yang rawan terhadap resiko pelanggaran wilayah. Di masa damai, resiko tersebut tarutamaberkaitan dengan keamanan transnasional seperti pencurian ikan, kekayaaan alam,penyelundupan, perompak laut dan sebagainya.Melihat kepada keadaan perbatasan maritim dan darat yang selama ini masih belum terurusdengan baik, resiko bagi ancaman nasional lebih disebabkan oleh kriminalitas transnasionalyang semakin meningkat. Selain itu, terdapatnya tiga alur laut kepulauan (ALKI) atau sea-lanesof communications (SLOCs) memberikan kerawanan tersendiri bagi Indonesia. 68 Sementara itupada dimensi pertahanan darat, ribuan pulau yang tersebar terutama yang berpendudukmemerlukan skenario kemampuan TNI untuk memberikan perlindungan pertahanan wilayahdalam spektrum yang luas dan terfregmentasi dari sisi wilayah (space). Kekuatan udara, padasisi lain, meliputi tugas di atas wilayah laut dan darat yang luas itu. Dari sisi skenario konflik,melihat kepada realitas geografi yang merupakan wilayah nasional yang perlu dipertahankandan dilindingi jika suatu resiko mengancam, maka akan memerlukan mobilisasi kemampuanpertahanan yang tidak mudah, termasuk menuntuk kemampuan sirkulasi pasukan ke segenapwilayah tanar air secara massif dan cepat. Di sinilah tantangan kapabilitas yang dihadapi,sebagai negara dengan kemampuan ekonomi dan teknologi yang terbatas, (bahkan bagisebuah negara maju sekalipun) kapabilitas pertahanan yang ada tidak aan pernah mencapaibentuk ataupun kekuatan yang ideal –tidak ada ukuran yang baku. Sebab yang dipelukanadalah kemampuan untuk mengatasi resiko dalam skala apapun secara efektif.Melihat kepada realitas demikian, maka kapabilitas bertahanan nasional tidak bisadiperhitungkan hanya sekedar mengukur secara matematik mengenai organisasi, jumlahpasukan dan peralatan yang dimiliki versus resiko yang dihadapi. Sebab walaupun seluruhanggaran belanja nasional diperuntukkan untuk membangun sistem pertahanan militer, makakekuatan tersebut akan terbagi habis atas space terotori yang ada dan terbengkelainya sektorsektoryang lain. Oleh karena itu, diperlukan dimensi lain (non-militer) di dalam pengelolaanpertahanan, terutama di dalam mengatasi persoalan seperti konflik. Walaupun terjadi gap antarakekuatan secara matematis dari sisi kekuatan pertahananan dari semua angkatan terhadapkekuatan lawan atau suatu kemampuan konflik militer terbuka dalam skala menengah, namunkekuatan pertahanan Indonesia akan lebih disibukkan oleh acaman berintensitas rendah (lowintensityconflict) seperti ancaman transnasional crimes di perbatasan laut dan darat. Dalamkonteks ancaman resiko demikian, maka TNI masih memiliki kekuatan selektif untuk suatu tugasMOOTW.Dalam pada itu, kekuatan TNI, baik itu satuan terpusat maupun komando yang ditempatkansecara tersebar, dari ketiga angkatan dapat digunakan untuk melaksanakan suatu misi selainperang, seperti tugas (mission) untuk tujuan penciptaan perdamaian di wilayah paska konflik.Kegetasan terhadap tugas (mission) dan bukan merupakan fungsi (function) ini penting, sebabtugas utama tentara adalah sebagai alat pertahanan. Dengan fokus kepada tugas (mission)tersebut, maka pekaksanaan operasional untuk mencapai suatu tujuan (terciptanya perdamaian)akan menjadi lebih mudah diukur dan dipertanggungjawabkan secara politik. Kejelasan suatutugas ini penting mengingat