KISAH DARI »EDALAMAN - Acehbooks.org

Kalau dibidang tekhnis dan peralatan banyak masih kekurangan-kekurangan
kita, demikian pula di bidang perhubungan. Walaupun
kita mengetahui bahwa petugas-petugas P.H.B. dari Komando
Medan Area di bawah pimpinan Letnan Muchtar Ali dan
Letnan Darwis Nuzur bekerja siang malam dan menggunakan seribu
satu akal untuk menyelenggarakan perhubungan, tentu saja mereka
harus membutuhkan alat-alat juga. Sedianya menurut rencana
dimaksudkan adanya suatu zender ditiap sektor, adanya perhubungan
dengan kawat telepon yang menyelengoarakan perhubungan
meliputi seluruh front. Setiap kali dimintakan alat-alatnya tetapi
setiap kali pula petugas-petugas kita kembali dengan membawa
janji-janji saja.
Yang ada ialah semacam veld telefon yang kondisinya juga
sudah sangat tua. Mereka telah melaksanakan tugasnya dengan
penuh rasa tanggung jawab. Bukan pekerjaan yang mudah dan
aman untuk memasang kawat telefoon tersebut dari satu kedudukan
ke kedudukan yang lain, melalui daerah yang tidak bertuan
yang terkadang diduduki oleh pengintai-pengintai musuh maupun
kaki-kaki tangannya. Di antara petugas-petugas perhubungan ada
yang telah gugur dalam melaksanakan tugasnya, disergap oleh
musuh atau ditembaki oleh snipers mereka.
Diantaranya ialah pemuda Machmud Lubis, tetanggaku yang
gugur di Medan Selatan selagi menjalankan tugasnya sebagai anggota
perhubungan. Màchmud meninggal dalam usia yang sangat
muda, belum cukup 20 tahun. Pemuda yang simpatik, pemain bola
yang handalan, telah mendahului kita, gugur sebagai bunga bangsa.
Pada tempatnya juga diberikan penghargaan kepada pahlawanpahlawan
ini, yang biasanya bekerja secara diam-diam, tetapi tidak
pula kurang penting artinya bagi kepentingan perjuangan. Banyak
pahlawan yang telah gugur, dan diantaranya ialah prajurit-prajurit
perhubungan kita.
Akhirnya setelah melalui perundingan-perundingan selama
berbulan-bulan lamanya, baik resmi maupun tidak, dengan menggunakan
segala keakhlian di bidang diplomasi, dan kalau perlu
main gertak segala, ditanda tanganilah persetujuan Linggar Jati
pada tanggal 25 Maret 1947 bertempat di istana Rijswijk Jakarta.
Perjalanan politik sangat cepatnya, sehingga bukan pekerjaan
yang mudah untuk dapat mengikutinya, sambil tetap mempunyai
pandangan yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh suasana disekitar
itu.
50