30.03.2014 Views

20140303_MajalahDetik_118

20140303_MajalahDetik_118

20140303_MajalahDetik_118

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

nasional<br />

Wakil Ketua Komisi III DPR<br />

Aziz Syamsuddin<br />

Reno Esnir/antara foto<br />

penahanan lima hari untuk penyidikan, kata<br />

Abraham, juga menyulitkan, dan mustahil bagi<br />

KPK untuk melakukan pemberkasan. Belum<br />

lagi soal penyuapan atau gratifikasi yang tidak<br />

masuk dalam delik tindak pidana korupsi di<br />

RUU KUHAP.<br />

“Kedua RUU ini sangat vital, maka pengkajiannya<br />

juga harus mendalam dan tidak tergesagesa,”<br />

ujarnya.<br />

Sederet keberatan itulah yang mendorong<br />

KPK menyurati Presiden Susilo<br />

Bambang Yudhoyono pada pertengahan<br />

Februari lalu. Surat juga ditujukan kepada<br />

Ketua DPR, pimpinan Komisi III DPR, Menteri<br />

Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta<br />

Panitia Kerja RUU KUHP dan RUU KUHAP<br />

di DPR.<br />

“Kalau pemerintah dan DPR ngotot,<br />

berarti mereka tidak punya political will<br />

terhadap pemberantasan korupsi,”<br />

Abraham menuturkan.<br />

Tidak hanya mengancam<br />

keberadaan lembaga seperti<br />

KPK, proses pembahasan dua<br />

RUU itu juga dinilai terburuburu<br />

karena dilakukan di pengujung masa tugas<br />

anggota Dewan. Padahal RUU KUHP memuat<br />

766 pasal dan RUU KUHAP 285 pasal, sehingga<br />

total ada 1.051 pasal.<br />

Direktur Program Transparency International<br />

Indonesia Ibrahim Fahmi Badoh mengatakan<br />

waktu pembahasan RUU KUHP dan RUU KU-<br />

HAP cuma sampai Mei mendatang, sebelum<br />

DPR berganti dengan anggota periode berikutnya.<br />

Pembahasannya juga tidak melibatkan banyak<br />

pakar hukum dan lembaga lain, termasuk<br />

KPK. “Dengan waktu mendesak, ditakutkan ini<br />

akan menjadi produk loncatan politik,” ucapnya.<br />

Wakil Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin<br />

tak membantah anggapan bahwa DPR berperan<br />

mendorong pembahasan kedua RUU tersebut,<br />

karena hal itu sesuai kesepakatan dengan<br />

pemerintah serta surat amanat presiden<br />

kepada DPR pada 31 Januari tahun lalu. Kendati<br />

begitu, ia menolak jika Dewan dijadikan sasaran<br />

protes.<br />

Politikus Partai Golkar yang juga Ketua Panitia<br />

Kerja RUU KUHP dan RUU KUHAP itu mempersilakan<br />

mereka yang meminta penundaan<br />

Majalah detik 3 - 9 maret 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!