Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 24 - 42<br />
Keterpurukan koperasi bukan hanya sebatas isu, tetapi banyak hasil-hasil<br />
kajian serta data <strong>dan</strong> informasi dari berbagai pihak yang menunjukkan semakin<br />
kecilnya rata-rata skala usaha koperasi <strong>dan</strong> UMKM serta memburuknya kualitas<br />
hidup kelompok pengusaha ini. Rata-rata skala usaha para pengusaha mikro pada<br />
harga berlaku memang meningkat dari Rp. 4,79 juta di tahun 2004 menjadi Rp. 5,75<br />
juta di tahun 2008. Tetapi pada harga tetap menurun dari Rp. 4,79 juta menjadi<br />
Rp. 4,56 juta. Demikian juga indeks kesejahteraan kalangan ini menurun dari 1,7<br />
pada tahun 1999 menjadi 1,42 di tahun 2008. Sumbangan <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> UMKM<br />
terhadap PDRB juga menurun dari 54,89% pada tahun 1999 menjadi 51,76% di<br />
tahun 2008.<br />
Sejalan dengan keterpurukan UMKM, kondisi <strong>dan</strong> eksistensi koperasi dalam<br />
perekonomian nasional ternyata lebih buruk lagi. Hal ini diindikasi dari menurunnya<br />
peran koperasi di beberapa sektor perekonomian, antara lain disektor tanaman<br />
pangan. Pada sektor ini, peran koperasi dalam penyediaan sarana produksi menurun<br />
dari 73,94% tahun 1998 menjadi 4,61% tahun 2008. Demikian juga disektor<br />
perkebunan, perikanan <strong>dan</strong> peternakan, peran koperasi dalam penyediaan sarana<br />
produksi menurun dari 7,84% menjadi 3,12%.<br />
Untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut, pemerintah telah<br />
mengeluarkan berbagai kebijakan <strong>dan</strong> program-program pemberdayaan <strong>Koperasi</strong><br />
<strong>dan</strong> UMKM. Namun kebijakan <strong>dan</strong> program-program tersebut setelah lebih dari<br />
enam puluh tahun belum mampu mengangkat ekstensi <strong>dan</strong> kesejahteraan koperasi<br />
<strong>dan</strong> UMKM. Bahkan, beberapa waktu belakangan ini kondisi <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> UMKM<br />
semakin terpuruk. Ironisnya, hal ini belum menjadi peringatan dini bagi pengambil<br />
kebijakan untuk secepatnya memperbaiki keadaan melalui kebijakan yang lebih<br />
efektif. Sebaliknya program-program yang dilaksanakan semakin mengarah pada<br />
pencitraan melalui berbagai kegiatan bersifat seremonial. Kondisi nyata di lapangan<br />
menunjukkan <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> UMKM dihadapkan pada berbagai masalah baik yang<br />
bersumber dari kondisi internal, maupun dari lingkungannya. Ada indikasi bahwa<br />
masalah lingkungan yang dihadapi oleh <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> sebagian besar berkaitan<br />
dengan kebijakan-kebijakan pembangunan. Dalam hal ini beberapa indikasi<br />
menunjukkan bahwa <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> UMKM yang sebagai bagian terbesar dari dunia<br />
usaha belum ditempatkan pada posisi yang memungkinkan kelompok ini untuk dapat<br />
memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang proporsional <strong>dan</strong> perannya dalam<br />
sistem perekonomian nasional.<br />
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa orientasi kebijakan <strong>dan</strong> programprogram<br />
yang dilaksanakan belum diarahkan pada permasalahan aktual di lapangan.<br />
Keberhasilan dari pelaksanaan program itu sendiri tidak pernah bisa terukur,<br />
akibatnya <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> UMKM masih terus harus berjuang sendiri tanpa mendapat<br />
bantuan yang layak dari pemerintah.<br />
26