28.10.2014 Views

610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

610.69 Ind d - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sedang ada acara di luar rumah. Sehingga, saya sama sekali tidak<br />

tahu tentang berita gembira ini. Ketika dalam perjalanan pulang,<br />

Ibu Harni, Ketua IBI menelepon saya dan memberitahukan hal<br />

itu. Saya coba menelepon kakak saya, tapi sibuk terus. Setelah<br />

sampai di rumah barulah saya melihat beritanya dari TV. Saya<br />

hanya kirim SMS, mengucapkan selamat “congrats mba, I always<br />

knew and always trust you.” Begitu kira-kira bunyi SMS saya.<br />

Setelah agak malam, kakak saya menelepon dan mengucapkan<br />

terima kasih.<br />

Besoknya, mba Linda menelepon apakah saya tidak datang ke<br />

Duren Sawit. Saya tadinya berpikir untuk apa saya datang karena<br />

toh sudah mengucapkan selamat melalui telepon. Tapi akhirnya<br />

saya datang juga, dan rumah mbak Enny sudah ramai dengan<br />

wartawan dan tamu lain yang mengucapkan selamat.<br />

Sebenarnya jadi menteri kesehatan atau tidak, buat saya, Mbak<br />

Enny adalah tetap seorang kakak buat saya. Walaupun sudah<br />

menjabat menjadi menteri, kami tetap berusaha meluangkan<br />

waktu untuk bertemu.<br />

Awalnya kakak saya tetap ingin beberapa kegiatan rutinitasnya<br />

tidak berubah, seperti berenang di kompleks rumah saya itu.<br />

Namun setelah dicoba beberapa minggu, pengawal pribadi<br />

kakak saya mengajukan keberatan karena alasan keamanan.<br />

Karena kebetulan kolam renang di Duren Sawit sudah jadi<br />

(walaupun tidak ukuran olympic). Akhirnya, kakak saya dan<br />

saya pindah tempat berenang. Setelah berenang, kami juga<br />

memanggil guru Yoga. Jadi, setelah berenang 1 jam, kami pun<br />

yoga selama 1-2 jam.<br />

Pada saat yoga, kakak saya juga mengajak mbak Linda, Rayi<br />

(anak bungsunya), mak Iis (sahabatnya), dan ajudan. Lucunya<br />

para ajudan yang polisi itu malah tidak tahan ikut yoga. Jadi,<br />

sebelum dipanggil kakak saya, mereka sudah ijin dulu sama<br />

saya untuk tidak ikut, “Mbak Damar, saya ijin tidak ikut, ya.” Terus<br />

dilanjut dengan bisikan, “Waduh, mbak. Saya mending disuruh<br />

lari keliling lapangan daripada disuruh gaya yoga kayak gitu.” Ha<br />

ha ha.....<br />

Kakak saya sebenarnya jarang belanja dan jarang ke mall. Tapi,<br />

setelah jadi menteri, beliau perlu beberapa baju dan sepatu<br />

yang “sesuai dengan baju menteri”. Karena selera kakak saya itu<br />

berbeda dengan saya dan mbak Linda, maka pada awalnya kakak<br />

saya berkeras untuk membeli sendiri dan minta ditemani saya.<br />

Saya pun kebetulan hanya suka pergi ke mal tertentu, misalnya<br />

PS dan Senayan city; karena kantor saya kebetulan di Ratu Plaza.<br />

Maka saya ajaklah kakak saya kesitu.<br />

Kakak saya yang tidak biasa diikuti ajudan, awalnya agak merasa<br />

risih diikuti dan dikawal. Kakak saya lalu minta ajudan untuk<br />

berjalan di sampingnya atau sekalian berjalan agak jauh supaya<br />

tidak menyolok. Setelah itu kami biasanya makan siang bersama.<br />

Kebiasaan ini berjalan hanya pada beberapa bulan pertama.<br />

Setelah itu kakak saya sudah sangat sibuk. Sabtu dan Minggu<br />

pun ada acara. Dan, kenyataannya pun baju dan sepatu hasil<br />

pilihan kakak saya tetap saja terlalu “casual” untuk acara-acara<br />

resmi. Sehingga, akhirnya dia mau baju dan sepatu dibelikan<br />

oleh mbak Linda.<br />

Agar saya punya kesempatan untuk bertemu Mbak Enny, saya<br />

juga rela pagi-pagi ikut Mbak Linda --yang juga bertugas sebagai<br />

asisten pribadi Mbak Enny-- ke jalan Denpasar. Sebagai asisten<br />

pribadi, tiap pagi Mbak Linda membantu Mbak Enny menyiapkan<br />

segala sesuatunya. Biasanya pagi-pagi sekali itu, Mas Renny<br />

sudah berangkat ke Tangerang, sehingga Mbak Enny makan pagi<br />

di kamarnya sendiri.<br />

Saya lalu menemani kakak saya makan pagi sambil lihat berita<br />

di TV. Kami ngobrol ngalur-ngidul. Setelah mandi, kakak saya<br />

duduk di depan cermin untuk berdandan. Saya pun duduk di<br />

belakangnya sambil mendengar kakak saya bercerita tentang<br />

pekerjaannya. Pengalaman yang diceritakan, terutama setelah<br />

menjadi menteri menarik sekali, dan terkadang lucu-lucu juga. It<br />

was my favorite times!<br />

65

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!