28.10.2014 Views

610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sangat serius di satu sisi, namun sangat santai dan dinamis pada<br />

kesempatan lainnya. Keberadaan beliau di Badan Litbangkes,<br />

memberikan warna dan nilai khusus bagi peneliti “Litbang” yang<br />

sebelumnya selalu dikenal “Sulit Berkembang”.<br />

Beliau adalah peneliti pertama yang menduduki jabatan<br />

struktural eselon 2. Ibu Endang memang pantas menduduki<br />

jabatan tersebut. Beliau tunjukkan bahwa peneliti juga bisa<br />

menjadi pemimpin dan manajer yang baik. Karena itulah, saya<br />

memberikan julukan kepada beliau “Angsa Hitam”. Hewan yang<br />

sangat langka di dunia, yang mempunyai kemampuan lebih dan<br />

berbeda dibandingkan angsa putih lainnya. Tidak pernah saya<br />

lupakan bagaimana cara beliau menyikapi keputusan Menkes<br />

pada waktu itu yang tiba-tiba mencopot jabatannya sebagai<br />

Kapuslit. Ketika kami peneliti bersedih dan kecewa luar biasa<br />

terhadap keputusan itu, beliau justru bersikap di luar dugaan<br />

kami. Satu hari setelah keputusan tersebut, beliau langsung<br />

bergabung bersama kami, para peneliti yang ketika itu sedang<br />

menyepi untuk menyelesaikan laporan Riskesdas di Cisarua.<br />

Kami peneliti tidak sanggup menatap matanya ketika beliau<br />

datang bergabung di pagi hari. Namun tiba-tiba beliau justru<br />

bertanya. ”Eh, aku bantuin apa nih?”<br />

Kami mencoba menatap ibu, namun tidak mampu berucap. Ada<br />

sedikit air mata tergenang di sudut mata, namun beliau terlihat<br />

tegar dan berucap, “Innalilahi wa inna ilaihi rojiun. Jabatan<br />

adalah Amanah.” Beliau langsung berbaur untuk berdiskusi<br />

menyelesaikan laporan Riskesdas. Itulah beliau. Angsa Hitam<br />

kami para Peneliti di Badan Litbangkes.<br />

Selanjutnya, dalam menghadapi berbagai tuduhan tak berujung<br />

pangkal dan suara sumbang yang datang, dengan tenang beliau<br />

sering berucap, “Yang penting saya tidak seperti itu. Jika saya<br />

harus mengalami seperti ini, ya, ini takdir yang harus dijalani.”<br />

Dan setelah itu, beliau tetap bersemangat dalam meneliti dan<br />

menulis. Betapa beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa<br />

dalam me-manage kalbu.<br />

Ia memiliki kepribadian yang bersahaja, mumpuni, dan<br />

semangat berkarya yang patut menjadi panutan. Khususnya jadi<br />

panutan bagi wanita <strong>Ind</strong>onesia. Apalagi ketika diangkat menjadi<br />

Menteri <strong>Kesehatan</strong>, beliau tidak hanya telah menjadi Ibu bagi<br />

peneliti, namun juga pengayom bagi seluruh pejabat di jajaran<br />

Kementerian <strong>Kesehatan</strong>.<br />

Ketika ujian tentang kesehatan harus dialaminya, tak pernah<br />

sedikitpun kami mendengar keluh kesahnya. Bahkan beliau<br />

mengatakan, jangan sebut seseorang yang didiagnosis kanker<br />

dengan penderita kanker. Sebutlah sebagai “orang yang hidup<br />

dengan Kanker”. Lalu Ia menambahkan: Saya didiagnosis<br />

kanker, tapi tidak merasa menderita. Apapun yang kita hadapi<br />

datangnya dari Allah dan harus selalu kita syukuri. Semoga saya<br />

dapat menjalankan amanah dengan baik, yang tentunya harus<br />

bekerja keras mengikuti jejak beliau.<br />

Semoga Allah memberikan RidhoNya. Selamat jalan Ibu. Saya tak<br />

akan pernah melupakan bimbinganmu.<br />

76

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!