PenutupApabila hasil pikiran akademik di atas diikuti, dan aturan perundangan yang menjadi normadasar Polri dipatuhi, sebenarnya persoalan trasformasi Polri hanya tinggal menunggu waktusaja. Semuanya memberikan rumusan normatif yang baik secara etis dan teknis, serta obyektifsecara ilmiah. Sebagai salah satu ujung tombak reformasi, Polri mendapat dukungan moral daribanyak pihak, terutama lembaga asing yang memiliki kepentingan agar perkembangan politik diIndonesia juga kondusif terhadap perkembangan nilai-nilai dalam era “Ujung Sejarah”sebagaimana dikatakan oleh Francis Fukuyama. 91 Karena dunia sekarang sangat diwarnai olehDemokrasi liberal dan pasar bebas, maka nilai-nilai yang tidak bersahabat dengan itu pundianggap akan menghambat perkembangan. Persoalan keamanan dan ketertiban masyarakatdewasa ini pun tidak dapat dilepaskan dari hegemoni nilai di atas. Akibatnya pendekatanrepresif, apalagi yang berbau militer, akan kurang mendapatkan dukungan.Sebagai aparatur Negara yang dipersenjatai, Polri – khususnya anggotanya di garis terdepan -menghadapi perubahan dan tuntutan masyarakat yang demikian. Sistem keamanan kitakedepan, di satu pihak, harus cukup efektif dalam memelihara ketertiban masyarakat, namun dipihak lain, cukup toleran terhadap berbagai kenajemukan dan aspirasi public yang berbeda.Dengan dasar hukum yang jelas dan penyelenggaraan kekuasaan Negara secara baik (goodgovernance), akan membawa Indonesia ke arah perubahan yang diinginkan.Yang tetap menjadi permasalahan empiric adalah bagaimana system penyelenggaraankeamanan tersebut harus dibangun. Apakah secara instrumental dan structural keseluruhanperangkat Negara dibidang ini telah memiliki persepsi yang sama untuk mengembangkannya?Mengandalkan jawaban atas pertanyaan tersebut hanya dengan menggantungkan pada Polrisaja, tentu tidak akan memuaskan dan kurang fair. Sebagai bagian dari sebuah systembernegara pada umumnya, dan keamanan Negara dan masyarakat pada khususnya, Polri tidakmungkin melakukannya sendiri. Sebagai bagian dari sebuah jaringan nasional, Polri perlubekerjasama dengan lembaga pemerintah dan masyarakat yang lain, yang memiliki tanggungjawab untuk itu. Perpolisian Masyarakat (Community Polishing), barulah salah satu konsep yangditawarkan Polri ke luar. Namun, dari luar tubuh Polri harus ada respons yang sama terhadapkeperluan pengembangan system kemanan yang efektif dan terpadu tersebut. Tapi jangandilupakan pula sejumlah persoalan internal dalam tubuh Polri sendiri untuk diatasi. Mulai darimasalah organisasi, sumberdaya manusia dan aspek sarana dan prasarananya, mesti jugadiperbaiki. Tanpa perubahan secara terintegrasi dalam sejumlah persoalan tersebut, peran Polridalam Peace Building, akan tetap menjadi wacana, dan makin jauh dari aras praksisnya.***91 Lihat bukunya, The End of History and the Last Man, Free Press, New York, 1992.91
Profil Singkat PenulisCornelis LayPria kelahiran 6 September 1959 ini selain aktif mengajar pada jurusan Ilmu PemerintahanFISIPOL, Universitas Gajah Mada, Yogjakarta, juga adalah Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan diuniversitas tersebut, selain sebagai Deputy of Adminission and Networking, Program PascaSarjana untuk Jurusan Politik Lokal dan Otonomi Daerah. Disamping itu juga menjabat sebagaiPeneliti Senior di institusi-institusi seperti Pusat Antar Universitas Studi Sosial (PAU-SS), UGM;<strong>Institute</strong> for Research and Empowerment (IRE), Yogjakarta; Center for Local Politics danDevelopment Studies, Yogjakarta; ProPatria <strong>Institute</strong>, Jakarta; Pacivis-UI, Jakarta, dansebagainya.Cornelis Lay memperoleh gelar BA pada tahun 1984 dari Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIPOLUGM. Tiga tahun kemudian (1987) memperoleh gelar Drs. dari jurusan yang sama. Pada tahun1992 memperoleh gelar MA. di bidang Internasional Development Studies, dari St. Marry’sUniversity, Halifax, Kanada. Cornelis Lay kini sedang mempersiapkan tugas akhirnya untukprogram doktoral pada jurusan Pemerintahan FISIP-UGM.Ichsan MalikPria kelahiran 6 September 1957 ini memperoleh gelas MSc. dalam Psikologi Sosial dariFakultas Psikologi UI pada tahun 1994 dan sebelumnya menyelesaikan program Sarjananya