05.04.2013 Views

Moammar Emka

Moammar Emka

Moammar Emka

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

2.2.2.<br />

Dari arah pintu besar yang terbuat dari<br />

ukiran kayu jati, muncul 16 laki-laki yang rata-<br />

rata mengenakan pakaian santai. Mereka segera<br />

disambut oleh 25 gadis yang sejak tadi sudah stand<br />

by di ruangan. Lantaran jumlah laki-lakinya lebih<br />

sedikit, ada yang mendaparkan teman kencan<br />

dobel.<br />

Saya kebetulan datang karena diundang<br />

oleh yang empunya acara. Siapa lagi kalau bukan,<br />

Mas Sapto, sang big bos. Sebagai pengusaha yang<br />

memasok peralatan untuk otomotif, Sapto punya<br />

beberapa distributor yang tersebar di sejumiah<br />

kota besar di Indonesia. Sekali dalam setahun, dia<br />

memberikan bonus spesial kepada distributor yang<br />

melampui target penjualan. Bonus itu bisa berupa<br />

liburan ke luar negeri sampai pelesir seksual yang<br />

dikemas seperti halnya "sex gathering'.<br />

Beruntung juga saya tidak absen malam<br />

itu. Paling tidak, ada dua gadis yang ditugaskan<br />

menemani saya dan Mas Sapto. Saya memanggil<br />

Sapto dengan "mas" karena dia lebih tua dari saya.<br />

Umurnya lebih dari 40 tahun, nggak enak saja<br />

kalau saya memanggil namanya langsung.<br />

Hubungan saya dan Mas Sapto lebih karena<br />

faktor kebetulan. Sebagai pria berduit yang sudah<br />

berkeluarga, rupanya Mas Sapto punya cem-cem-<br />

an alias PR (baca= piaraan). Nah, si cem-cem-an<br />

itu, sebut saja namanya Shinta, 23 tahun, nggak<br />

tahunya saya kenal dengan baik. Shinta adalah<br />

seorang foto model majalah khusus laki-laki yang<br />

berani dan terbiasa tampil seksi. Saya mengenalnya<br />

dua tahun lalu pada sesi pemotretan sebuah<br />

majalah. Dari Shinta inilah, saya dikenalkan dengan<br />

Mas Sapto. Dalam beberapa bulan terakhir, saya<br />

lumayan sering diajak jalan bareng mereka berdua.<br />

Entah cuma berkaraoke atau nongkrong di kafe.<br />

Makanya, begitu Sapto mengundang saya<br />

untuk hadir di acara sex gathering, saya jadi susah<br />

menolaknya. Ada beberapa alasan kenapa saya<br />

sampai ikut di pesta itu:<br />

1. nggak enak menolak undangan teman,<br />

2. aji mumpung dan tidak menyia-nyiakan ke-<br />

sempatan. Soalnya gratis alias gretong bo'!,<br />

3. penasaran dengan ide pesta "sex gathering",<br />

4. ketemu orang-orang baru (orang baru berarti<br />

informasi baru, itu prinsip saya).<br />

223

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!