610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia
610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia
610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Majalah Tempo, 7 Mei 2012<br />
Bukan Anak Ambon,<br />
Tapi...<br />
Kartono Mohamad (Mantan Ketua IDI)<br />
Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih mepunyai konsep<br />
kesehatan masyarakat yang jelas. Tapi beban psikologisnya<br />
berat.<br />
Pagi itu, sekitar pukul 04.30 saya mendapat telpon. Penelpon<br />
meminta saya meminta saya mencarikan tiga nama dokter<br />
perempuan ahli kesehatan masyarakat yang berasal dari Maluku<br />
atau <strong>Ind</strong>onesia timur unutk calon Menteri <strong>Kesehatan</strong>.<br />
Sayapun bertanya, “Kan, sudah ada Profesor Nila Moeloek?”<br />
Penelpon menjawab Profesor Nila Moeloek tidak lulus screening<br />
kesehatan. Saya katakan, mencari dokter seperti yang diminta<br />
sebaiknya di Makassar karena kebanyakan mereka belajar atau<br />
mengajar di Universitas Hasanuddin.. Tapi saya berjanji akan<br />
mengabari pukul sembilan. Penelpon mengatakan paling<br />
lambat pukul enam harus sudah ada nama calon karena kabinet<br />
diumumkan besok.<br />
Segera saya menelpon Profesor Firman Lubis sebagai pengajar di<br />
<strong>Kesehatan</strong> Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas <strong>Ind</strong>onesia,<br />
tentu ia lebih banyak memiliki pengetahuan tentang itu.<br />
Ternyata Profesor Firman telah mendapat telepon serupa. Kami<br />
berunding dan mendapatkan tiga calon, yang segera kami<br />
sampaikan kepada penelpon tadi pagi. Satu dari tiga calon yang<br />
kami sebut adalah Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. Riwayat<br />
hidup mereka pun segera dikirim melalui e-mail pagi itu juga.<br />
Sekitar pukul tujuh, penelpon pertama kembali menyakan<br />
apakah saya mengenal baik. Dr. Endang. Saya katakan secara<br />
pribadi saya tidak kenal, tapi saya tahu dia doktor dalam public<br />
health dari Harvard University dengan disertasi mengenai HIV di<br />
kalangan pekerja seks Kramat tunggak. Dia bukan anak Ambon,<br />
tapi suaminya bernama mamahit (dalam otak saya, mamahit<br />
adalah nama Ambon).<br />
Profesor Firman dan saya sepakat Dr. Endang calon yang sangat<br />
tepat. Sebagai orang yang telah meneliti penyakit di kalangan<br />
pekerja seks, tentu ia banyak mengenal kehidupan rakyat miskin<br />
dan yang terpinggirkan. Apalagi mengenai HIV, yang selama ini<br />
penanganannya seperti setengah hati.<br />
Cerita di atas memperlihatkan bahwa penunjukkan Endang<br />
Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri <strong>Kesehatan</strong> bukanlah<br />
pesanan asing seperti yang difitnahkan selama ini. Penunjukkan<br />
Dr. Endang memang pada detik-detik terkahir penyusunan<br />
kabinet. Itulah gaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam<br />
kabinet sebelumnyapun Menteri <strong>Kesehatan</strong> ditunjukan pada<br />
saat-saat terakhir. Mungkin, bagi Presdien SBY, Menteri <strong>Kesehatan</strong><br />
bukanlah posisi yang sangat penting sehingga pencarian calon<br />
tidak dilakukan sejak awal. Yang penting ada dan dijabat seorang<br />
perempuan.<br />
Terpilihnya Dr. Endang menimbulkan reaksi dari politikus<br />
yang calonnya tidak terpilih dan mereka yang tidak terpilih. Ia<br />
mendapat gempuran gosip yang menyakitkan. Misalnya soal<br />
posisinya yang baru eselon II (padahal banyak menteri tak punya<br />
eselon birokrasi sama sekali). Ia dituduh menyelundupkan virus<br />
flu burung ke luar negeri untuk dibuat vaksin (padahal sampai<br />
sekarang pun belum ada vaksin khusus untuk flu burung). Ia juga<br />
dituding sebagai agen Amerika, terutama Namru.<br />
Gosip seperti itu sedikit banyak membebani Dr. Endang<br />
sebagaiMenteri <strong>Kesehatan</strong> yang baru. Tapi ia bersikat rendah hati<br />
165