12.07.2015 Views

POST-CONFLICT PEACEBUILDING 2009 - Propatria Institute

POST-CONFLICT PEACEBUILDING 2009 - Propatria Institute

POST-CONFLICT PEACEBUILDING 2009 - Propatria Institute

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PengantarOleh : Kusnanto AnggoroTahapan konflik pada umumnya dimengerti sebagai terdiri masa-masa sebelum, pada saat, danmasa setelah berakhirnya konflik berskala luas. Konflik kekerasan merupakan puncak dari duapenggal simetrik, sebelum dan sesudah, berturut-turut sebagai fenomenon eskalasi dandeeskalasi konflik. Namun trayektori itu tidak sepenuhnya berjalan secara linier. Dalam jangkapanjang kerapkali dinamika itu berupa sebuah siklus damai-konflik-damai yang terjadi secaraberulang. Upaya untuk meredam konflik, sebagaimana tertuang dalam konsep resolusi konflik,pengelolaan konflik ataupun transformasi konflik, bahkan peace building, kerap digunakan untukmenjelaskan ketika konflik berada pada tahap eskalasi maupun de-eskalasi. Oleh sebab itu,peace-building, yang secara fungsional merupakan proses de-eskalasi konflik, merupakanupaya berkesinambungan yang merentang di sepanjang waktu, dengan tujuan utama untukmencegah pecahnya pertikaian yang melibatkan kekerasan dan/atau untuk membangunsuasana lebih kondusif untuk damai.Empat Aliran PemikiranTeori-teori peacebuilding mengalami perkembangan seiring dengan bagaimana kerangkateoretikal memahami tentang konflik. Dinamika konflik kerapkali merupakan antidote daridinamika damai. Konflik adalah cerminan dari tiadanya damai, seperti halnya damai merupakanrefleksi dari ketiadaan konflik. Konflik adalah bentuk perilaku beringas dari kegagalan upayayang mengandalkan nurani kemanusiaan. Tak ada keberingasan yang muncul dengan tiba-tiba.Agresi adalah endapan dari beragam kekecewaan yang tidak tersalurkan. Penggunaaninstrumen koersif merupakan cerminan dari ketidakberdayaan negara untuk bisa menyelesaikanmasalah melalui proses politik. Pemberontakan bersenjata, kulminasi agresi manusia melaluicara kekerasan, kerapkali juga tidak lebih dari sekedar muara dari kegagalan mereka mencapaitujuan melalui cara-cara damai.Damai, setali tiga uang, cerminan dari tiadanya konflik dalam segala bentuk dan manifestasinya.Johan Galtung (1969) mengemukakan konsep perdamaian positif (positive peace), situasitiadanya segenap masalah struktural yang dapat menebar benih ketidakpuasan sehinggamenyulut konflik, untuk membedakan dari pengertian yang lebih terbatas. Konsepsinya yanglain, perdamaian negatif (negative peace), menggambarkan damai semata-mata sebagaiketiadaan konflik kekerasasn (the absence of violent conflict). Antara perdamaian positif danperdamaian negatif merentang berbagai kondisi, baik jika dilihat dari gerakan dari damaimenuju konflik (eskalasi) maupun sebaliknya, dari koflik menuju damai (deeskalasi). Gambar 1menunjukkan dinamika itu.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!