06.11.2014 Views

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

no-02th-viiifebruari-2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SOSIALISASI<br />

Sidarto dalam sambutannya sebelum<br />

pagelaran dimulai mengatakan bahwa 4 Pilar,<br />

yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Negara<br />

Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka<br />

Tunggal Ika, tidak bisa ditawar lagi. “Ini harus<br />

kita kawal,” tegasnya. Menurut Sidarto, cerita<br />

wayang golek tersebut sarat dengan kisah<br />

nyata di masyarakat tentang pentingnya<br />

menjaga keutuhan bangsa dengan<br />

menghormati perbedaan yang ada. “Empat pilar<br />

ini adalah landasan negara, hormati<br />

perbedaan etnis dan agama,” harap Sidarto.<br />

Kegiatan Sosialisasi 4 Pilar, menurut<br />

Sidarto, telah dilakukan MPR melalui berbagai<br />

macam bentuk dan model demi hasil yang<br />

maksimal. “Sosialisasi ini akan berdampak<br />

pada meningkatnya rasa bernegara,<br />

berbangsa, semangat persatuan dan<br />

kesatuan,” ujarnya mantap.<br />

Bandung Bandawasa Nitis melakonkan<br />

Bima yang berwatak keras. Meski memiliki<br />

watak yang demikian namun hatinya lembut,<br />

baik hati, dan penyayang. Sebagai sosok<br />

yang tinggi besar dan sakti mandraguna, ia<br />

diutus saudara-saudaranya yang tergabung<br />

dalam Pandawa untuk menanyakan hak atas<br />

tahta di Astina.<br />

Astina adalah milik Pandu Dewanata.<br />

Pandu Dewanata adalah orangtua Pandawa.<br />

Selama ini Astina dititipkan kepada Destarata.<br />

Destarata sendiri adalah orangtua Kurawa.<br />

Juru bicara Kurawa, Resi Dorna setuju Astina<br />

diserahkan ke Pandawa namun dengan<br />

sarat, Pandawa sudah dewasa dan harus<br />

menyediakan tanah pengganti kepada<br />

Kurawa. Tanah pengganti itu harus dari<br />

usaha Bima.<br />

Begawan Abiyasa mendengar keterangan<br />

Bima yang demikian menyebut apa yang<br />

dikatakan Dorna sebagai siasat licik. Penyediaan<br />

tanah yang dilakukan Bima dengan membabat<br />

hutan yang angker dan berbahaya sebagai<br />

upaya membunuh Bima melalui pihak-pihak lain.<br />

Saking angkernya hutan itu, Abiyasa dan ibu<br />

Pandawa, Dewi Kunti, melarang Bima<br />

membabat hutan angker itu.<br />

Bukan Bima kalau ia mundur. Ia tetap<br />

melaksanakan niatnya membuka hutan yang<br />

hendak diberikan kepada Kurawa.<br />

Perjuangan Bima membabat alas untuk<br />

mendirikan sebuah negeri yang aman dan<br />

tenteram ternyata tidak ringan. Ia harus<br />

berhadapan dengan raksasa jahat, dan<br />

selanjutnya detak jantung pe<strong>no</strong>nton yang<br />

menyaksikan pertunjukan itu pun berdenyut<br />

keras. ❏<br />

Kurnia<br />

FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI<br />

Negeri 4 Pilar<br />

Kisah Perjuangan Aceng Nizar<br />

NEGERI Empat Pilar” adalah program<br />

baru acara di TVRI dalam rangka<br />

sosialiasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa<br />

dan Bernegara (Pancasila, UUD NRI Tahun<br />

1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Program<br />

baru ini dikemas dalam bentuk talk show<br />

menghadirkan pelaku-pelaku di masyarakat<br />

yang mencerminkan dan telah mengamalkan<br />

pelaksanaan Empat Pilar Kehidupan<br />

Berbangsa dan Bernegara.<br />

Selain pelaku, talk show yang dipandu<br />

dua pembawa acara juga menghadirkan<br />

seorang narasumber (anggota MPR) dan<br />

para komedian yang pernah tergabung dalam<br />

acara “Negeri Impian”. Sebut saja, tokoh JK<br />

(yang diperankan Jarwo Kuat), ada juga<br />

tokoh Megawati Soekar<strong>no</strong>putri, dan tokoh<br />

Gus Pur (yang memerankan tokoh Gus Dur).<br />

Selain digarap serius, talk show juga<br />

diwarnai sisi humor.<br />

Pada pengambilan gambar “Negeri Empat<br />

Pilar” pada Jumat, 1 November 2013,<br />

dihadirkan pelaku sejarah, yaitu veteran<br />

perang Timor Timur. Nama sang pelaku,<br />

Aceng Nizar. Dia adalah anggota<br />

Kopasanda (sekarang Kopassus) yang ikut<br />

berperang ketika Timor Timur (Timtim—<br />

sekarang menjadi negara Timor Leste)<br />

hendak bergabung (integrasi) ke pemerintah<br />

Indonesia pada tahun 1975.<br />

Akibat terjun ke medan tempur pada 1975<br />

itu, Aceng harus kehilangan salah satu<br />

kakinya. Dalam acara itu, Aceng<br />

mengisahkan tentang pengalamannya ketika<br />

berperang di Timor Timur. Saat terjun payung<br />

dari pesawat, pasukan Aceng sudah<br />

dibombardir tembakan dari darat. Aceng bisa<br />

selamat dari tembakan musuh (pasukan<br />

Fretelin). Namun, setelah mendarat, Aceng<br />

68 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!