Workshop kritis bagi korban dan pelaku langsung dilakukan secara bertingkat-tingkat. Dimulaidari 6 Islam dan 6 Kristen. Meningkat menjadi 20 Islam dan 20 Kristen. Meningkat lagi menjadi40 Islam dan 40 Kristen. Baru kemudian menyentuh kelompok masyarakat yang bukan korbanlangsung dan bukan pelaku langsung dari konflik. Yaitu kelompok pengacara, jurnalis, traditionalleaders (raja), pimpinan agama, intelektual, LSM, dan mahasiswa. Waktu yang dibutuhkan untukpelaksanaan workshop kritis ini adalah 2 tahun. Seluruh rangkaian workshop di akhiri denganpertemuan besar (saniri seluruh negeri) seluruh kelompok yang telah difasilitasi oleh gerakanBaku Bae pada bulan Januari 2003. Disanalah diserukan penghentian seluruh konflik kekerasandi Maluku.Bagi perdamaian Maluku, harus dicatat juga kontribusi yang signifikan dari pemerintahIndonesia. Dalam hal ini adalah inisiatif dari Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat JusufKalla, serta Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono, yangmenggelar konfrensi perdamaian Malino II di Makasar pada tanggal 10 hingga 12 Februari2002, yaitu 2 tahun setelah gerakan Baku Bae Maluku.Kampanye yang gegap gempita di media massa, keterlibatan langsung dari 2 menterikoordinator, serta dukungan dana yang cukup berlimpah, yang dialokasikan dari danakementerian teknis, secara efektif mampu menghentikan sebahagian besar konflik kekerasan diMaluku.Persoalan yang Tersisa di Aceh dan Maluku, Pasca KonflikAcehAceh merupakan wilayah Indonesia yang dilanda dua bencana sekaligus (double dissaster).Dilanda bencana konflik kekerasan vertikal selama 30 tahun, serta dilanda bencana Tsunamiyang sangat dahsyat pada tanggal 26 Desember 2004, yang menimbulkan korban jiwasebanyak 160.000 orang. Pemerintah telah membentuk Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi(BRR) untuk melakukan merekonsruksi dan merehabilitasi para korban. Badan ini mengeloladana kurang lebih sebesar Rp 60 trilyun yang sumbernya berasal dari dana APBN, dan bantuandari komunitas internasional. Program-program yang dilakukan antara lain adalah pembangunanperumahan sementara dan permanen, penyediaan air bersih, livelihood, trauma healing,pendampingan anak-anak, pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah. Pada bulanMaret <strong>2009</strong> BRR telah mengakiri tugasnya di Aceh. Sedangkan untuk institusi pembangunanperdamaian Pasca MOU Helsnki pemerintah membentuk Badan Reintegrasi Aceh , namundengan dana yang terbatas.Pada kenyataannya, kedua program pembangunan Pasca gempa dan pasca konflik ternyatatidak bersinergi. Padahal pembangunan pasca bencana alam telah berakhir pada awal tahun<strong>2009</strong>. Saat ini mulai terdeteksi beberapa permasalahan baru yang harus di selesaikan sepertimunculnya sengketa lahan antara penerima korban gempa dan tsunami, munculnyakecemburuan sosial yang diakibatkan karena perbedaan besaran dana kompensasi. Selain itu,jumlah pengungsi Aceh yang masih belum menerima dana kompensasi dan masih tinggal dibarak-barak sebanyak 3.698 KK, bagaimana pemerintah Aceh menyelesaikannya? Terjadinyaperubahan mental masyarakat Aceh sebagai akibat terlalu banyaknya bantuan yang masuk keAceh. Bagaimana Pemerintah Aceh mengatasi meningkatnya kemiskinan, pengangguran dankriminalitas di Aceh?Pembangunan pasca konflik di Aceh, juga mengalami beberapa kendala dalampelaksanaannya seperti kondisi ekonomi yang hancur, kemiskinan, meningkatnya31
