Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SOSIALISASI<br />
Sidarto dalam sambutannya sebelum<br />
pagelaran dimulai mengatakan bahwa 4 Pilar,<br />
yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Negara<br />
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka<br />
Tunggal Ika, tidak bisa ditawar lagi. “Ini harus<br />
kita kawal,” tegasnya. Menurut Sidarto, cerita<br />
wayang golek tersebut sarat dengan kisah<br />
nyata di masyarakat tentang pentingnya<br />
menjaga keutuhan bangsa dengan<br />
menghormati perbedaan yang ada. “Empat pilar<br />
ini adalah landasan negara, hormati<br />
perbedaan etnis dan agama,” harap Sidarto.<br />
Kegiatan Sosialisasi 4 Pilar, menurut<br />
Sidarto, telah dilakukan MPR melalui berbagai<br />
macam bentuk dan model demi hasil yang<br />
maksimal. “Sosialisasi ini akan berdampak<br />
pada meningkatnya rasa bernegara,<br />
berbangsa, semangat persatuan dan<br />
kesatuan,” ujarnya mantap.<br />
Bandung Bandawasa Nitis melakonkan<br />
Bima yang berwatak keras. Meski memiliki<br />
watak yang demikian namun hatinya lembut,<br />
baik hati, dan penyayang. Sebagai sosok<br />
yang tinggi besar dan sakti mandraguna, ia<br />
diutus saudara-saudaranya yang tergabung<br />
dalam Pandawa untuk menanyakan hak atas<br />
tahta di Astina.<br />
Astina adalah milik Pandu Dewanata.<br />
Pandu Dewanata adalah orangtua Pandawa.<br />
Selama ini Astina dititipkan kepada Destarata.<br />
Destarata sendiri adalah orangtua Kurawa.<br />
Juru bicara Kurawa, Resi Dorna setuju Astina<br />
diserahkan ke Pandawa namun dengan<br />
sarat, Pandawa sudah dewasa dan harus<br />
menyediakan tanah pengganti kepada<br />
Kurawa. Tanah pengganti itu harus dari<br />
usaha Bima.<br />
Begawan Abiyasa mendengar keterangan<br />
Bima yang demikian menyebut apa yang<br />
dikatakan Dorna sebagai siasat licik. Penyediaan<br />
tanah yang dilakukan Bima dengan membabat<br />
hutan yang angker dan berbahaya sebagai<br />
upaya membunuh Bima melalui pihak-pihak lain.<br />
Saking angkernya hutan itu, Abiyasa dan ibu<br />
Pandawa, Dewi Kunti, melarang Bima<br />
membabat hutan angker itu.<br />
Bukan Bima kalau ia mundur. Ia tetap<br />
melaksanakan niatnya membuka hutan yang<br />
hendak diberikan kepada Kurawa.<br />
Perjuangan Bima membabat alas untuk<br />
mendirikan sebuah negeri yang aman dan<br />
tenteram ternyata tidak ringan. Ia harus<br />
berhadapan dengan raksasa jahat, dan<br />
selanjutnya detak jantung pe<strong>no</strong>nton yang<br />
menyaksikan pertunjukan itu pun berdenyut<br />
keras. ❏<br />
Kurnia<br />
FOTO-FOTO: HUMAS MPR RI<br />
Negeri 4 Pilar<br />
Kisah Perjuangan Aceng Nizar<br />
NEGERI Empat Pilar” adalah program<br />
baru acara di TVRI dalam rangka<br />
sosialiasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa<br />
dan Bernegara (Pancasila, UUD NRI Tahun<br />
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Program<br />
baru ini dikemas dalam bentuk talk show<br />
menghadirkan pelaku-pelaku di masyarakat<br />
yang mencerminkan dan telah mengamalkan<br />
pelaksanaan Empat Pilar Kehidupan<br />
Berbangsa dan Bernegara.<br />
Selain pelaku, talk show yang dipandu<br />
dua pembawa acara juga menghadirkan<br />
seorang narasumber (anggota MPR) dan<br />
para komedian yang pernah tergabung dalam<br />
acara “Negeri Impian”. Sebut saja, tokoh JK<br />
(yang diperankan Jarwo Kuat), ada juga<br />
tokoh Megawati Soekar<strong>no</strong>putri, dan tokoh<br />
Gus Pur (yang memerankan tokoh Gus Dur).<br />
Selain digarap serius, talk show juga<br />
diwarnai sisi humor.<br />
Pada pengambilan gambar “Negeri Empat<br />
Pilar” pada Jumat, 1 November 2013,<br />
dihadirkan pelaku sejarah, yaitu veteran<br />
perang Timor Timur. Nama sang pelaku,<br />
Aceng Nizar. Dia adalah anggota<br />
Kopasanda (sekarang Kopassus) yang ikut<br />
berperang ketika Timor Timur (Timtim—<br />
sekarang menjadi negara Timor Leste)<br />
hendak bergabung (integrasi) ke pemerintah<br />
Indonesia pada tahun 1975.<br />
Akibat terjun ke medan tempur pada 1975<br />
itu, Aceng harus kehilangan salah satu<br />
kakinya. Dalam acara itu, Aceng<br />
mengisahkan tentang pengalamannya ketika<br />
berperang di Timor Timur. Saat terjun payung<br />
dari pesawat, pasukan Aceng sudah<br />
dibombardir tembakan dari darat. Aceng bisa<br />
selamat dari tembakan musuh (pasukan<br />
Fretelin). Namun, setelah mendarat, Aceng<br />
68 EDISI NO.02/TH.VIII/FEBRUARI <strong>2014</strong>