diIKIP Bandung pada tahun 1986. Kini selain tercatat sebagai staf pengajar di Fakultas PsikologiUI, ia juga tercatat sebagai peneliti, khususnya terkait bidang resolusi konflik di berbagailembaga kajian, seperti di LIPI, Transparansi International Indonesia, dan sebagainya.Sebelumnya Ichsan Malik juga pernah tercatat sebagai Direktur Eksekutif Istitute TitianPerdamaian (2003-2007), Konsultan program Peace Building untuk Program SERAP TII-CCACanada di Aceh (2007), National Monitoring Committee pada Pemilu di Aceh, Sulawesi Tengah,Maluku, dan Papua (2003-2004), Koordinator Trainer pada BSP Kemala (1997-2000), DirekturPerencanaan dan Unit Evaluasi pada IPPA (1991-1996), Program Manager pada IPPA diSumatra Barat (1985-1990), Staf Pengajar pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas BungHatta, Padang (1987-1991), dan berbagai jabatan lainnya.Selain aktif di dalam negeri, Ichsan Malik juga memegang berbagai jabatan di berbagaiorganisasi internasional, setidaknya ia tercatat sebagai Coordinator for Peace Com Indonesia,Fred Korpset Norway (2005), Steering Committee for South East Asian Global Partnership forArmed Conflict, Norway (2004), dan berbagai jabatan lainnya.Ikrar Nusa BhaktiPria kelahiran 27 Oktober 1957 ini menjabat sebagai Kepala Pusat Politik dan Kewilayahan LIPI.Ikrar Nusa Bhakti adalah Ahli Peneliti Utama (APU) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI). Memperoleh gelar S1 dari Departemen Ilmu Politik, Program Studi HubunganInternasional, FISIP-UI pada tahun 1983. Lalu memperoleh gelar Ph.D. dari School of ModernAsian Studies, Griffith University, Australia tahun 1993. Ikrar, begitu ia biasa disapa oleh rekan
- Page 1:
POST-CONFLICT PEACEBUILDINGNaskah A
- Page 4 and 5:
PengantarOleh : Kusnanto AnggoroTah
- Page 7 and 8:
Gambar 2 : Kurva Konflik LundSetiap
- Page 9 and 10:
Berulangnya kembali konflik merupak
- Page 11 and 12:
sebagai masa yang cukup memadai unt
- Page 13 and 14:
hubungan puisat-daerah yang lebih b
- Page 15 and 16:
penyelesaian, maupun kerentanan sos
- Page 17 and 18:
sesuatu dari proses itu. Inilah “
- Page 19 and 20:
1955 memecah negara ke dalam konfli
- Page 21 and 22:
Tahapan Demokrasi di Indonesia seja
- Page 23 and 24:
Demokrasi, Konflik dan KeamananMasa
- Page 25 and 26:
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nega
- Page 27 and 28:
Disintegrasi, Reintegrasi,dan Modal
- Page 29 and 30:
Secara teoritis dan berdasarkan pen
- Page 31 and 32:
Gambar Siklus Resolusi KonflikConfl
- Page 33 and 34:
Pendekatan dari Bawah : Gerakan Bak
- Page 35 and 36:
pengangguran, tidak sebandingnya da
- Page 37 and 38:
akan dapat mencegah konflik kekeras
- Page 39 and 40:
dan respon dini pencegahan konflik
- Page 41 and 42:
pemerintahan yang ada belum mampu s
- Page 43 and 44: sehingga sulit melakukan koordinasi
- Page 45 and 46: espon dini 25 . Bagaimana menjadika
- Page 47 and 48: tujuan perdamaian dirumuskan (subst
- Page 49 and 50: Transisi Demokrasi,Konflik Sosial d
- Page 51 and 52: Dengan demikian penyalahgunaan keku
- Page 53 and 54: penekanan pada fungsi preventif, me
- Page 55 and 56: Pertama, Pengertian dan batasan buk
- Page 57 and 58: ersama untukmengakhiri konflik,atau
- Page 59 and 60: Stabilisasi dan Pemullihan Pasca Ko
- Page 61 and 62: melalui negosiasi, kompromi atau me
- Page 63 and 64: masyarakat secara normal serta meng
- Page 65 and 66: Keenam, fungsi intermediasi/fasilit
- Page 67 and 68: fungsi penciptaan keamanan ini. Den
- Page 69 and 70: dibalik ketimpangan antar kawasan d
- Page 71 and 72: Daftar BacaanBartrand, Jacques, (20
- Page 73 and 74: dikontrol dengan prinsip-prinsip da
- Page 75 and 76: perang, sebab di dalam tugas ini mi
- Page 77 and 78: Berkaitan dengan hal ini, kelompok
- Page 79 and 80: pelecehan ataupun penguasaan tentar
- Page 81 and 82: MOOTW/PSO. Di sinilah perlunya hubu
- Page 83 and 84: eformasi Polri yang dimaksud. Di ba
- Page 85 and 86: hukum (Rechstaat) bukan Negara keku
- Page 87 and 88: ersangkutan dinyatakan bahwa “Pen
- Page 89 and 90: tersebut ditentukan bahwa struktur
- Page 91 and 92: dalam bidang structural dan instrum
- Page 93: Ada banyak faktor penyebab yang iku
- Page 97 and 98: Lambang Trijono memperoleh gelar Ma