You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
196<br />
Wanita blasteran Cina-Sunda itu selama ini<br />
lebih banyak menerima order yang sifatnya private<br />
atau pesta untuk kelompok tertentu. Pertunjukan<br />
di kafe, diskotek atau tempat hiburan umum, dia<br />
jarang mau menerima kecuali ada alasan tertentu.<br />
Dalam beberapa kesempatan, Joyce juga<br />
kerap diminta menggelar pesta yang berbau BDSM<br />
untuk pesta-pesta tertentu. Bachelor adalah salah<br />
satunya.<br />
Sudah jadi rahasia umum, dalam bachelor<br />
party, biasanya selalu ada unsur perpeloncoan buat<br />
yang mau nikah. Perpeloncoan itu bentuknya<br />
secara praktikal mengarah pada aktifitas BDSM.<br />
Dalam hal ini adalah bondage. Bisa dengan ikatan<br />
biasa atau dengan borgol betulan. Kalau calon<br />
pengantin pria, berarti Joyce menyediakan gadis-<br />
gadis BDSM dan begitu sebaliknya.<br />
"Tapi dengan satu syarat lho," seru Joyce.<br />
"Korbannya mesti benar-benar siap dikerja-<br />
in. Kalo nggak, mending gue nolak job-nya,"<br />
lanjutnya.<br />
Joyce tidak menyangka, kalau usaha iseng-<br />
iseng itu malah menambah jaringan ke orang-<br />
orang yang mencintai aliran BDSM. Karena makin<br />
lama anggotanya makin banyak, Joyce iseng-iseng<br />
membentuk perkumpulan BDSM. Belakangan<br />
orang lebih suka menyebutnya sebagai Club.<br />
Tidak ada kegiatan rutin selain merekrut<br />
anggota baru yang dengan sukarela bergabung,<br />
selebihnya adalah memasok beberapa BDSM<br />
dancer ke beberapa acara dan menggelar pesta<br />
bareng anggota di Club BDSM.<br />
Tidak ada iuran resmi yang harus dibayar.<br />
Kalau pun ada, biasanya berlaku untuk keperluan<br />
pesta. Dari membeli aksesori pecut, borgol, lilin,<br />
makanan-minuman sampai menyewa tempat pes<br />
ta.<br />
"Kan tidak selalu di apartemen gue. Sekali<br />
waktu kita bikin di hotel atau tempat spesial," jelas<br />
Joyce.<br />
Malam makin larut. Suasana di bar MT<br />
perlahan mulai sepi. Hanya tinggal beberapa tamu,<br />
termasuk saya, Joyce dan Danar yang tersisa.<br />
Joyce meneguk gelas minumannya sampai<br />
habis. Saya pun demikian. Danar terlihat mulai<br />
gelisah.<br />
sik Joyce.<br />
"Kenapa, Sayang? Udah nggak sabar ya?" bi-<br />
197