Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
nasional<br />
Wakil Ketua Komisi III DPR<br />
Aziz Syamsuddin<br />
Reno Esnir/antara foto<br />
penahanan lima hari untuk penyidikan, kata<br />
Abraham, juga menyulitkan, dan mustahil bagi<br />
KPK untuk melakukan pemberkasan. Belum<br />
lagi soal penyuapan atau gratifikasi yang tidak<br />
masuk dalam delik tindak pidana korupsi di<br />
RUU KUHAP.<br />
“Kedua RUU ini sangat vital, maka pengkajiannya<br />
juga harus mendalam dan tidak tergesagesa,”<br />
ujarnya.<br />
Sederet keberatan itulah yang mendorong<br />
KPK menyurati Presiden Susilo<br />
Bambang Yudhoyono pada pertengahan<br />
Februari lalu. Surat juga ditujukan kepada<br />
Ketua DPR, pimpinan Komisi III DPR, Menteri<br />
Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta<br />
Panitia Kerja RUU KUHP dan RUU KUHAP<br />
di DPR.<br />
“Kalau pemerintah dan DPR ngotot,<br />
berarti mereka tidak punya political will<br />
terhadap pemberantasan korupsi,”<br />
Abraham menuturkan.<br />
Tidak hanya mengancam<br />
keberadaan lembaga seperti<br />
KPK, proses pembahasan dua<br />
RUU itu juga dinilai terburuburu<br />
karena dilakukan di pengujung masa tugas<br />
anggota Dewan. Padahal RUU KUHP memuat<br />
766 pasal dan RUU KUHAP 285 pasal, sehingga<br />
total ada 1.051 pasal.<br />
Direktur Program Transparency International<br />
Indonesia Ibrahim Fahmi Badoh mengatakan<br />
waktu pembahasan RUU KUHP dan RUU KU-<br />
HAP cuma sampai Mei mendatang, sebelum<br />
DPR berganti dengan anggota periode berikutnya.<br />
Pembahasannya juga tidak melibatkan banyak<br />
pakar hukum dan lembaga lain, termasuk<br />
KPK. “Dengan waktu mendesak, ditakutkan ini<br />
akan menjadi produk loncatan politik,” ucapnya.<br />
Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin<br />
tak membantah anggapan bahwa DPR berperan<br />
mendorong pembahasan kedua RUU tersebut,<br />
karena hal itu sesuai kesepakatan dengan<br />
pemerintah serta surat amanat presiden<br />
kepada DPR pada 31 Januari tahun lalu. Kendati<br />
begitu, ia menolak jika Dewan dijadikan sasaran<br />
protes.<br />
Politikus Partai Golkar yang juga Ketua Panitia<br />
Kerja RUU KUHP dan RUU KUHAP itu mempersilakan<br />
mereka yang meminta penundaan<br />
Majalah detik 3 - 9 maret 2014