pengangguran, tidak sebandingnya dana rehabilitasi korban konflik dengan korban bencanaalam, dan lain-lain. Secara teoritik, terdapat saling keterkaitan antara faktor keamanan(perdamaian) dengan ekonomi, misalnya dalam aspek peluang untuk bekerja (masyarakatumum) maupun berinvestasi bagi pihak luar. Investor tidak ada yang bersedia menanamkanmodal di daerah yang terus menerus dilanda konflik apabila penanganannya tidak tuntas.Hambatan bagi pembangunan ekonomi Aceh adalah praktik ekonomi berbiaya tinggi, salahsatunya disebabkan oleh kurangnya infrastruktur dan masih lemah/lambannya birokrasi.Permasalahan menumbuhkan ekonomi tak lepas dari kestabilan politik lokal di Aceh, sampaisaat ini pemerintah Aceh juga mengalami masalah untuk mendapatkan kepercayaan dandukungan publik. Bagaimana pemerintah Aceh akan mengembalikan kepercayaan masyarakatterhadap birokrasi pemerintah (good governance)? Selain itu, hambatan lain adalah prosesrekonsiliasi terhadap korban konflik, apa bentuk rekonsiliasi yang tepat untuk Aceh? Munculnyakontroversi di tingkat masyarakat terhadap penegakan Syariat Islam juga berimplikasi padaproses pembangunan di Aceh. Bagaimana seharusnya melaksanakan Syariat Islam di Aceh?Apakah Syariat Islam memang merupakan solusi dan kebutuhan masyarakat Aceh?. Padaperiode akhir-akhir ini dirasakan meningkatnya kriminalitas dengan menggunakan senjata diAceh. Hal ini mengindikasikan masih banyaknya senjata api ilegal di masyarakat dan secaratidak langsung memberikan gambaran masih banyaknya masyarakat yang termarginal. Selainbeberapa permasalahan di atas, DPR RI baru-baru ini telah memasukkan RUU pemekaranpropinsi ALAS dan ABAS untuk segera disahkan tahun <strong>2009</strong>. Apakah itu solusi yang tepat untukAceh?MalukuKonflik kekerasan bernuansa agama di Maluku yang sedemikian rupa melibatkan masyarakatawam dan telah mencederai hubungan kekerabatan di masyarakat, pada hakikatnyamembutuhkan intervensi yang holistik dan proses reintegrasi yang seksama. Tata ruangkehidupan orang Maluku yang sejak zaman Belanda, terutama pada pada abad ke 18 – 19,telah disegregasi dengan sengaja dan tersegregasi menjadi permukiman islam dan kristen (lihatsejarah berkembangnya hubungan pela dari negeri-negeri yang berbeda agama di Maluku, dariBartell). Maka pada kurun waktu seratus tahunan telah menyuburkan stereotip dan prasangkayang mendalam diantara komunitas islam dan kristen. Maka pembauran kembali komunitasnegeri-negeri islam dan kristen yang tidak memiliki hubungan pela, penghampiran kembali,integrasi kembali pasca konflik kekerasan membutuhkan waktu, kerja keras, kesabaran, dankreatifitas.Indikasi dari masih tersegregasinya masyarakat, dapat juga dilihat dari pemukiman permanenpara pengungsi konflik Maluku yang jumlahnya sekitar 10.000 – 15.000 orang di seluruh Maluku(CEWERS Maluku, <strong>2009</strong>). Di kepulauan Ambon pengungsi kristen yang berasal dari seluruhkepulauan Ambon, merasa aman dan membangun rumah permanennya di wilayah Paso danLaha. Sedangkan pengungsi islam merasa aman membangun rumah permanennya