06.11.2014 Views

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sosialisasi 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara<br />

(Pancasila , UUD NRI Tahun 1945, NKRI,<br />

Bhinnke Tunggal Ika). Sasaran sosialisasi<br />

seluruh lapisan masyarakat, terutama<br />

generasi muda. Di tengah-tengah gerakan<br />

tersebut, MPR RI memberikan usulan agar<br />

materi 4 Pilar dimasukkan sebagai kurikulum<br />

tetap pendidikan nasional, ini sangat baik.<br />

Pancasila sangatlah baik sebagai<br />

kurikulum, karena Pancasila adalah kumpulan<br />

nilai-nilai luhur Pancasila. Sangat efektif<br />

untuk menanamkan rasa kebangsaan,<br />

keteladanan, karena anak-anak memang<br />

belum paham dengan apa yang disebut<br />

sebagai 4 Pilar tersebut. Misalnya, tentang<br />

sopan-santun, menghargai orang lain, jujur,<br />

menghormati orang tua, tak boleh melakukan<br />

kekerasan, tak boleh bentak-bentak, dan<br />

sebagainya.<br />

Semua anak itu cerdas meski pada bidang<br />

dan tingkatan yang berbeda-beda. Orang<br />

tua pun harus belajar menghargai anakanaknya,<br />

dan bukan sebaliknya. Sebab,<br />

dengan penghargaan anak akan mulai<br />

belajar menghargai orang lain, mulai sopan,<br />

jujur, dan tentu akan menghormati orang tua.<br />

Visi pendidikan Indonesia harusnya sudah<br />

mengedepankan soal penerapan etika, yang<br />

kemudian dilanjutkan dengan pengembangan<br />

estetika. Tidak hanya mengejar nilai-nilai<br />

akademis, tetapi juga etika dan estetika.<br />

Dengan begitu, para pelajar dapat menjadi<br />

pribadi yang baik, dan bisa menjauhi<br />

tindakan-tindakan kekerasan yang ada di<br />

sekitarnya. ❏<br />

Deri<br />

Prof. DR. H. Arief Rahman, M.Pd Pakar Pendidikan dan Guru Besar UNJ<br />

Pendidikan Pancasila Bentuk Karakter Anak Bangsa<br />

BANYAK selentigan negatif berkembang<br />

di masyarakat terkait sistem pendidikan<br />

nasional. Di antaranya adalah sistem<br />

pendidikan nasional tergantung pemerintah<br />

yang sedang berkuasa. Ganti pemerintah<br />

maka sistem pendidikanpun akan ikut<br />

berubah. Keadaan ini menyebabkan sistem<br />

pendidikan nasional berjalan lamban, karena<br />

ketergantungan politik. Apalagi rakyat belum<br />

memandang kurikulum membawa perubahan<br />

besar terhadap peningkatan pengetahuan,<br />

perilaku serta kreatifitas pelajar.<br />

Ada beberapa aspek yang harus<br />

diperhatikan dalam pendidikan nasional sesuai<br />

dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />

Pendidikan Nasional. Selain penguatan pada<br />

penilaian kecerdasan otak (kognitif), yakni<br />

kecerdasan sikap dan perilaku, juga<br />

kecerdasan sikap dan perilaku hanya akan<br />

tertangkap baik jika ada pemahaman terhadap<br />

sesuatu yang mencerminkan nilai-nilai luhur<br />

bangsa yakni Pancasila.<br />

Usul materi 4 Pilar Berbangsa dan<br />

Bernegara (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,<br />

NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) yang<br />

disosialisasikan MPR RI sangat baik, sebab<br />

mengandung nilai-nilai luhur bangsa.<br />

Sebenarnya mata pelajaran Pancasila tidak<br />

pernah dihilangkan dari kurikulum pendidikan<br />

nasional. Pokok bahasan masih ada di<br />

pelajaran kewarganegaraan. Pemahaman<br />

bangsa akan sangat bagus jika materi<br />

tersebut terus didalami.<br />

Namun, yang terpenting, Pancasila selain<br />

harus dipahami, pengetahuan Pancasila<br />

tersebut harus juga dimunculkan dalam<br />

bentuk sikap. Ini yang harus diperhatikan oleh<br />

para guru bagaimana bersikap sesuai<br />

dengan Pancasila sehingga kelak akan<br />

muncul generasi yang Pancasilais dan<br />

mendukung NKRI. Keteladanan bisa sangat<br />

penting dan menjadi sumber keberhasilan<br />

dalam membentuk kecerdasan perilaku.<br />

Pemahaman itu sangat penting bagi<br />

pelajar dan mahasiswa, karena sikap itu<br />

diperlukan anak muda untuk membentuk jati<br />

diri mereka. Jika pembentukan sikap ini tidak<br />

diperoleh dari guru dan orang tua, siswa<br />

akan mencarinya dari sumber-sumber lain<br />

untuk membentuk sikap mereka. Ini jauh lebih<br />

ISTIMEWA<br />

rawan dan berbahaya, dan rawan terjadi<br />

penyimpangan. Adanya sikap radikal di<br />

kalangan generasi muda adalah akibat dari<br />

kesalahan pemahaman terhadap NKRI.<br />

Dari sisi legal konstitusional, Undang-<br />

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />

Pendidikan Nasional yang diturunkan ke<br />

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun<br />

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan<br />

sebenarnya sudah memuat semua<br />

persyaratan untuk mewujudkan pendidikan<br />

nasional yang berkarakter dan<br />

berkebangsaan. Ini sudah sangat bagus,<br />

tinggal tataran pelaksanaannya saja. ❏<br />

Deri<br />

EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong><br />

55

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!