You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Hajriyanto Y. Thohari<br />
Wakil Ketua MPR RI<br />
Putusan MK Aneh dan Janggal<br />
dalam sebuah wawancara di kediamannya beberapa waktu lalu.<br />
Berikut petikannya:<br />
Mahkamah Konstitusi memutuskan penyelenggaraaan<br />
pemilu serentak pada 2019. Keputusan MK mengundang<br />
polemik. Pendapat Bapak?<br />
Saya sudah menduga sejak awal. Maka, ketika saya diminta<br />
menanggapi putusan MK itu, saya mengatakan bahwa keputusan<br />
MK itu sangat aneh dan penuh kejanggalan. Saya memprediksi<br />
keputusan MK itu akan mengundang kontroversi. Selain itu, Pemilu<br />
<strong>2014</strong> yang dilakukan tidak serentak juga akan menjadi objek polemik.<br />
Apalagi MK sendiri mengatakan bahwa pemilu yang konstitusional<br />
adalah pemilu yang serentak. Maka pemilu yang tidak serentak<br />
dinyatakan sebagai tidak konstitusional.<br />
Cara mengambil keputusan dengan mafhum mukholafah atau<br />
secara kebalikannya juga bisa dibenarkan. Maka, masyarakat pasti<br />
akan menggunakan dalih inkonstitusionalitas Pemilu <strong>2014</strong> untuk<br />
mempertanyakan hasil Pemilu <strong>2014</strong>.<br />
Nah, kita harus menyadari bahwa pemilu bukan hanya soal formal<br />
saja, tetapi juga sarat dengan dimensi politik. Sehingga kontroversi pemilu<br />
serentak secara hukum akan mudah dipolitisasi, kemudian dikapitalisasi<br />
dan dijadikan instrumen untuk menggugat hasil Pemilu <strong>2014</strong> itu.<br />
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika Pemilihan Presiden<br />
<strong>2014</strong> dipertanyakan legitimasinya, terutama legalitas<br />
konstitusionalnya. Tentu saja hal itu akan berpengaruh pada legitimasi<br />
politik presiden dan wakil presiden terpilih. Belum lagi kalau<br />
kemenangannya hanya beda tipis dan timbul kontroversi lagi. Ini<br />
akan menimbulkan pengaruh yang besar pada kepresidenan terpilih.<br />
PUTUSAN Mahkamah Konstitusi (MK) soal Pemilu serentak<br />
mengundang perdebatan dari berbagai pihak. Berbagai<br />
kalangan melontarkan pandangan-pandangannya tentang<br />
pemilu serentak. Bagi Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari,<br />
putusan MK itu bisa dikatakan aneh dan penuh kejanggalan, serta<br />
memicu kontroversi dan polemik. Politisi Partai Golkar ini juga<br />
menyayangkan putusan MK dikeluarkan pada saat yang tidak tepat,<br />
karena KPU sudah mempersiapkan Pemilu <strong>2014</strong>.<br />
Lebih jauh, kepada M. Budio<strong>no</strong> dari Majelis, Hajriyanto Y Thohari<br />
mengungkapkan pandangan-pandangannya soal pemilu serentak<br />
Apakah putusan MK itu bisa menjadi indikasi bahwa<br />
lembaga hukum tersebut sudah tidak lagi independen?<br />
Misalnya, MK memutuskan pemilu serentak 2019 hanya<br />
mempertimbangkan masalah kesiapan pemilu pada <strong>2014</strong><br />
ini, bukan melihat masalah hukumnya?<br />
Kita tidak bisa menganalisis seperti itu. Nanti, sifatnya hanya<br />
dugaan-dugaan dan spekulasi. Kita harus melihat keputusan MK itu<br />
objektif. Maksud saya, analisa hanya pada keputusannya, bukan<br />
orang-orangnya atau hakim-hakim MK, independensinya atau<br />
kemungkinan adanya tekanan.<br />
Bahwa mungkin tidak independen, tidak mandiri, atau ada tekanan<br />
politik, hal itu bisa saja terjadi. Tetapi tetap saja sifatnya spekulasi.<br />
20 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>