11.07.2015 Views

Membangun Kemitraan, Mengembangkan Kehutanan Masyarakat ...

Membangun Kemitraan, Mengembangkan Kehutanan Masyarakat ...

Membangun Kemitraan, Mengembangkan Kehutanan Masyarakat ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kehutanan</strong> <strong>Masyarakat</strong>: Pengalaman dari Lapangan | 131cara tebang tebas, sebagai ladang. Ladang ini ditanami padi, lalu tanaman kopi,dan lain-lain. Belakangan, ladang ini menjadi perkebunan kopi monokultur.Perambahan kawasan hutan ini memicu konflik antara penduduk di sekitarkawasan hutan dengan Dinas <strong>Kehutanan</strong>. Pemerintah mengusir pendudukagar meninggalkan lahan garapan mereka di kawasan hutan. Namunmasyarakat tetap mengarap lahan di kawasan hutan. Sebab, lahan garapan itusumber penghidupan utama warga. Pemerintah tidak dapat terus memaksapenduduk pindah.Paska jatuhnya Orde Baru, penduduk di Pekon Rigis Jaya, melalui dukunganorganisasi non-pemerintah, membentuk kelompok masyarakat pengelola hutan.Model pengelolaan hutan pada lahan garapan yang semula dilakukan pendudukmengalami perubahan. Areal garapan dipetakan untuk memperoleh kejelasankepastian luas garapan masyarakat, dan untuk mempermudah penyusunanrencana pengelolaan, pengawasan, perlindungan, dan pengamanan hutan.Tanaman yang semula padi dengan ladang berpindah, diganti dengan kopi dancoklat. Bahkan beberapa bagian tanaman monokultur diganti pohon kayu,tanaman buah, dan tanaman multiguna atau multi purpose trees spesies (mpts).Berdasar pengetahuan melalui ujicoba dan pengalaman, masyarakat memilihsendiri jenis tanaman kehutanan yang cocok dengan kondisi lahan, memilikinilai ekonomi dan berfungsi dalam konservasi. Untuk tanaman pembatas antarablok perlindungan hutan rimba dengan blok pemanfaatan ditanami bambu.Bambu juga ditanam di sepadan sungai.Sebelum 1998, pada blok pemanfaatan pernah dilakukan pengolahan lahandengan persawahan dengan luas sekitar 6 ha sebelum akhirnya menjadi ladangtanaman palawija dan tanaman campuran multistrata. Terdapat pula pembiaransemak belukar sekitar 2 ha pada areal miring dan di dekat sumber mata air yanghingga kini tidak mengalami perubahan. Ini merupakan hasil keputusan dalammusyawarah kelompok. Bila lahan tersebut dikelola seperti pada lahan lainnyadapat berisiko longsor.Selama tahun 2003-2004, masyarakat menanam cabe mulsa pada lokasipaska pemanenan sawah sekitar 6 ha. Selain bertujuan mengeraskan lahan,juga sebagai bentuk “protes” kelompok. Saat itu kegiatan pendampingansecara intensive khususnya dari LSM Watala, sedang vakum. Aksi protes inicukup berhasil menarik perhatian banyak pihak. Mereka tidak menduga jika

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!