You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
interview<br />
hingga harus kita laksanakan. Karena hakim<br />
konstitusi ini kan mengadili perkara hasil kerja<br />
presiden dan DPR, jadi high philosophy. Karena<br />
itu, martabatnya juga harus tinggi.<br />
Terkait tafsir kewenangan MK mengadili<br />
sengketa pemilu kepala daerah, apakah<br />
masih harus seperti itu?<br />
Mencari hakim konstitusi sebaiknya<br />
jangan seperti menyeleksi orang yang<br />
mencari kerja.<br />
Itu perlu diskusi yang panjang. Mengapa<br />
dulu kita menganggap pilkada bukan bagian<br />
dari pemilu, karena dalam undang-undang<br />
tidak ada istilah pilkada. Kepala daerah dipilih<br />
secara demokratis. Presiden, wakil presiden,<br />
DPR, DPRD, DPD dipilih secara langsung, pemilihan<br />
umum, rezim pemilu.<br />
Pemilihan kepala daerah bukan rezim pemilu.<br />
Sementara itu, yang ditangani MK adalah<br />
sengketa pemilu. Kenapa konstitusi tidak memasukkan<br />
pemilihan kepala daerah ke rezim<br />
pemilu, karena daerah itu kan otonom. Kita<br />
harus menghargai asal-usul daerah.<br />
Ada daerah yang tidak memiliki daerah tingkat<br />
dua, misalnya DKI Jakarta. Atau ada daerah<br />
khusus yang menetapkan syarat bahwa kepala<br />
daerah harus memiliki latar belakang kultur<br />
daerah itu, seperti Papua atau Yogyakarta,<br />
Sultan.<br />
Jadi kita memang sengaja mencantumkan<br />
kepala daerah dipilih secara demokratis, bisa<br />
pemilu, bisa pilkada. Nah, kawan-kawan saat<br />
membahas pemerintahan daerah rupanya<br />
dimasukkan ke pilkada.<br />
Beberapa akademisi senior enggan<br />
mendaftar menjadi hakim konstitusi karena<br />
beranggapan tidak adanya kepastian<br />
soal fairness dan keadilan dalam proses<br />
seleksi....<br />
Kalau saya sebutkan syarat kenegarawanan<br />
adalah mereka yang sudah tidak mengurusi<br />
soal keduniaan, dan jabatan itu jabatan<br />
terakhir bagi mereka, ya undanglah. Jadi me-<br />
Majalah detik 3 - 9 maret 2014