06.11.2014 Views

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SOSIALISASI<br />

FGD MPR-DPP Gerindra<br />

Pro Kontra Sistem Perwakilan Rakyat<br />

SISTEM perwakilan rakyat, terutama soal<br />

sistem pemilihan anggota dewan pusat,<br />

daerah, pemilihan kepala daerah sampai<br />

pemilihan kepala desa yang sekarang ini<br />

diterapkan di Indonesia, pada dasarnya<br />

sangat baik dan bertujuan mulia untuk<br />

mengakomodir aspirasi rakyat secara utuh.<br />

Namun, dalam perjalanannya, proses<br />

demokratis tersebut malah menimbulkan<br />

banyak masalah serius yang berpotensi<br />

konflik, terutama tingkat grassroot.<br />

Hal ini dibahas serius dalam Focus Group<br />

Discussion ( FGD ) antara Tim Kerja Kajian<br />

Sistem Ketatanegaraan Indonesia MPR RI<br />

dengan DPP Partai Gerindra, Selasa 16<br />

Desember 2013. Ketua Umum DPP Partai<br />

Gerindra Prof. Suhardi melihat bahwa<br />

mekanisme untuk menetapkan sistem<br />

keterwakilan Indonesia saat ini sangat tidak<br />

efisien, sangat mahal ongkosnya, dan pada<br />

penerapannya malah banyak menimbulkan<br />

perpecahan, kontradiktif, pengkotak-kotakan<br />

di tataran masyarakat terkecil.<br />

Prof. Suhardi memberi contoh pemilihan<br />

kepala desa. Di Indonesia ada kira-kira 80<br />

ribu desa yang melakukan pemilihan<br />

langsung yang pada ujungnya malah<br />

menghasilkan perpecahan di tengah-tengah<br />

masyarakat. “Masyarakat menjadi makin<br />

terkotak-kotak. Hal ini sangat tidak sejalan<br />

dengan prinsip kebersamaan dan gotong<br />

royong serta tepo seliro bangsa ini,” ujarnya.<br />

Menurut hemat Suhardi, ke depan, sistem<br />

perwakilan yang ada harus bisa menjadi dan<br />

membawa aspirasi rakyat secara<br />

keseluruhan dan bisa menjadi sistem yang<br />

efisien, bersatu padu bekerja sama dengan<br />

rakyat membawa bangsa ini keluar dari<br />

jurang krisis. Jangan sampai sistem<br />

ketatengaraan yang tidak efisien membuat<br />

bangsa ini makin terpuruk.<br />

Dulu, bangsa ini merasakan mekanisme<br />

pemilihan yang sangat baik dan sangat<br />

efisien. Saat ini, bangsa ini merasakan<br />

sistem pemilihan yang tidak efisien, hanya<br />

membuang-buang anggaran sangat besar,<br />

padahal seharusnya anggaran tersebut bisa<br />

untuk menyejahterakan rakyat. Antara lain,<br />

anggaran tersebut lebih baik dianggarkan<br />

untuk peningkatan produk pangan Indonesia<br />

sehingga akan lebih besar manfaatnya<br />

untuk rakyat.<br />

Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra<br />

Ahmad Muzani melihat ada beberapa poin<br />

utama yang sangat penting harus dicermati<br />

terkait dengan sistem ketatanegaraan Indonesia.<br />

Pertama, dalam pandangan Gerindra,<br />

dalam empat kali perubahan UUD 1945<br />

ternyata belum mampu mengantisipasi<br />

perkembangan yang begitu cepat sejak<br />

reformasi ini berjalan.<br />

Yang terasa sekarang, menurut Muzani,<br />

perubahan UUD 1945 ternyata makin jauh<br />

dari tujuan pembentukan bangsa Indonesia.<br />

Contoh, pada Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945<br />

tentang eko<strong>no</strong>mi. Pasal ini sekarang<br />

dirasakan rakyat makin menjauhkan dari<br />

kehidupan rakyat, akses kepemilikan<br />

eko<strong>no</strong>mi juga menjauhkan rakyat dari<br />

sumber-sumber eko<strong>no</strong>mi yang dimiliki<br />

negara, dan makin menjauhkan negara dari<br />

tanggung jawab kepada rakyatnya.<br />

FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI<br />

62 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!