Salah satu bentuk modal dari<br />
luar tersebut adalah modal penyertaan.<br />
Setidaknya ada tiga bentuk kelembagaan sebagai<br />
konsekuensi pelaksanaan modal penyertaan, yaitu:<br />
modal penyertaan langsung pada kegiatan usaha<br />
koperasi, modal penyertaan pada unit usaha otonom<br />
koperasi, <strong>dan</strong> modal penyertaan pada perseroan milik<br />
koperasi. Modal penyertaan dari Pemerintah Provinsi<br />
Kalimantan Selatan dilakukan langsung pada kegiatan<br />
usaha koperasi untuk menambah modal kegiatan usaha<br />
koperasi. Modal penyertaan pada model ini tidak<br />
mempunyai hak suara (nonvoting stock), karena hanya<br />
anggota yang mempunyai hak suara. Untuk mengatasi<br />
permasalahan tersebut hal yang menjadi sumber<br />
wanpretasi dinegosiasikan sejak awal <strong>dan</strong> dituangkan<br />
dalam surat perjanjian modal penyertaan (SPMKOP),<br />
dengan tingkat pendapatan tetap berupa prosentase dari<br />
keuntungan sebesar 70% untuk koperasi <strong>dan</strong> 30% untuk<br />
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.<br />
Ketiga bentuk kelembagaan tersebut akan<br />
mengubah sistem operasional <strong>dan</strong> prosedur yang harus<br />
dijalankan oleh koperasi. Perubahan bentuk<br />
kelembagaan maupun sistem operasional tersebut pada<br />
tingkatan tertentu mungkin tidak bisa lagi hanya diatur<br />
dengan aturan internal <strong>dan</strong> perjanjian, tapi memerlukan<br />
pengaturan pemerintah atau perun<strong>dan</strong>gan, baik dalam<br />
bentuk revisi Peraturan Pemerintah (PP) atau bahkan<br />
perubahan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g.<br />
Kata kunci : modal penyertaan, hak suara, hak<br />
keuntungan, investasi, saham tanpa hak suara, deviden<br />
Indra Idris <strong>dan</strong> Saudin Sijabat<br />
MODEL PENINGKATAN PERAN KUMKM DALAM<br />
PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DI<br />
KAWASAN PERBATASAN<br />
JRL. Sept. 2011 Vol. 6-Sept 2011 h. 89 - 123<br />
PENGKAJIAN<br />
K<strong>UKM</strong><br />
Kajian ini bertujuan menganalisis pembangunan<br />
ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan <strong>dan</strong> peran<br />
KUMKM dalam rangka pengentasan kemiskinan.<br />
Penelitian dilakukan di daerah perbatasan Kalimantan<br />
Barat <strong>dan</strong> NTT. Potensi daerah perbatasan yang bisa<br />
dikembangkan berdasarkan analisa Location Quotient<br />
(LQ), AHP <strong>dan</strong> hasil FGD di Kupang <strong>dan</strong> Pontianak<br />
disepakati komoditi potensial/unggulan yang perlu<br />
dikembangkan dalam peningkatan peran KUMKM di<br />
kawasan perbatasan Kabupaten Belu (NTT) adalah:<br />
komoditi sapi <strong>dan</strong> jagung, se<strong>dan</strong>gkan untuk Kabupaten<br />
Sanggau (Kalbar) adalah komoditi lada <strong>dan</strong> kakao.<br />
Potensi KUMKM perbatasan Sanggau terhadap<br />
Kabupaten Sanggau untuk koperasi memberikan share<br />
sebesar 2%, usaha mikro sebesar 5% <strong>dan</strong> usaha kecil<br />
sebesar 2%. Pada kawasan perbatasan Kabupaten Belu<br />
dengan Timor Leste potensi koperasi memberikan share