pengalaman pada masa lalu (Orde Baru) bahwa tentara telah dapatdigunakana untuk suatu tugas yang meluas dalam payung Dwi Fungsi. Dwi Fungsi telahmemperluas fungi tentara dari pertahanan ke fungsi sosial politik yang secara praktismenjangkau seluruh sektor kehiduoan bernegara. Dengan demikian telat terjadi abuse atau68 Lebih jauh untuk permasalahan berkaitan dengan ALKI dan keamanan maritime lihat: Menyikapi StrategiPerkembangan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dalam Perspektif Keamanan Maritim. Jakarta: Markas BesarAngkatan Laut, 2007.75
pelecehan ataupun penguasaan tentara atas sektor-sektor di luar tentara karna dianggap tidakmampu ataupun alasan stabilitas nasional.Kemudian, jatuhnya kekuasaan Orde Baru, tentara mengalami proses reformasi yang palingtidak dapat dinyatakan berhasil dalam hal: (1) Pemisahan polisi dari Angkatan bersenjata (2).Keluarnya secara formal dari kegiatan politik praktis, (2) Sikap netral di dalam Pemilihan umum.Ketiga pencapaian tersebut berpengaruh secara politik terhadap upaya untuk menfokuskankepada profesionalisme tentara. Namun demikian, perubahan-perubahan pada ranah politiktentara belum dapat dihubungkan secara langsung terhadap kapabilitas pertahanan. Artinya, didalam konteks demikian, telah terjadi berubahan signifikan di dalam konteks politik-militertentara, namun upaya profesionalisme dan peningkatan kapabilitas masih terbatas. Hal inidisebabkan oleh kenyataan bahwa economic recovery sejak terjadi krisis 1997/1998 masihbelum pulih.Namun demikian, dalam konteks peacebuilding di tanah air, keberadaan tentara saat ini dapatdikatakan dalam keadaan yang normal atau bahkan kondusif untuk perdamaian. PersoalanTimor Timur sudah selesai dan Perjanjian Damai Aceh tekah disepakati. Selain itu, konflik diAmbon, Sanggau Ledo dan Poso yang beberapa waktu lalu telah menelan ribuah korban jiwajuga telah menunjukkan suasana yang lebih damai. Walaupun, riak konflik pada skala mikromasih saja terjad oleh karna faktor spoiliers ataupun karna faktor kriminal di tingkat lokal. Hal iniberdampak positif bagi keberadaan TNI yang kapabilitasnya masih terbatas. Dalam catatankedua konflik horizontal di Maluku dan juga Poso, pasukan TNI telah ditugaskan untuk peacemission termasuk dalam skala tertentu melakukan peace enforcement.Untuk melihat kapabilitas militer nasional, berikut ini sekedar informasi mengenai jumlah dansebarannya. Jumlah kekuatan prajurit TNI pada tahun 2007 sebagaimana dilaporkan oleh TheMilitary Balance 2007 69 berjumlah sekitar 302.000 dengan perincian Angkatan Darat (AD)233.000, Angkatan Laut (AL) 45.000, dan Angkatan Udara (AU) 24.000 personel AD terdiri daritiga kelompok kekuatan yaitu (1). Kekuatan Terpusat, yang terdiri dari Komando Kostrad danKopassus. Kostrad berkekuatan 30.000 pasukan dan berada di Pulau Jawa dan Sulawesi.Kopassus berkekuatan 5.300 dengan kedudukan di pulau Jawa. (2). Kekuatan KeWilayahan(TNI-AD) berupa 12 Komando Daerah Militer (Kodam) yang terbagi lagi ke dalam Korem danKodim yang tersebar di seluruh wilayah RI.Dalam asumsi peacebulding tarutama dalam konteks MOOTW / PSO, tentara mengandalkankepada pasukan yang embedded ke dalam kesatuan teritorial serta yang Balakpus (Kostrad,Kopassus, PPRC). Melihat kepada kecenderungan saat ini, maka kekuatan komando teritorial(Kodam dan