kepada yang dibantunya. Akan tetapi sejauh ini, kecuali pembentukannya, mekanisme kerjayang mencerminkan fungsi di atas, belum dapat diwujudkan secara optimal. Jangankan aktifmemberikan bantuan langsung, keberadaan Kompolnas saja belum disahkan secara resmilewat pelantikan para anggotanya. Kesulitan lain yang dihadapi Kompolnas adalah kesibukandari tiga orang anggotanya yang merupakan ex oficio pejabat tinggi Negara, yakni MenteriKoordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Menteri Hukum dan HAM, serta MenteriDalam Negeri. Kemudian, karena posisi resmi sebagai pejabat tinggi Negara di atas, ketigamenteri tersebut dan enam anggota lainnya, akan menghadapi kesulitan untuk bekerja secaralangsung mengumpulkan dan menganalisis data sebagai masukan kepada Presiden. 87Sedangkan reformasi kultural dirasakan paling lambat dilakukan. Aspek kulturalmenggambarkan budaya kepolisian yang akan secara langsung ditanggapi oleh masyarakat,dengan pujian, perasaan puas atau dengan celaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadapsikap dan perilaku polisi. 88 Karena menyangkut nilai (values), perubahannya akan memerlukanwaktu yang tidak cepat. Internalisasi nilai yang telah berlangsung bertahun-tahun, mustahildapat diubah hanya dalam waktu yang singkat. Apalagi jika lingkungan structural Polri tidakkondusif untuk itu, maka skala perubahannya akan makin lama. Makin kompleks masalahmasalahsocial, ekonomi dan politik dihadapi bangsa ini, makin panjang pula proses perubahancultural para anggota Polri.Keluhan banyak kalangan masyarakat terhadap cara-cara anggota Polri dalam menjalankantugas, dianggap tidak mengalami perubahan, dari cara lama yang militeristik represif. Jika yangdihadapi masyarakat sipil, barangkali hanya dikeluhkan lewat surat pembaca atau pengaduanhukum. Namun bila yang kebetulan menjadi korban penyidikan adalah anggotaI TNI,masalahnya menjadi lain. Terjadinya bentrok antar kesatuan Polri dengan TNI yang akhir-akhirini sering muncul dalam pemberitaan di sejumlah daerah, antara lain disebabkan oleh masalahini. Karena terlalu sempitnya kebanggaan korps, solidaritas kelompok menjadi salah arah. Lebihtragisnya lagi, karena keduanya memiliki alat pemaksa yang efektif, maka akibatpenggunaannya bertambah memperihatinkan. Jatuhnya korban di kedua belah pihak, menjadikonsekuensi logisnya. Kasus yang terjadi di Masohi, Maluku Tengah beberapa waktu yang lalu,menjadi salah satu contoh dari penyimpangan semangat kelompok di atas. Khusus untukanggota Polri, peristiwa tersebut dapat dianggap sebagai belum hilangnya budaya militeristikdalam tubuh Polri dalam menghadapi fenomena social yang ada.Perilaku korup - dalam arti penyalahgunaan kekuasaan – juga masih melekat dalam tubuh Polri.Pertama, sebagaimana dilaporkan oleh Transparansi Internasional, dalam penelitiannyadikatakan bahwa Polri menduduki ranking teratas dalam persepsi masyarakat tentang lembagaNegara yang paling korup. Meskipun telah menimbulkan perdebatan di dalam tubuh Polrisendiri, hasil penelitian tersebut mesti menjadi bahan rujukan utama dalam mereformasi dirinya.Sebab, bukannya tidak mungkin bahwa praktik tersebut masih terjadi, karena lemahnyapenegakan hukum di lapangan. Kemudian, masyarakat umum sering menggunjingkan praktiksuap dalam penerimaan anggota Polri, baik di level bintara maupun perwira. Tidak mudah untukmembuktikan hal itu memang. Akan tetapi, sama dengan hasil penelitian TransparansiInternasional di atas, semuanya harus menjadi sumber renungan bagi Pimpinan Polri dalammelakukan perubahan. Persoalan pembuktian hukum, itu urusan kedua, yang terpenting adalahpersepsi public terhadap Polri. Bila persepsinya masih negative, maka citra Polri juga belumberubah dari yang sebelumnya hidup dalam masyarakat.87 ProPatria berulangkali mengadakan pembahasan Kinerja Kompolnas, dan saran diberikan di sana-sini. Namunsampai tulisan ini dibuat, belum terlihat hasilnya.88 Buku Biru , Reformasi Menuju Polri yang Profesional, Jakarta, 2006, hlm. 2589
