12.07.2015 Views

POST-CONFLICT PEACEBUILDING 2009 - Propatria Institute

POST-CONFLICT PEACEBUILDING 2009 - Propatria Institute

POST-CONFLICT PEACEBUILDING 2009 - Propatria Institute

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Stabilisasi dan Pemullihan Pasca KonflikOleh: Rizal SukmaPendahuluanStabilisasi (stabilisation) dan pemulihan (recovery) pasca-konflik merupakan bagian integral dariupaya membangun perdamaian (peacebuilding). Oleh karena itu, pemahaman mengenaistabilisasi dan pemulihan pasca konflik perlu diletakkan dalam konteks atau kerangkapeacebulding secara komprehensif. Namun, upaya ini bukanlah sesuatu yang mudah untukdilakukan mengingat beragamnya pemaknaan, baik konseptual maupun operasional, terhadapkonsep peacebuilding itu sendiri. Sebagai sebuah konsep, peacebuilding mulai banyakdigunakan setelah Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros-Ghali mengeluarkan laporannya,An Agenda for Peace, pada tahun 1992. Dalam laporan tersebut, peacebuilding dipahamisebagai serangkaian aktivitas yang dimaksudkan untuk “mengidentifikasikan dan mendukungberbagai struktur yang bertujuan untuk memperkuat dan mempersolid perdamaian sehinggadapat mencegah terulangnya kembali konflik.” 33 Pada awalnya, strategi peacebuilding hanyaterbatas pada demobilisasi militer dan upaya mendorong transisi politik kearah terbangunnyademokrasi elektoral partisipatoris (participatory electoral democracy), yang sampai sekarangmasih menjadi inti dari operasi-operasi peacebuilding yang dijalankan oleh PBB. 34Namun, dalam perkembangannya, definisi peacebuilding yang dikembangkan Boutros-Ghalikemudian mencakup juga berbagai upaya untuk menanggulangi akibat konflik terhadapmasyarakat dan akar konflik. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa peacebuilding memilikidua tujuan utama, yakni (a) mencegah terjadinya kembali (relapse) konflik terbuka berdimensikekerasan (overt violent conflict) dan (b) membantu proses pemulihan dan mempercepatpenyelesaian akar konflik atau membangun perdamaian yang self-sustaining. 35 Seperti yangdigambarkan oleh Sekjen PBB Koffi Annan, post-conflict peacebuilding merupakan “berbagaikegiatan integral yang dijalankan secara bersamaan diakhir konflik untuk mengkonsolidasikanperdamaian dan mencegah terulangnya konfrontasi bersenjata.” 36 Oleh karena itu, salah satutantangan yang dihadapi dalam proses peacebuilding adalah bagaimana mengaitkan tujuanjangka pendek berupa military containment of conflict di satu sisi, dengan tujuan jangka panjangberupa rehabilitasi dan pembangunan kembali masyarakat yang mengalami konflik secaraekonomi, politik dan sosial disisi lainnya. 37 Jawaban terhadap tantangan tersebut terletak padaefektivitas penyelenggaraan fungsi dan operasi stabilisasi dan pemulihan pasca konflik. Dalamkerangka ini, stabilisasi dan pemulihan pasca konflik merupakan penerapan pada level mikrotentang pentingnya kaitan antara keamanan (security) dan pembangunan (development) dalamupaya membangun perdamaian.Tulisan ini akan membahas arti penting strategi stabilisasi dan pemulihan dalam kontekspencegahan terulangnya kembali konflik yang telah berhasil mencapai tahap penyelesaianpolitik. Untuk itu, pembahasan dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama akan membahasmengapa dan bagaimana konflik yang telah berhasil diselesaikan secara politik dapat kembaliterulang. Bagian kedua membahas aspek-aspek stabilisasi dan pemulihan, serta strategi yang33 Boutros Boutros-Ghali, An Agenda for Peace (New York: United Nations, 1992), hal. 11.34 Hugh Miall, Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution (Cambridge: Polity Press,1999), hal. 187.35 Ibid., hal. 187-188.36 Koffi Annan, 1997, dalam Laporan Sekjen PBB mengenai reformasi, 16 Juli 1997.37 Miall, Ramsbotham dan Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution, hal. 188.56

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!