You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
RAGAM<br />
Sejak digagas dan<br />
direncanakan, hingga<br />
dibangun, masjid<br />
Istiqlal dipenuhi<br />
dengan makna dan<br />
simbol. Pembangunan<br />
masjid Istiqlal sendiri<br />
tidak lepas dari<br />
sentuhan Presiden<br />
Pertama RI, Soekar<strong>no</strong>.<br />
Sentuhan Bung Kar<strong>no</strong> pada<br />
Masjid Istiqlal<br />
KEGIATAN masjid Istiqlal berjalan rutin<br />
seperti biasanya. Tidak ada kegiatan<br />
istimewa di masjid terbesar di Asia<br />
Tenggara itu. Padahal, Februari menjadi bulan<br />
bersejarah bagi masjid yang terletak di jalan<br />
Wijayakusuma, Jakarta Pusat, itu. Pada bulan<br />
Februari inilah, tepatnya 22 Februari, menjadi<br />
hari peresmian masjid ini pada 1978. Jika<br />
dihitung, usia masjid Istiqlal kini mencapai<br />
36 tahun. Tidak ada perhelatan di masjid<br />
ini menandai usianya telah menginjak<br />
lebih dari tiga setengah dasawarsa itu.<br />
Begitu menyebut nama Istiqlal<br />
terbayang sebuah masjid dengan<br />
kemegahan sekaligus kesejukan. Akan<br />
lebih terasa bila kita mengunjungi dan<br />
beribadah shalat di masjid ini. Datang ke<br />
masjid ini, kita kita akan kagum<br />
memandang kemegahan bangunan<br />
dengan luas lantai 72.000 meter persegi<br />
dan luas atap 21.000 meter persegi.<br />
Kompleks masjid Istiqlal itu sendiri seluas<br />
12 hektar, tujuh hektar di antaranya untuk<br />
bangunan masjid. Tidak salah jika masjid<br />
Istiqlal dikatakan masjid terbesar di Asia<br />
Tenggara.<br />
Masjid Istiqlal adalah salah satu icon di<br />
kota Jakarta. Tak jauh berbeda dengan Tugu<br />
Monas atau icon kota Jakarta lainnya. Namun,<br />
ada yang membuat masjid Istiqlal lebih<br />
istimewa. Yaitu, sejak digagas dan<br />
direncanakan, hingga masjid ini dibangun,<br />
dipenuhi dengan makna dan simbol.<br />
Pembangunan masjid Istiqlal sendiri tidak<br />
lepas dari sentuhan Presiden Pertama RI,<br />
Soekar<strong>no</strong>. Proklamator Kemerdekaan RI<br />
inilah yang memutuskan dan menyetujui<br />
masjid, Bung Kar<strong>no</strong> sempat berbeda<br />
pendapat dengan Wakil Presiden Hatta. Bung<br />
Kar<strong>no</strong> menginginkan lokasi untuk<br />
pembangunan masjid adalah di atas taman<br />
Wilhelmina. Taman itu terletak di lokasi bekas<br />
benteng Belanda Frederick Hendrik yang<br />
dibangun Gubernur Jenderal Van Den Bosch<br />
pada tahun 1834.<br />
Kalau dilihat sekarang, lokasi Taman<br />
Wilhelmina itu terletak di antara Jalan<br />
Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan<br />
Katedral, dan Jalan Veteran. Inilah lokasi<br />
masjid Istiqlal saat ini.<br />
Namun, Bung Hatta mempunyai<br />
pemikiran berbeda. Bung Hatta<br />
mengusulkan lokasi pembangunan masjid<br />
Istiqlal di Jalan Thamrin. Bung Hatta<br />
beralasan lokasi di Jalan Thamrin—kala<br />
itu—dikelilingi perkampungan (pemukiman<br />
penduduk). Sedangkan lokasi Taman<br />
Wilhelmina terletak jauh dari pemukiman<br />
penduduk. Selain itu, Hatta berpendapat,<br />
FOTO-FOTO: ISTIMEWA<br />
pembongkaran benteng Belanda<br />
pembangunan masjid Istiqlal.<br />
membutuhkan waktu lama dan dana yang<br />
Tidak itu saja. Dalam pembangunan besar.<br />
masjid Istiqlal, Bung Kar<strong>no</strong> juga memberi Bung Kar<strong>no</strong> teguh pada pendiriannya.<br />
landasan filosofis dan teknis sejak pemilihan Mengapa? Sebab, untuk membangun masjid<br />
lokasi. Lihat saja, bentuk akhir masjid ini. itu, Bung Kar<strong>no</strong> ingin berlandaskan pada<br />
Sangat monumental. Dalam pemilihan lokasi filosofi makna “merdeka”. Istiqlal yang berarti<br />
78 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>