diwilayahnegeri islam di pesisir jazirah Leihitu. Mereka belum merasa aman untuk kembali kerumahasalnya, meskipun konflik kekerasan antar komunitas islam dan kristen telah berhenti selama 5tahun. Hal lain yang bersifat laten adalah masih belum tuntasnya penyelesaian- penyelesaianhak kepemilikin rumah, tanah, kebun, yang ditinggalkan oleh pemiliknya ketika terjadi konflik.Hal ini membutuhkan penyelesaian hukum atau kesepakatan-kesepakatan antar masyarakat.Pembangunan ekonomi masyarakat merupakan masalah yang paling krusial di Maluku. Malukunegeri seribu pulau, kekuatan utamanya adalah kekayaan laut dalam, terutama ikan tunaterbaik di dunia. Seluruh dukungan pembangunan pasca konflik yang inisiatifnya dari32
- Page 1: POST-CONFLICT PEACEBUILDINGNaskah A
- Page 4 and 5: PengantarOleh : Kusnanto AnggoroTah
- Page 7 and 8: Gambar 2 : Kurva Konflik LundSetiap
- Page 9 and 10: Berulangnya kembali konflik merupak
- Page 11 and 12: sebagai masa yang cukup memadai unt
- Page 13 and 14: hubungan puisat-daerah yang lebih b
- Page 15 and 16: penyelesaian, maupun kerentanan sos
- Page 17 and 18: sesuatu dari proses itu. Inilah “
- Page 19 and 20: 1955 memecah negara ke dalam konfli
- Page 21 and 22: Tahapan Demokrasi di Indonesia seja
- Page 23 and 24: Demokrasi, Konflik dan KeamananMasa
- Page 25 and 26: Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nega
- Page 27 and 28: Disintegrasi, Reintegrasi,dan Modal
- Page 29 and 30: Secara teoritis dan berdasarkan pen
- Page 31 and 32: Gambar Siklus Resolusi KonflikConfl
- Page 33: Pendekatan dari Bawah : Gerakan Bak
- Page 37 and 38: akan dapat mencegah konflik kekeras
- Page 39 and 40: dan respon dini pencegahan konflik
- Page 41 and 42: pemerintahan yang ada belum mampu s
- Page 43 and 44: sehingga sulit melakukan koordinasi
- Page 45 and 46: espon dini 25 . Bagaimana menjadika
- Page 47 and 48: tujuan perdamaian dirumuskan (subst
- Page 49 and 50: Transisi Demokrasi,Konflik Sosial d
- Page 51 and 52: Dengan demikian penyalahgunaan keku
- Page 53 and 54: penekanan pada fungsi preventif, me
- Page 55 and 56: Pertama, Pengertian dan batasan buk
- Page 57 and 58: ersama untukmengakhiri konflik,atau
- Page 59 and 60: Stabilisasi dan Pemullihan Pasca Ko
- Page 61 and 62: melalui negosiasi, kompromi atau me
- Page 63 and 64: masyarakat secara normal serta meng
- Page 65 and 66: Keenam, fungsi intermediasi/fasilit
- Page 67 and 68: fungsi penciptaan keamanan ini. Den
- Page 69 and 70: dibalik ketimpangan antar kawasan d
- Page 71 and 72: Daftar BacaanBartrand, Jacques, (20
- Page 73 and 74: dikontrol dengan prinsip-prinsip da
- Page 75 and 76: perang, sebab di dalam tugas ini mi
- Page 77 and 78: Berkaitan dengan hal ini, kelompok
- Page 79 and 80: pelecehan ataupun penguasaan tentar
- Page 81 and 82: MOOTW/PSO. Di sinilah perlunya hubu
- Page 83 and 84: eformasi Polri yang dimaksud. Di ba
- Page 85 and 86:
hukum (Rechstaat) bukan Negara keku
- Page 87 and 88:
ersangkutan dinyatakan bahwa “Pen
- Page 89 and 90:
tersebut ditentukan bahwa struktur
- Page 91 and 92:
dalam bidang structural dan instrum
- Page 93 and 94:
Ada banyak faktor penyebab yang iku
- Page 95 and 96:
Profil Singkat PenulisCornelis LayP
- Page 97 and 98:
Lambang Trijono memperoleh gelar Ma