30.03.2014 Views

20140303_MajalahDetik_118

20140303_MajalahDetik_118

20140303_MajalahDetik_118

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lewat lagu Indonesia pada 1980. Melalui lagu itu, ia melakukan perlawanan<br />

dan berharap mampu menembus dinding tebal telinga para<br />

koruptor yang seolah tak mampu mendengar jeritan derita rakyat<br />

jelata.<br />

"Hapuskan korupsi di segala birokrasi // Demi terciptanya kemakmuran yang<br />

merata // Bukankah cita-cita bangsa // Mencapai negeri makmur sentosa."<br />

Sebelumnya syair-syair lagu yang diciptakan Rhoma secara<br />

detail menerobos jauh ke berbagai kontroversi yang mencuat ke<br />

permukaan. Musik dangdut di tangannya menjelma sebagai oposisi<br />

menyuarakan kegelisahan masyarakat bawah, membuat penguasa<br />

Orde Baru kala itu marah.<br />

Pada pengujung 1970-an, penguasa Orde Baru mencampuradukkan<br />

yang dianggap salah secara hukum dengan apa yang dianggap<br />

salah menurut selera mereka. Juga karena Golongan Karya kian<br />

semena-mena dalam berpolitik, Rhoma dengan lantang berdendang<br />

lewat lagu Hak Azasi pada 1978.<br />

"Terapkan demokrasi Pancasila // Sebagai landasan negara kita // Janganlah<br />

suka memperkosa // Kebebasan warga negara // Karena itu bertentangan.<br />

Dengan perikemanusiaan.”<br />

Ia pun secara terbuka menunjukkan keberpihakannya kepada<br />

Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang terus berupaya dipinggirkan.<br />

Hasilnya, dengan Rhoma sebagai vote getter dalam Pemilu<br />

1977 dan 1982, perolehan suara PPP mengungguli Golkar di Ibu<br />

Kota Jakarta.<br />

Akibatnya cukup fatal. Pemerintah menutup pintu rapat-rapat bagi<br />

Rhoma untuk bisa tampil di TVRI, 11 tahun lamanya. Belum lagi te ror<br />

fisik yang dialamatkan langsung kepadanya. Tak cuma helikopter<br />

yang nyaris tiap hari berputar-putar di rumahnya di kawa san Tebet.<br />

“Empat kali terjadi percobaan pembunuhan terhadap Rhoma.<br />

Dengan belati di Medan, golok di Palembang, peluru di Jember, dan<br />

granat di Jawa Timur,” tulis Shofan (halaman 228).<br />

Rhoma juga telah bicara soal kebinekaan atau pluralisme melalui

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!