turunannya) merupakan ujung tombak bagi suatu MOOTW di wilayah Indonesiayang begitu luas. Kekuatan terpusat akan diterjunkan secara bertahap namun hal ini sangattergantung dengan kemampuan secara teknis untuk malakukan sirkulasi pasukan. Sementaraitu pesawat angkut pasukan seperti Hercules C-130 yang saat ini dimiliki oleh TNI masih sangatterbatas.Assessment tentang “Idle Capacity” yang Bisa DigunakanMemperhatikan kepada uraian tentang kapabilitas di atas, maka secara teoritis, “idle capacity”yang dimiliki oleh TNI bersifat dinamis dan kontekstual, karena hal itu berkaitan dengandinamika persoalan keamanan nasional yang dihadapi oleh Indonesia. Melihat kepada69 The Military Balance 2007, London: International <strong>Institute</strong> for Strategic Studies (IISS), 2007, p.35276
- Page 1:
POST-CONFLICT PEACEBUILDINGNaskah A
- Page 4 and 5:
PengantarOleh : Kusnanto AnggoroTah
- Page 7 and 8:
Gambar 2 : Kurva Konflik LundSetiap
- Page 9 and 10:
Berulangnya kembali konflik merupak
- Page 11 and 12:
sebagai masa yang cukup memadai unt
- Page 13 and 14:
hubungan puisat-daerah yang lebih b
- Page 15 and 16:
penyelesaian, maupun kerentanan sos
- Page 17 and 18:
sesuatu dari proses itu. Inilah “
- Page 19 and 20:
1955 memecah negara ke dalam konfli
- Page 21 and 22:
Tahapan Demokrasi di Indonesia seja
- Page 23 and 24:
Demokrasi, Konflik dan KeamananMasa
- Page 25 and 26:
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Nega
- Page 27 and 28: Disintegrasi, Reintegrasi,dan Modal
- Page 29 and 30: Secara teoritis dan berdasarkan pen
- Page 31 and 32: Gambar Siklus Resolusi KonflikConfl
- Page 33 and 34: Pendekatan dari Bawah : Gerakan Bak
- Page 35 and 36: pengangguran, tidak sebandingnya da
- Page 37 and 38: akan dapat mencegah konflik kekeras
- Page 39 and 40: dan respon dini pencegahan konflik
- Page 41 and 42: pemerintahan yang ada belum mampu s
- Page 43 and 44: sehingga sulit melakukan koordinasi
- Page 45 and 46: espon dini 25 . Bagaimana menjadika
- Page 47 and 48: tujuan perdamaian dirumuskan (subst
- Page 49 and 50: Transisi Demokrasi,Konflik Sosial d
- Page 51 and 52: Dengan demikian penyalahgunaan keku
- Page 53 and 54: penekanan pada fungsi preventif, me
- Page 55 and 56: Pertama, Pengertian dan batasan buk
- Page 57 and 58: ersama untukmengakhiri konflik,atau
- Page 59 and 60: Stabilisasi dan Pemullihan Pasca Ko
- Page 61 and 62: melalui negosiasi, kompromi atau me
- Page 63 and 64: masyarakat secara normal serta meng
- Page 65 and 66: Keenam, fungsi intermediasi/fasilit
- Page 67 and 68: fungsi penciptaan keamanan ini. Den
- Page 69 and 70: dibalik ketimpangan antar kawasan d
- Page 71 and 72: Daftar BacaanBartrand, Jacques, (20
- Page 73 and 74: dikontrol dengan prinsip-prinsip da
- Page 75 and 76: perang, sebab di dalam tugas ini mi
- Page 77: Berkaitan dengan hal ini, kelompok
- Page 81 and 82: MOOTW/PSO. Di sinilah perlunya hubu
- Page 83 and 84: eformasi Polri yang dimaksud. Di ba
- Page 85 and 86: hukum (Rechstaat) bukan Negara keku
- Page 87 and 88: ersangkutan dinyatakan bahwa “Pen
- Page 89 and 90: tersebut ditentukan bahwa struktur
- Page 91 and 92: dalam bidang structural dan instrum
- Page 93 and 94: Ada banyak faktor penyebab yang iku
- Page 95 and 96: Profil Singkat PenulisCornelis LayP
- Page 97 and 98: Lambang Trijono memperoleh gelar Ma