04.09.2013 Views

KISAH DARI »EDALAMAN - Acehbooks.org

KISAH DARI »EDALAMAN - Acehbooks.org

KISAH DARI »EDALAMAN - Acehbooks.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tanggal 29 Juli 1947<br />

Jatuhnya Tebing Tinggi.<br />

Pada jam 07.00 pagi 2 buah pesawat terbang Belanda melayang-layang<br />

dengan rendahnya diatas kota Tebing Tinggi dan menembaki<br />

kota tersebut. Sementara itu tenteranya yang dipelopori<br />

oleh tank-tank dan kenderaan berlapis baja lainnya mulai bergerak<br />

dari Rambutan menuju kekota. Di Rantau Laban fihak kita<br />

memberikan perlawanan kira-kira setengah jam lamanya. Di Titi<br />

Tebing Tinggi fihak kita dengan bersenjatakan sebuah meriam<br />

kecil bertahan menghalangi desakan musuh, tetapi akhirnya merekapun<br />

terpaksa juga meninggalkan pertahanannya. Dimanamana<br />

fihak kita terus menerus terdesak, karena perlawanan yang<br />

teratur sudah tidak ada lagi.<br />

Kira-kira jam 10.00 musuhpun masuk kedalam kota sambil<br />

melepaskan tembakan-tembakan yang membabi buta, sehingga<br />

menimbulkan juga korban difihak penduduk. Tebing Tinggi ibu kota<br />

Keresidenan Sumatera Timur, telah jatuh ditangan Belanda.<br />

Sekali lagi musuh telah mendahului kita karena mobilitet dari<br />

pasukan-pasukannya. Pasukan-pasukan kita masih bercerai berai<br />

disekitar Medan Area dan baru berusaha untuk secara berangsur-angsur<br />

mengadakan konsolidasi, musuh telah mendesak berpuluh<br />

kilometer jauh kedepan. Kita terharu melihat banyaknya<br />

kenderaan berkaparan terbakar dipinggir jalan, akibat penembakan<br />

kapal terbang musuh.<br />

Kabarnya demikian lekasnya gerakan musuh, sehingga senjata-senjata<br />

didalam gudangpun banyak yang jatuh ketangan musuh.<br />

Perlawanan hampir tidak ada, kabarnya ada sedikit tembak<br />

menembak dekat stasiun. Pasukan bercerai-berai, pimpinan sudah<br />

tidak tentu lagi, dan masing-masing berusaha menyelamatkan<br />

diri, apalagi Tebing Tinggipun selama ini hanya merupakan<br />

garnizoen garis belakang saja, dus tidak begitu banyak pasukannya,<br />

dan hampir semua senjata yang baik digunakan di garis depan.<br />

Baru lagi terdengar tembak menembak, seluruh kota sudah<br />

mereka kuasai, dan dengan demikian bertambah pulalah sombongnya<br />

fihak Belanda. Dimana-mana berkeliaranlah serdadu-serdadunya<br />

dengan angkuhnya, sambil mengancam penduduk yang<br />

tidak berdaya dengan stengun dan tommygunnya. Sebagai iseng,<br />

dengan melampaui batas peri kemanusiaan mereka tembak mati<br />

beberapa puluh pemuda kita yang telah ditawan didekat stasiun<br />

Tebing Tinggi. Kita pernah mendengar dan melihat kekejaman<br />

tentera Jepang, kita mendengar kekejaman yang berlaku<br />

107

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!