You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Oleh:<br />
Sidarto Danusubroto<br />
Ketua MPR RI<br />
Kita Perlu Memiliki GBHN<br />
SEJAK menjadi Ketua MPR, dalam rangka sosialisasi Empat<br />
Pilar, saya sudah mendatangi beberapa kampus, mulai dari<br />
Universitas Pattimura di Ambon, kemudian kampus di<br />
Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan),<br />
Bangka Belitung, Mamuju (Sulawesi Barat), sampai ke kampus di<br />
Provinsi Aceh. Bahkan, saya mendatangi kampus di hampir semua<br />
provinsi. Dalam diskusi di banyak kampus itu, juga diskusi dengan<br />
kelompok-kelompok masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat, saya<br />
mendapat kesan bahwa selama ini kita kehilangan MPR yang dulu<br />
dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).<br />
Yang kita maksud bukanlah MPR sebagai lembaga tertinggi<br />
negara seperti pada waktu lalu, melainkan lembaga MPR di mana<br />
seorang presiden memberikan laporan kinerja kepada MPR sebagai<br />
lembaga yang mewakili rakyat. Selama ini, presiden menyampaikan<br />
laporan tahunan yang berisi pidato kenegaraan di DPR. Berbeda<br />
dengan hal itu, kita menginginkan presiden menyampaikan laporan<br />
kinerja kepada lembaga MPR.<br />
Laporan kinerja atau apa yang dikerjakan presiden harus<br />
mengacu pada Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). MPR<br />
nanti yang merumuskan GBHN. GBHN ini berfungsi secara<br />
horisontal, dan GBHN yang berfungsi secara vertikal. GBHN secara<br />
horisontal adalah mengenai bagaimana peta Indonesia ke depan<br />
di bidang eko<strong>no</strong>mi, sosial, politik, pertahanan keamanan, dan<br />
lainnya, misalnya selama 50 tahun ke depan. Visi misi seorang<br />
presiden harus mengacu pada panduan GBHN ini.<br />
Seorang presiden harus melaksanakan visi misi jangka<br />
menengah dalam panduan GBHN sehingga tidak terpotong-potong<br />
antara presiden yang satu dengan presiden berikutnya. Sekarang<br />
ini, jika ganti presiden lalu terjadi perubahan sehingga peta Indonesia<br />
ke depan tidak jelas. Karena setiap presiden memiliki visi<br />
misi untuk 5 tahun atau 10 tahun tergantung berapa lama dia<br />
menjabat. Ke depan, kita ingin ada satu peta bagaimana kira-kira<br />
bangunan Indonesia dalam waktu 25 tahun atau 50 tahun yang<br />
akan datang.<br />
GBHN yang secara vertikal adalah GBHN yang menjadi<br />
pedoman secara nasional, provinsi, kabupaten/kota. Semuanya<br />
harus terintegrasi dan utuh. Jadi, meski ada oto<strong>no</strong>mi daerah,<br />
kepala daerah tidak boleh menyimpang dari GBHN nasional.<br />
Semua kepala daerah baik gubernur, bupati, walikota, harus<br />
taat pada konstitusi. Termasuk juga presiden harus taat pada<br />
konstitusi, dan jika melanggar konstitusi presiden bisa di-impeachment.<br />
Taat pada konstitusi berarti juga taat pada Empat<br />
Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD<br />
NRI Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka<br />
Tunggal Ika).<br />
Apabila kepala daerah baik gubernur, bupati, walikota,<br />
menyimpang dari konstitusi, maka harus ada upaya dari<br />
presiden untuk menegur, jika perlu bisa mencabut oto<strong>no</strong>mi<br />
kepada daerah bersangkutan. Inilah Negara Kesatuan Republik<br />
Indonesia (NKRI), yaitu membangun NKRI berdasarkan pada<br />
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, dengan kemajemukan. Inilah<br />
sendi-sendi dasar yang telah membuat Indonesia bertahan<br />
selama 68 tahun. Jika nanti ada (pelaksanaan) oto<strong>no</strong>mi daerah<br />
yang menyimpang dari konstitusi maka akan merepotkan<br />
bangunan NKRI.<br />
Jadi, harus ada GBHN yang tidak hanya horisontal dalam arti<br />
presiden harus mengacu pada panduan, tetapi juga GBHN yang<br />
vertikal dalam arti pembangunan di tingkat nasional, provinsi,<br />
kabupaten, dan kota harus terintegrasi (integrated). Tidak boleh<br />
lagi seorang bupati seperti raja-raja kecil di daerah, di mana<br />
kekayaan alam dikeruk sesukanya (kebablasan). Hal ini tidak bisa<br />
lagi dibiarkan. Semuanya harus ditata kembali. Semua harus taat<br />
pada konstitusi, taat pada Empat Pilar.<br />
Jika kita ingin melestarikan dan mengawal negara ini semakin<br />
kuat maka kita perlu ada satu GBHN yang bukan hanya berfungsi<br />
secara horizontal, tetapi juga vertikal sehingga pembangunan<br />
nasional bisa di semua wilayah, baik nasional, provinsi, maupun<br />
kabupaten kota bisa terintegrasi. ❏<br />
82 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>