06.11.2014 Views

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc.,<br />

Ketua DJSN Merangkap Anggota dari Unsur Pemerintah<br />

DJSN Sudah Bekerja Melampaui Target<br />

Dr. Chazali H. Situmorang, Apt., M.Sc.,<br />

merupakan salah satu sosok sentral<br />

berlakunya program BPJS Kesehatan pada<br />

1 Januari lalu. Ia sudah terlibat dalam<br />

program BPJS mulai dari masa<br />

perencanaan. Karena itu, ia tahu benar<br />

bagaimana gambaran konflik dan proses<br />

tarik-menarik menuju pemberlakukan<br />

program BPJS.<br />

Chazali merupakan Staf Ahli Menteri<br />

Sosial Bidang Oto<strong>no</strong>mi Daerah. Ia adalah<br />

Ketua merangkap anggota DJSN. Di DJSN,<br />

doktor (S3) Manajemen Pendidikan<br />

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini<br />

mewakili unsur pemerintah. Master (S2)<br />

Public Health dari Universitas Indonesia<br />

ini sangat identik dengan DJSN. Ke mana<br />

dan di mana pun Sarjana (S1) Farmasi<br />

Fakultas Matematikan dan Ilmu<br />

Pengetahuan Alam (FMIPA) dari<br />

Universitas Sumatra Utara (USU) ini berada,<br />

istilah DJSN pasti menempel di belakang<br />

namanya.<br />

Chazali sudah menelorkan beberapa<br />

buku terkait DJSN. Salah satunya adalah,<br />

’Reformasi Jaminan Sosial di Indonesia’<br />

(Transformasi BPJS: “Indahnya Harapan<br />

Pahitnya Kegagalan”, 2013). Lantas<br />

bagaimanakah sebenarnya perjuangan<br />

yang sudah dilakukan untuk menuntaskan<br />

BPJS? Apa saja yang menjadi kendala<br />

selama proses berjalannya rencana<br />

tersebut? Serta apa yang akan dilakukan<br />

ke depan? Ini penjelasan Chazali mengenai<br />

hasil itu. Petikan:<br />

Kenapa operasionalisasi penerapan<br />

BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan<br />

berbeda?<br />

Yang jelas, banyak program yang harus<br />

diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan,<br />

termasuk peralihan program. Misalnya,<br />

peralihan jaminan pensiun Pegawai Negeri<br />

Sipil (PNS). Jaminan pensiun PNS selama ini<br />

tidak diselenggarakan oleh Jamsostek, tapi<br />

oleh PT. Taspen. Nanti, untuk jaminan sosial<br />

PNS yang baru akan diselenggarakan oleh<br />

BPJS Ketenagakerjaan. Taspen hanya<br />

meneruskan yang lama hingga tahun 2029.<br />

Semua program (jaminan pensiun, jaminan<br />

kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan<br />

kematian) untuk peserta yang baru akan<br />

diselenggarakan oleh BPJS<br />

Ketenagakerjaan.<br />

Tentu banyak hal, termasuk peralihan<br />

program yang perlu persiapan matang.<br />

Sebab, soal pensiun PNS misalnya, tidak<br />

mudah dan banyak peraturan pelaksanaan<br />

yang harus disesuaikan. Karena itulah<br />

kenapa BPJS Ketenagakerjaan butuh waktu<br />

masa transisi selama satu setengah tahun<br />

sejak jaminan sosial kesehatan dimulai<br />

tanggal 1 Januari <strong>2014</strong>. Kalau untuk BPJS<br />

Kesehatan rasanya tidak terlalu banyak<br />

kendala. Dari sisi program yang ditangani<br />

hanya satu program.<br />

Jadi, memang harus lebih dulu BPJS<br />

Kesehatan?<br />

Ya, perintah undang-undang memang<br />

berbunyi seperti itu.<br />

Bagaimana posisi DJSN dan BPJS?<br />

Selevel. Kita sama-sama bertanggung<br />

jawab kepada Presiden. BPJS berfungsi<br />

sebagai penyelenggara, kita berfungsi<br />

mengawasi. Pengawasan eksternal. Di BPJS<br />

FOTO-FOTO: ISTIMEWA<br />

juga ada pengawasan internal. Komisaris<br />

akan menjadi pengawas para dewan direksi<br />

dalam menyelenggarakan SJSN. Kita<br />

mengawasi kedua-duanya. DJSN dibantu<br />

oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan<br />

Otoritas Jasa keuangan (OJK).<br />

Dalam melaksanakan peranannya,<br />

tentu banyak kepentingan yang<br />

dihadapi DJSN. Menurut Bapak?<br />

Dalam prosesnya pasti ada tarik-menarik.<br />

Ada dua kutub yang tarik-menarik itu. Yang<br />

menyelenggarakan dan yang punya uang<br />

(pemerintah/kementerian keuangan). Untuk<br />

orang miskin harus dibantu iurannya sekian,<br />

EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong><br />

45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!