610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia
610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia
610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Beliau Mengajarkan<br />
Kami Pro Rakyat<br />
Direktorat Bina <strong>Kesehatan</strong> Jiwa<br />
Penunjukan Ibu Endang Sedyaningsih selaku Menteri<br />
<strong>Kesehatan</strong> Kabinet Bersatu II pada bulan Oktober 2009<br />
sungguh membuat ‘surprised’’ banyak pihak, tidak<br />
terkecuali kami. Banyak yang tidak tahu betul siapa Ibu Endang<br />
sesungguhnya, sekalipun beliau pernah menjadi Kepala Pusat<br />
Biomedik Badan Litbangkes 2007. Bagi kami yang mengenal<br />
beliau sebagai peneliti sebelumnya, beliau adalah sosok cerdas<br />
yang low profile, sederhana dan sangat ramah. Gambaran<br />
ini ternyata tidak berubah setelah beliau menjadi Menteri<br />
<strong>Kesehatan</strong>, bahkan beliau menjadi semakin keibuan, serasi dan<br />
anggun dalam bertindak dan berpenampilan.<br />
Dalam berbagai rapat yang beliau pimpin, perhatian yang<br />
diberikan pada apa yang dipaparkan atau dilaporkan sangatlah<br />
besar. Karena dasarnya adalah seorang peneliti, maka sejak<br />
beliau menjadi Menteri, paparan yang mengandung indikator,<br />
angka, atau capaian tidak bisa lagi dicantumkan tanpa acuan<br />
yang jelas. Dengan sangat kritis, beliau akan bertanya secara<br />
detil dari mana angka itu diperoleh, mengapa demikian, dan lain<br />
sebagainya. Kesenangan beliau dalam menulis juga segera dapat<br />
kami rasakan ketika berbagai dokumen kebijakan yang harus<br />
diterbitkan dengan SK Menkes di tahun 2010 dikoreksi langsung<br />
oleh beliau. Kami terkesima saat itu, mengetahui bahwa Ibu<br />
Endang sungguh-sungguh membaca setiap dokumen kebijakan<br />
yang akan dikeluarkan.<br />
Sejak kepemimpinan Ibu Endang, Kementerian <strong>Kesehatan</strong><br />
memiliki tagline atau nilai-nilai, di luar visi dan misi, yaitu Pro-<br />
Rakyat, Inklusif, Responsif, Efektif dan Bersih. Beliau sangat<br />
konsisten dalam menerapkan nilai-nilai tersebut. Ketika ada<br />
masalah, kami diajak untuk berpikir out of the box. Kami ingat saat<br />
rapat Pokja HIV/AIDS Kementerian <strong>Kesehatan</strong> pada Februari 2011,<br />
dimana beliau duduk sebagai ketuanya, beliau menggarisbawahi<br />
tentang pentingnya bersikap inklusif dalam penanggulangan<br />
HIV/AIDS. Demikian kata-kata yang kami ingat: “Tidak penting<br />
itu didanai atau merupakan penelitian siapa, tetapi yang penting<br />
adalah data yang dihasilkan dapat digunakan oleh kita semua.<br />
Mengapa harus mengeluarkan uang rakyat untuk kegiatan yang<br />
sama apabila ada pihak lain telah melakukan hal tersebut. Ingat,<br />
kita jangan eksklusif. Kementerian <strong>Kesehatan</strong> tidak akan mampu<br />
menjalankan programnya apabila eksklusif. Bersikaplah inklusif,<br />
rangkul semua pemangku kepentingan”.<br />
Pada awal tahun 2010, ketika terjadi perubahan struktur pada<br />
Kementerian <strong>Kesehatan</strong>, Direktorat Bina Pelayanan <strong>Kesehatan</strong><br />
Jiwa (saat itu) direncanakan untuk diturunkan menjadi setingkat<br />
eselon 3. Sesungguhnya hal ini tidak hanya berlaku pada Dit Bina<br />
Keswa, melainkan pada berbagai Direktorat lainnya, termasuk<br />
Direktorat Jenderal. Ketika email kami luncurkan kepada beliau,<br />
beliau pun menerangkan bahwa: “Fungsi keswa yang sudah<br />
berjalan selama ini akan diusahakan supaya tetap ada. Mohon<br />
dimengerti yang meminta Direktorat khusus cukup banyak, saya<br />
127