KISAH DARI »EDALAMAN - Acehbooks.org

ke dalam jeep yang kecil itu bersama-sama kami sebagai penompangnya.
Katakanlah saya penakut, tetapi memang kami menolak
untuk mengejar ular itu kembali, sehingga kami biarkan Letnan Napitupulu
dengan pistol d: tangan sendirian mencari ular itu ke dalam
semak-semak tersebut.
Saya sama sekaii tidak percaya pada takhyul dan kuanggap
demikian juga rekan-rekanku berdua tersebut. Tetapi herannya sebaik
kejadian bertemu ular besar tersebut, suasana dalam perjalanan
terus berobah. Sangat mencekam rasanya suasana itu, seolaholah
terasa akan timbul suatu kejadian yang besar. Yah, dasarnya
sudah menjadi kepercayaan yang merata bahwa bila jalan kita dilintasi
ular akan berakibat sial bagi yang bersangkutan. Jadi walaupun
ini adalah takhyul, tetapi betul-betul suatu takhyul yang sudah
mendarah daging, sehingga pernah kejadian seorang supir demi
mengelakkan seekor kucing, akhirnya dia menabrakkan mobilnya
yang penuh muatan penumpang itu ke pohon kayu sehingga
banyak jatuh korban.
Kami tidak percaya, tetapi pikiran kami tetap terus berkecamuk
: Apa yang akan terjadi, peristiwa apa pula yang akan menanti
? Keadaan di front Medan Area adalah relatif tenang. Hanya
sekali-sekali timbul insiden-insiden yang segera pula dapat diselesaikan.
Di samping itu fihak kita terus mengadakan konsolidasi dan
memperkuat kedudukan-kedudukan kita. Kerja sama antar kesatuan
kian bertambah baik dan hampir tidak terdengar lagi pertikaian-pertikaian
seperti dulu.
Dengan penuh tanda tanya kami kembali ke pos kami dan
menceritakan kejadian tersebut kepada rekan-rekan lain.
Tidak lama sesudah itu sampailah berita bahwa Letnan Kolonel
Tjut Rachman (Komandan Resimen RIMA) yang sementara itu
telah diangkat menjadi Komandan Komando Medan Area tewas
akibat kecelakaan mobil dalam perjalanan di Aceh sewaktu turut
mengiringi rombongan dari Komisi Tiga Negara. Berita itu sungguh
sangat mengejutkan, karena Overste Tjut Rachman adalah seorang
perwira menengah yang sangat populer dan baru pula memangku
jabatan Komandan di Medan Area tersebut. Sebagai ganti
beliau ditunjukkan Mayor Bahren dan sebagai Kepala Markas
Umum diangkat Komandan Batalyon kami, Kapten Zein Hamid. Ini
semua kejadian adalah pada saat-saat mulai meruncingnya hubungan
dengan fihak Belanda dan diduga setiap saat akan me-
'etus kembali menjadi perang terbuka.
Dengan diangkatnya Komandan Batalyon kami jadi Kepala
Markas Umum, menjadi bertambah beratlah beban yang harus
34