11.07.2015 Views

Membangun Kemitraan, Mengembangkan Kehutanan Masyarakat ...

Membangun Kemitraan, Mengembangkan Kehutanan Masyarakat ...

Membangun Kemitraan, Mengembangkan Kehutanan Masyarakat ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kehutanan</strong> <strong>Masyarakat</strong>: Pengalaman dari Lapangan | 145Dalam pengelolaan hutan lestari, tantangan yang selalu berkembang adalahmasyarakat dituntut untuk dapat secara mandiri menyelesaikan persoalanpersoalan.Persoalan yang dihadapi baik dalam penguatan kelembagaankelompok maupun dalam pengelolaan kawasan areal kerja HKm. Persoalanyang masih bergelayut adalah mengenai keterbatasan pengetahuan, keterampilandan kapasitas kelompok. Misal, untuk ketrampilan dalam upaya memenuhikewajiban sebagai pemegang izin HKm seperti digitasi pemetaan untukpembuatan peta persil, penataan batas areal kerja HKm, pengisian blangkountuk rencana umum (RU) dan rencana operasional (RO).<strong>Masyarakat</strong> memiliki keterbatasan. Begitu pula pemerintah. Pemerintahjuga memiliki keterbatasan kapasitas. Dalam Peraturan Menteri <strong>Kehutanan</strong>jelas dinyatakan, pemerintah daerah wajib memfasilitasi masyarakat. Namuntampaknya Pemda harus mengakui jika belum sepenuhnya dapat mendukungpemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan. Alasan yang lazimdiutarakan karena keterbatasan sumberdaya manusia. Khususnya keterbatasansumberdana yang bersumber baik dari APBD maupun APBN.Alih-alih berpangku tangan, keterbatasan ini justru memotivasi masyarakatuntuk mencari dukungan pihak lainnya. Sampai saat ini masyarakat masihberupaya menjalankan kewajiban sebagai pemegang izin Hkm, dengan atautanpa dukungan pihak terkait.Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengelolaan pada areal HKmdikumpulkan secara swadaya. Bersumber dari penjualan hasil panen, iurankelompok, pinjaman pada kas kelompok atau kepada anggota kelompok yangmampu. Bahkan dari hasil penjualan ternak. Tentu ternak milik anggota yangtelah dikembangkan. Untuk dana pengembangan kelembagaan kelompok danpengelolaan lahan terkadang berasal dari penjualan bibit. Misalnya sepertiKebun Bibit Rakyat (KBR). Jenis tanaman yang dipilih oleh Kelompok RigisJaya II untuk program KBR adalah sengon semendo dan lamtoro hantu (tahankutu). Dua jenis tanaman ini cocok untuk naungan kopi dan berguna untukrambatan tanaman lada. Bunganya dapat dimanfaatkan untuk pengembanganlebah madu. Daunnya untuk pakan ternak kambing, kelinci, dan sapi. Sebagiankeuntungan dari pengadaan bibit melalui program KBR, digunakan untukmembeli bibit tanaman karet, dan kebutuhan tekhnis administrasi kelompok.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!