Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM - Smecda
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
JURNAL VOLUME 6 - SEPTEMBER 2011 : 43 - 69<br />
koperasi yang memperoleh <strong>dan</strong>a perkuatan modal maka <strong>dan</strong>a tersebut akan<br />
disalurkan kepada anggota koperasi. Anggota koperasi pada umumnya<br />
adalah kelompok masyarakat yang lemah usahanya <strong>dan</strong> mungkin tingkat<br />
kesejahteraannya rendah. Meskipun tingkat kesejahteraan rakyat tidak<br />
semata-mata ditentukan oleh penyaluran <strong>dan</strong>a <strong>dan</strong> perkembangan usaha<br />
rakyat. Tetapi, manakala jumlah KUMKM yang sangat banyak dengan<br />
anggota koperasi yang mencapai lebih dari 29 juta orang, pada saat yang<br />
sama jumlah orang miskin juga masih sangat banyak, mencapai lebih dari 30<br />
juta orang. Sangat menarik diungkapkan relasi pemberantasan kemiskinan<br />
dengan upaya penanggulangan kemiskinan pada Klaster-3. Dengan program<br />
penanggulangan kemiskinan oleh Kementerian K<strong>UKM</strong>, harapannya semua<br />
anggota koperasi bukan menjadi bagian dari kemiskinan.<br />
III. KOPERASI DAN KEMISKINAN INDONESIA<br />
52<br />
Sebagaimana telah tertuang dalam pengantar <strong>dan</strong> permasalahan<br />
yang muncul dalam tulisan ini, relasi keberadaan koperasi sebagai lembaga<br />
yang diakui mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Secara agregat,<br />
perkembangan keanggotaan koperasi yang disimbolkan JAK (jumlah anggota<br />
koperasi) <strong>dan</strong> jumlah orang miskin (JOM) di Indonesia menarik untuk<br />
diungkapkan. Selama tahun 2000-2010, rata-rata per tahun jumlah orang<br />
miskin mencapai 36.23 juta orang. Pada periode yang sama, jumlah anggota<br />
koperasi mencapai 27.31 juta orang. Tiga pertanyaan mendasar atau hipotesis<br />
yang terbangun. Pertama, apakah anggota koperasi merupakan bagian dari<br />
orang miskin? Kedua, apakah anggota koperasi adalah miskin <strong>dan</strong> di luar<br />
jumlah orang miskin? Ketiga, apakah anggota koperasi adalah sudah menjadi<br />
kelompok bukan orang miskin? Pada Gambar 1 terlihat perkembangan kedua<br />
random variable tersebut dimana perkembangan orang miskin Indonesia<br />
cenderung turun dari tahun 2000 sampai 2010 se<strong>dan</strong>gkan perkembangan<br />
anggota koperasi cenderung naik pada periode yang sama. Perkembangan ini<br />
seolah-olah telah menjawab pertanyaan relasi koperasi dengan penanggulangan<br />
kemiskinan. Bila itu jawabannya maka pembangunan koperasi telah sukses<br />
mengatasi kemiskinan rakyat Indonesia selama ini, sebagai jawaban pertanyaan<br />
pertama <strong>dan</strong> ketiga. Sebaliknya, bila hipotesis kedua diterima, suatu fenomena<br />
ironi pembangunan koperasi telah terjadi, bahwa keberadaan koperasi belum<br />
sepenuhnya mendukung penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Ini berarti<br />
jumlah orang miskin sesungguhnya jauh lebih besar dari angka statistik resmi<br />
pemerintah.<br />
Gambar 1 juga memperlihatkan fenomena unik perkembangan kedua<br />
random variable. Selama tahun 2000 – 2002, ketika jumlah anggota koperasi