06.11.2014 Views

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SOSIALISASI<br />

pelayanan yang lebih baik kepada<br />

masyarakat. Namun, apa yang terjadi justru<br />

sebaliknya. Bukan pelayanan yang diperoleh<br />

masyarakat melainkan “permainan” yang<br />

dilakukan para kepala daerah.<br />

Sebagai buktinya, Yasonna mengungkapkan<br />

sebanyak 309 kepala daerah (baik<br />

gubernur, bupati, walikota) saat ini sedang<br />

tersangkut masalah hukum, khususnya<br />

dalam kasus-kasus korupsi. “Korupsi sudah<br />

sampai ke daerah-daerah,” ujarnya.<br />

Kebanyakan kasus korupsi itu terkait dengan<br />

anggaran di daerah. Banyak juga kasus<br />

berupa suap kepada kepala daerah.<br />

Memang, sejak pemberlakuan oto<strong>no</strong>mi<br />

daerah, daerah mengelola sumber daya alam<br />

yang dimilikinya. Namun, Yasonna melihat ada<br />

sikap pragmatis yang ditunjukkan (kepala)<br />

daerah. (Kepala) daerah mengeluarkan izinizin,<br />

seperti izin usaha penambangan,<br />

perkebunan, dan lainnya. Permohonan izinizin<br />

para investor itu melibatkan uang pelicin.<br />

FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI<br />

“Ini sebabnya pengelolaan sumber daya alam<br />

di daerah tidak menyejahterakan rakyat<br />

setempat,” ujar Yasonna.<br />

Menanggapi persoalan oto<strong>no</strong>mi daerah,<br />

Ahmad Muqowam menyatakan bahwa<br />

konsep oto<strong>no</strong>mi daerah sebenarnya sudah<br />

tepat. Namun, dia mengakui telah terjadi<br />

disparitas dalam pelaksanaan oto<strong>no</strong>mi<br />

daerah di lapangan. “Tujuan oto<strong>no</strong>mi daerah<br />

itu sebenarnya adalah untuk memperbaiki<br />

pelayanan kepada masyarakat dan untuk<br />

pemerataan pembangunan. Dengan tujuan<br />

itu, konsep oto<strong>no</strong>mi daerah dengan<br />

menyerahkan sebagian kewenangan pusat<br />

kepada daerah diterima semua pihak,”<br />

katanya.<br />

Tetapi, lanjut Ahmad Muqowam, dalam<br />

pelaksanaannya telah terjadi “deviasi”<br />

kewenangan itu. Dia mencontohkan, dalam<br />

bidang kehutanan, ada sekitar 2,4 juta hektar<br />

lahan yang kewenangannya diserahkan<br />

kepada daerah. “Agar tak terjadi<br />

penyimpangan, perlu law enforcement<br />

seperti aturan yang jelas dan penegakan<br />

hukum,” katanya.<br />

Satu hal lagi yang menjadi perhatian dalam<br />

oto<strong>no</strong>mi daerah adalah pemilihan kepala<br />

daerah. Yasonna melihat ada pragmatisme<br />

politik dalam pemilihan kepala daerah. Dalam<br />

konstitusi disebutkan kepala daerah dipilih<br />

secara demokratis. Karena pragmatisme<br />

politik itu, terjadi “wani piro” dalam pemilihan<br />

kepala daerah. Pemerintah akhirnya<br />

mengusulkan adanya perubahan dalam<br />

pemilihan kepala daerah seperti diajukan<br />

dalam pembahasan UU Pemerintah Daerah.<br />

Yasonna menjelaskan, pada awalnya<br />

pemerintah mengusulkan gubernur dipilih<br />

oleh DPRD, sedangkan bupati atau walikota<br />

dipilih secara langsung oleh rakyat. Namun,<br />

belakangan, pemerintah berubah pendirian.<br />

Pemerintah mengusulkan agar gubernur<br />

dipilih secara langsung oleh rakyat<br />

sedangkan bupati dan walikota dipilih DPRD.<br />

“Fraksi-fraksi DPR tetap menghendaki<br />

adanya pemilihan kepala daerah secara<br />

langsung. Sekarang sedang dicari jalan<br />

keluar, misalnya dengan melakukan<br />

pemilihan kepala daerah secara serentak,”<br />

kata Yasonna yang juga anggota Komisi II<br />

DPR RI yang membidangi pemerintahan<br />

dalam negeri.<br />

Ahmad Muqowam menambahkan,<br />

Pemilukada secara langsung sudah dimulai<br />

pada tahun 2005. Ide Pemilukada secara<br />

langsung sudah sesuai dengan konstitusi.<br />

Tetapi persoalannya ada pada partai politik<br />

dan birokrasi. “Masyarakat sendiri kelihatannya<br />

sudah apriori dengan Pemilukada,”<br />

ucapnya. ❏<br />

BS<br />

64 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!