05.04.2013 Views

Moammar Emka

Moammar Emka

Moammar Emka

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

90<br />

Suara Viki mengagetkan saya. Buru-buru<br />

saya memalingkan wajah dan astaga... mata Viki<br />

terlihat berair. la mengambil tisu di meja dan<br />

membersihkan wajahnya.<br />

"Sebenarnya aku mau cerita banyak, tapi aku<br />

nggak enak...." Viki menghentikan ucapannya,<br />

"Aku takut dikira ada maunya lagi," sambung<br />

Viki.<br />

Saya meyakinkan Viki untuk menceritakan<br />

apa masalahnya. Lalu, ia mengeluarkan dompet<br />

dari dalam tasnya. Viki menunjukkan selembar<br />

foto kepada saya.<br />

"Ini Kara, adikku," gumamnya.<br />

Menurut Viki, adiknya mengidap autis yang<br />

termasuk dalam jenis ADHD (Attention De­<br />

ficit Hyperactivity Disorder). Polah tingkahnya<br />

cenderung hiper aktif". Suka menjerit, menggigit,<br />

dan berlarian ke sana kemari seolah tanpa merasa-<br />

kan capek. Makanya, ia berusaha mati-matian<br />

mencari uang untuk membiayai pengobatannya.<br />

Ia tak mungkin meminta bantuan pada orang<br />

tuanya yang ada di Medan. Justru, ia ke Jakarta<br />

dalam rangka "kabur" dari ancaman bapaknya<br />

. yang suka melakukan kekerasan. Main tangan<br />

bahkan tak jarang menyakiti ia dan dua adiknya.<br />

Karena tak tahan, Viki akhirnya membawa Kara<br />

dan adiknya yang berumur tujuh belas tahun ke<br />

Jakarta. Meski tak tega meninggalkan ibunya, Viki<br />

terpaksa harus mengambil keputusan yang terbi-<br />

lang nekat itu. Semua ia lakukan demi kebaikan<br />

adik-adiknya.<br />

Selama ini, Viki dan Kara berkomunikasi<br />

menggunakan cara yang tak biasa. Viki akan<br />

berbicara lewat sebuah tape recorder kecil yang<br />

selalu dibawa Kara. Dari tape recorder itulah, Kara<br />

akan mendengarkan omongan Viki.<br />

Viki berencana menggunakan uang yang<br />

dia dapat dari bekerja sebagai lapdancer untuk<br />

menyekolahkan Kata di sekolah khusus. Dan<br />

tentu saja, uang itu ia gunakan untuk memenuhi<br />

kebutuhan hidup sehari-hari.<br />

"Aku hanya menggunakan semua kekuatan<br />

fisik dan pikiran untuk bertahan hidup di Jakarta,"<br />

desahnya, "aku sadar, aku tak akan jadi "pemenang".<br />

Tapi setidaknya, aku telah berusaha," imbuh Viki.<br />

Dorongan untuk menyembuhkan bara itulah<br />

yang membuat Viki mengambil jalan pintas. Selain<br />

menjadi lapdancer di kelab NN, ia terpaksa juga<br />

91

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!