Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
BERITA UTAMA<br />
Pemilu Serentak<br />
Dua Gugatan Uji Materi UU Pilpres<br />
Dua pihak mengajukan uji materi terhadap UU Nomor 42 Tahun<br />
2008 tentang Pemilihan Presiden ke Mahkamah Konstitusi, yaitu<br />
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemilu Serentak, dan kandidat calon<br />
presiden dari Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra.<br />
TIDAK tampak guratan kekecewaan di<br />
wajah Effendi Ghazali usai mendengar<br />
putusan Mahkamah Konstitusi (MK)<br />
yang dibacakan Ketua MK Hamdan Zoelva.<br />
Sebaliknya, Effendi Ghazali menebar<br />
senyum usai sidang putusan MK di Gedung<br />
Mahkamah Konstitusi, pada Kamis 23 Januari<br />
<strong>2014</strong>. Effendi Ghazali, pakar komunikasi dari<br />
Universitas Indonesia (UI), mengaku, tidak<br />
kecewa dengan keputusan MK soal<br />
hukum tata negara Saldi Isra dan Irman Putra<br />
Sidin, serta aktivis LSM Ray Rangkuti dan<br />
Jerry Sumampauw.<br />
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemilu<br />
Serentak sudah mengajukan gugatan judicial<br />
review itu pada awal 2013, tepatnya 10<br />
Januari 2013. Gugatan itu tercatat dalam<br />
perkara <strong>no</strong>mor 14/PUU-XI/2013. Kalangan<br />
akademisi dan LSM itu mengajukan<br />
permohonan penyelenggaraan Pemilu <strong>2014</strong>,<br />
hingga Rp 120 triliun. Effendi mengusulkan<br />
agar pelaksanaan pemilu dilakukan secara<br />
serentak dalam satu paket dengan<br />
menerapkan sistem presidential coattail dan<br />
political efficasy (kecerdasan berpolitik).<br />
Presidential coattail, setelah memilih<br />
calon presiden, pemilih cenderung memilih<br />
partai politik atau koalisi partai politik yang<br />
mencalonkan presiden yang dipilihnya.<br />
Tetapi, kalau political efficasy, pemilih bisa<br />
memilih anggota legislatif dan memilih<br />
presiden yang diusung partai lain.<br />
MK sudah menggelar tiga kali persidangan,<br />
sejak 6 Februari hingga 14 Maret<br />
2013, atas gugatan uji materi terhadap UU<br />
Nomor 42 Tahun 2008 itu. Namun, sampai<br />
akhir 2013, MK belum membacakan putusan<br />
atas gugatan judicial review tersebut.<br />
Lantaran tak digubris MK, Effendi Ghazalai<br />
sempat berniat mencabut gugatan uji materi<br />
pemilihan umum, baik pemilihan umum<br />
legislatif maupun pemilihan umum presiden<br />
secara serentak baru dapat dilaksanakan<br />
pada 2019.<br />
“Semua tidak ada yang mengatakan<br />
kecewa. Semuanya tersenyum walau<br />
capek karena menunggu sejak 10 Januari<br />
2013. Tidak ada satu pun mengeluarkan<br />
ucapan kecewa. Semua bersyukur.<br />
Alhamdulillah. Ini kemenangan konstitusi,<br />
kemenangan rakyat, kemenangan media,<br />
dan kemenangan kita semua,” katanya.<br />
Mahkamah Konstitusi (MK) baru saja<br />
membacakan putusan terhadap uji materi<br />
(judicial review) terhadap UU Nomor 42<br />
Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden. Uji<br />
materi dilayangkan Koalisi Masyarakat Sipil<br />
Untuk Pemilu Serentak. Effendi Ghazali<br />
adalah salah satu motor dari koalisi itu. Ikut<br />
bergabung dalam koalisi ini antara lain Hamdi<br />
Muluk (pakar psikologi politik UI), Thamrin<br />
Amal Tomagola (staf pengajar FISIP UI), ahli<br />
yaitu pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD<br />
dilakukan serentak dengan pemilu presiden<br />
dan wakil presiden sesuai Pasal 22E ayat 2<br />
UUD NRI Tahun 1945.<br />
Untuk itu, koalisi memohon MK untuk<br />
menguji pasal 3 ayat 5, pasal 9, pasal 12<br />
ayat 1 dan 2, pasal 14 ayat 2, dan pasal 112<br />
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008<br />
tentang Pemilihan Presiden. Menurut<br />
pemohon, pasal-pasal itu bertentangan<br />
dengan Pasal 22 E ayat 2 UUD NRI Tahun<br />
1945 yang berbunyi: Pemilu dilaksanakan<br />
secara langsung, umum, bebas, rahasia,<br />
jujur dan adil setiap lima tahun sekali.<br />
Sehingga pemilu semestinya digelar<br />
serentak atau hanya sekali dalam lima tahun.<br />
Effendi menganggap pemilu legislatif dan<br />
pemilu presiden yang dilakukan terpisah itu<br />
tidak efisien (boros) yang berakibat<br />
merugikan hak konstitusional pemilih. Pemilu<br />
yang berlangsung dua kali telah menyalahi<br />
konstitusi dan memboroskan uang rakyat<br />
FOTO-FOTO: ISTIMEWA<br />
UU Nomor 42 Tahun 2008 itu. Akhirnya, MK<br />
membacakan putusan atas gugatan Koalisi<br />
Masyarakat Sipil untuk Pemilu Serentak pada<br />
Kamis 23 Januari <strong>2014</strong>.<br />
Sebenarnya, dalam waktu bersamaan,<br />
MK juga menerima gugatan uji materi UU<br />
Nomor 42 Tahun 2008 diajukan Yusril Ihza<br />
Mahendra, kandidat calon presiden dari<br />
Partai Bulan Bintang (PBB). Pakar hukum tata<br />
negara itu mengajukan gugatan uji materi<br />
atas UU Nomor 42 Tahun 2008 pada 13<br />
Desember 2013. Yusril menegaskan, uji<br />
materi yang dia ajukan berbeda dengan<br />
pemohon sebelumnya (Koalisi Masyarakat<br />
Sipil untuk Pemilu Serentak). “Sehingga tidak<br />
terjadi pengulangan atau nebis in idem,”<br />
katanya setelah mendaftarkan uji materi UU<br />
Nomor 42 Tahun 2008 di MK, Jakarta.<br />
Ketua Dewan Syuro PBB itu<br />
mempersoalkan pasal 3 ayat 4 yang<br />
menyebutkan jadwal pemilu presiden dan<br />
wakil presiden ditetapkan dengan keputusan<br />
14 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>