You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
sebagai faktor-faktor yang menyumbang bagi<br />
kemiskinan (Popple & Leighninger, 2002, dalam DuBois<br />
& Miley, 2005: 289). Beberapa kalangan bahkan yakin<br />
bahwa inferioritas genetis, termasuk kapasitas intelektual<br />
yang terbatas (atau IQ), sebagai penyebab kemiskinan.<br />
Berbagai stereotip mengakibatkan kelompok-kelompok<br />
etnis dan ras pada khususnya rentan terhadap pelabelan<br />
inferior secara sosial dan keterbatasan secara intelektual.<br />
Akan tetapi, penelitian terbaru menyanggah teori-teori<br />
yang mengusulkan relasi antara warisan rasial dan<br />
intelijensi (Myers, 2004, dalam DuBois & Miley, 2005:<br />
289).<br />
Banyak kalangan yakin bahwa kualitas-kualitas perilaku<br />
seperti motivasi—atau yang lebih spesifik, kurangnya<br />
motivasi dan tiadanya suatu etika kerja—mencirikan<br />
orang-orang yang miskin. Akan tetapi, bukti faktual<br />
mematahkan miskonsepsi yang dianut secara luas ini.<br />
Banyak orang yang miskin adalah orang yang setengah<br />
menganggur (underemployed); mereka melakukan<br />
pekerjaan-pekerjaan yang bergaji rendah yang pada<br />
umumnya tanpa asuransi kesehatan atau pension. Ironis<br />
sekali bahwa demikian banyak orang-orang miskin yang<br />
bekerja bergantung pada pekerjaan-pekerjaan yang<br />
memberikan penghasilan yang berada di bawah garis<br />
kemiskinan karena etika kerja mereka yang kuat, stigma<br />
yang dikaitkan dengan penerimaan bantuan-bantuan<br />
kesejahteraan, atau bahkan kurangnya program-program<br />
bantuan yang relevan. Pada sisi lain, untuk<br />
menyimpulkan bahwa keluarga-keluarga yang menerima<br />
bantuan kesejahteraan tidak ingin bekerja dengan upah<br />
yang memadai adalah suatu miskonsepsi.<br />
Beberapa kalangan yakin bahwa perbedaan-perbedaan<br />
budayalah yang menyebabkan orang-orang inferior<br />
secara fungsional dan dengan demikian pada akhirnya<br />
menjadi miskin. Sebagai contoh, kelemahan budaya<br />
dikaitkan dengan rendahnya pencapaian pendidikan dan<br />
terbatasnya kesempatan-kesempatan bagi orang-orang<br />
untuk mengubah keadaan-keadaan mereka. Suatu<br />
budaya kemiskinan berkembang yang menciptakan suatu<br />
subbudaya yang khas di kalangan orang-orang miskin,<br />
339