Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Sosialisasi 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara<br />
(Pancasila , UUD NRI Tahun 1945, NKRI,<br />
Bhinnke Tunggal Ika). Sasaran sosialisasi<br />
seluruh lapisan masyarakat, terutama<br />
generasi muda. Di tengah-tengah gerakan<br />
tersebut, MPR RI memberikan usulan agar<br />
materi 4 Pilar dimasukkan sebagai kurikulum<br />
tetap pendidikan nasional, ini sangat baik.<br />
Pancasila sangatlah baik sebagai<br />
kurikulum, karena Pancasila adalah kumpulan<br />
nilai-nilai luhur Pancasila. Sangat efektif<br />
untuk menanamkan rasa kebangsaan,<br />
keteladanan, karena anak-anak memang<br />
belum paham dengan apa yang disebut<br />
sebagai 4 Pilar tersebut. Misalnya, tentang<br />
sopan-santun, menghargai orang lain, jujur,<br />
menghormati orang tua, tak boleh melakukan<br />
kekerasan, tak boleh bentak-bentak, dan<br />
sebagainya.<br />
Semua anak itu cerdas meski pada bidang<br />
dan tingkatan yang berbeda-beda. Orang<br />
tua pun harus belajar menghargai anakanaknya,<br />
dan bukan sebaliknya. Sebab,<br />
dengan penghargaan anak akan mulai<br />
belajar menghargai orang lain, mulai sopan,<br />
jujur, dan tentu akan menghormati orang tua.<br />
Visi pendidikan Indonesia harusnya sudah<br />
mengedepankan soal penerapan etika, yang<br />
kemudian dilanjutkan dengan pengembangan<br />
estetika. Tidak hanya mengejar nilai-nilai<br />
akademis, tetapi juga etika dan estetika.<br />
Dengan begitu, para pelajar dapat menjadi<br />
pribadi yang baik, dan bisa menjauhi<br />
tindakan-tindakan kekerasan yang ada di<br />
sekitarnya. ❏<br />
Deri<br />
Prof. DR. H. Arief Rahman, M.Pd Pakar Pendidikan dan Guru Besar UNJ<br />
Pendidikan Pancasila Bentuk Karakter Anak Bangsa<br />
BANYAK selentigan negatif berkembang<br />
di masyarakat terkait sistem pendidikan<br />
nasional. Di antaranya adalah sistem<br />
pendidikan nasional tergantung pemerintah<br />
yang sedang berkuasa. Ganti pemerintah<br />
maka sistem pendidikanpun akan ikut<br />
berubah. Keadaan ini menyebabkan sistem<br />
pendidikan nasional berjalan lamban, karena<br />
ketergantungan politik. Apalagi rakyat belum<br />
memandang kurikulum membawa perubahan<br />
besar terhadap peningkatan pengetahuan,<br />
perilaku serta kreatifitas pelajar.<br />
Ada beberapa aspek yang harus<br />
diperhatikan dalam pendidikan nasional sesuai<br />
dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />
Pendidikan Nasional. Selain penguatan pada<br />
penilaian kecerdasan otak (kognitif), yakni<br />
kecerdasan sikap dan perilaku, juga<br />
kecerdasan sikap dan perilaku hanya akan<br />
tertangkap baik jika ada pemahaman terhadap<br />
sesuatu yang mencerminkan nilai-nilai luhur<br />
bangsa yakni Pancasila.<br />
Usul materi 4 Pilar Berbangsa dan<br />
Bernegara (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,<br />
NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) yang<br />
disosialisasikan MPR RI sangat baik, sebab<br />
mengandung nilai-nilai luhur bangsa.<br />
Sebenarnya mata pelajaran Pancasila tidak<br />
pernah dihilangkan dari kurikulum pendidikan<br />
nasional. Pokok bahasan masih ada di<br />
pelajaran kewarganegaraan. Pemahaman<br />
bangsa akan sangat bagus jika materi<br />
tersebut terus didalami.<br />
Namun, yang terpenting, Pancasila selain<br />
harus dipahami, pengetahuan Pancasila<br />
tersebut harus juga dimunculkan dalam<br />
bentuk sikap. Ini yang harus diperhatikan oleh<br />
para guru bagaimana bersikap sesuai<br />
dengan Pancasila sehingga kelak akan<br />
muncul generasi yang Pancasilais dan<br />
mendukung NKRI. Keteladanan bisa sangat<br />
penting dan menjadi sumber keberhasilan<br />
dalam membentuk kecerdasan perilaku.<br />
Pemahaman itu sangat penting bagi<br />
pelajar dan mahasiswa, karena sikap itu<br />
diperlukan anak muda untuk membentuk jati<br />
diri mereka. Jika pembentukan sikap ini tidak<br />
diperoleh dari guru dan orang tua, siswa<br />
akan mencarinya dari sumber-sumber lain<br />
untuk membentuk sikap mereka. Ini jauh lebih<br />
ISTIMEWA<br />
rawan dan berbahaya, dan rawan terjadi<br />
penyimpangan. Adanya sikap radikal di<br />
kalangan generasi muda adalah akibat dari<br />
kesalahan pemahaman terhadap NKRI.<br />
Dari sisi legal konstitusional, Undang-<br />
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem<br />
Pendidikan Nasional yang diturunkan ke<br />
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun<br />
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan<br />
sebenarnya sudah memuat semua<br />
persyaratan untuk mewujudkan pendidikan<br />
nasional yang berkarakter dan<br />
berkebangsaan. Ini sudah sangat bagus,<br />
tinggal tataran pelaksanaannya saja. ❏<br />
Deri<br />
EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong><br />
55