Ada banyak faktor penyebab yang ikut mempengaruhi efektivitas reformasi Polri. Dalam BukuBirunya, Reformasi Menuju Polri yang Profesional diakui bahwa lingkungan stratejik, baik globalmaupun regional akan sangat mempengaruhi tingkat gangguan keamanan dan ketertibanmasyarakat. Kesadaran politik masyarakat akan demokratisasi dan HAM akan menjadi factorpendorong bagi munculnya berbagai reaksi masyarakat terhadap penyelenggaraan Negara,khususnya distorsi dari tugas-tugas Polri. Sementara dari sisi ekonomi, globalisasi telahmelahirkan masyarakat yang kapitalistik dan universalisasi gaya hidup. Globalisasi tidak pedulidengan kondisi setempat, termasuk keadaan bangsa, dan khususnya anggota Polri. Sebagaiakibatnya, terjadilah kesenjangan yang makin melebar antara tuntutan kepuasan hidup dengansarana yang digunakan untuk memenuhinya. Rendahnya renumerasi anggota Polri di satupihak, dan tingginya biaya hidup, di pihak lain, telah menimbulkan persoalan tersendiri dalamreformasi Polri. Bagaimana mungkin kinerja para anggota Polri bias efektif, bila penghasilanyang diterimanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya, praktik“business as usual” terus terjadi. Sama dengan aparatur Negara yang lain, kesenjangantersebut telah dijadikan salah satu penyebab dari penyalah gunaan wewenang. Dapat difahamibila terjadi kesenjangan yang menajam antara apa yang seharusnya (das solen) dilakukan olehanggota Polri dengan apa yang sesungguhnya terjadi (das sein).Secara formal harus diakui bahwa Polri tetap berusaha untuk memperbaiki dirinya. Sesuaidengan visi, misi dan tujuan Polri, persoalan sumberdaya manusia dan anggaran menjadi duafactor terpenting dalam mereformasi dirinya.Dimensi strategis dan operasional ditengaraisebagai bagian utama yang harus ditangani persoalannya. Polri berusaha mengembangkankemampuan sumberdayanya secara optimal, baik dari sisi jumlah (personnel) maupunkualitasnya (human capital). Pengembangan dilakukan untuk mencapai rasio yang wajar antarajumlah anggota Polri dengan jumlah penduduk, yakni sekitar 1: 650. Reformasi sumberdayamanusia juga memperhitungkan tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, aspirasimasyarakat terhadap tugas dan keberadaan Polri, tuntutan masyarakat dalam menghadapiperubahan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Secara operasional, diperhatikanpula program aksinya yang nyata dan terpadu, pola rekrutmen dan seleksi, system pendidikandan pelatihan serta penilaian kinerja, system dan jalur jabatan strategis, serta systemremunerasi anggota Polri. 89 Dengan kata lain, dalam rangka mewujudkan cita-cita membangunPolri yang professional dan membanggakan, perlu diperhatikan 7 W berikut ini, yakni “Wellorganized, Well human resources, Well Managerial, Well Euipment, Well Technology, WellTrained dan Well Budgeting” 90Apabila keperluan dasar untuk membangun Polri yang lebih professional tidak dilakukan, makaperan Polri dalam menegakkan kamtibmas akan tidak optimal. Demikian pula halnya denganpembinaan perdamaian, semuanya sangat tergantung pada seberapa jauh kebutuhanpengembangan sarana di atas dipenuhi. Terutama renumerasi dan kemampuan sumberdayamanusianya, secara minimal sudah seharusnya menjadi agenda Negara untuk memenuhinya.Lewat Community Policing, antara lain, dapat dijadikan jalan tengah untuk meningkatkan peranPolri dalam memelihara perdamaian. Pendekatan para anggota Polri secara dini, manusiawi dantidak memihak dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan akan menjadi jaminan bagipembinaan kepercayaan masyarakat, yang pada gilirannya memelihara kamtibmas danperdamaian.89 Uraian lebih rinci mengenai upaya-upaya akademis untuk memperbaiki kinerja Polri serta persoalan anggarannya,dapat dilihat dalam dua hasil penelitian. Pertama, Reformasi Berkelanjutan Institusi Kepolisian Republik IndonesiaBidang SDM, kerjasama Polri dengan Kemitraan dan LMUI, 2006. Kedua, Polri:Financial Management Reform,Research Report LPEM FEUI, Kerja sama Polri dengan Kemitraan.90 Ke enam well, di luar well trained penulis dapatkan dari Secapa Polri lewat uraian Kepala Sekolahnya, BrigjenDrs.M Ibrahim SH, MH yang dikirimkan kepada penulis.90
- Page 1:
POST-CONFLICT PEACEBUILDINGNaskah A
- Page 4 and 5:
PengantarOleh : Kusnanto AnggoroTah
- Page 7 and 8:
Gambar 2 : Kurva Konflik LundSetiap
- Page 9 and 10:
Berulangnya kembali konflik merupak
- Page 11 and 12:
sebagai masa yang cukup memadai unt
- Page 13 and 14:
hubungan puisat-daerah yang lebih b
- Page 15 and 16:
penyelesaian, maupun kerentanan sos
- Page 17 and 18:
sesuatu dari proses itu. Inilah “
- Page 19 and 20:
1955 memecah negara ke dalam konfli
- Page 21 and 22:
Tahapan Demokrasi di Indonesia seja
- Page 23 and 24:
Demokrasi, Konflik dan KeamananMasa
- Page 25 and 26:
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nega
- Page 27 and 28:
Disintegrasi, Reintegrasi,dan Modal
- Page 29 and 30:
Secara teoritis dan berdasarkan pen
- Page 31 and 32:
Gambar Siklus Resolusi KonflikConfl
- Page 33 and 34:
Pendekatan dari Bawah : Gerakan Bak
- Page 35 and 36:
pengangguran, tidak sebandingnya da
- Page 37 and 38:
akan dapat mencegah konflik kekeras
- Page 39 and 40:
dan respon dini pencegahan konflik
- Page 41 and 42: pemerintahan yang ada belum mampu s
- Page 43 and 44: sehingga sulit melakukan koordinasi
- Page 45 and 46: espon dini 25 . Bagaimana menjadika
- Page 47 and 48: tujuan perdamaian dirumuskan (subst
- Page 49 and 50: Transisi Demokrasi,Konflik Sosial d
- Page 51 and 52: Dengan demikian penyalahgunaan keku
- Page 53 and 54: penekanan pada fungsi preventif, me
- Page 55 and 56: Pertama, Pengertian dan batasan buk
- Page 57 and 58: ersama untukmengakhiri konflik,atau
- Page 59 and 60: Stabilisasi dan Pemullihan Pasca Ko
- Page 61 and 62: melalui negosiasi, kompromi atau me
- Page 63 and 64: masyarakat secara normal serta meng
- Page 65 and 66: Keenam, fungsi intermediasi/fasilit
- Page 67 and 68: fungsi penciptaan keamanan ini. Den
- Page 69 and 70: dibalik ketimpangan antar kawasan d
- Page 71 and 72: Daftar BacaanBartrand, Jacques, (20
- Page 73 and 74: dikontrol dengan prinsip-prinsip da
- Page 75 and 76: perang, sebab di dalam tugas ini mi
- Page 77 and 78: Berkaitan dengan hal ini, kelompok
- Page 79 and 80: pelecehan ataupun penguasaan tentar
- Page 81 and 82: MOOTW/PSO. Di sinilah perlunya hubu
- Page 83 and 84: eformasi Polri yang dimaksud. Di ba
- Page 85 and 86: hukum (Rechstaat) bukan Negara keku
- Page 87 and 88: ersangkutan dinyatakan bahwa “Pen
- Page 89 and 90: tersebut ditentukan bahwa struktur
- Page 91: dalam bidang structural dan instrum
- Page 95 and 96: Profil Singkat PenulisCornelis LayP
- Page 97 and 98: Lambang Trijono memperoleh gelar Ma