19.10.2016 Views

DOC-20160920-WA0018

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1 LAPAROSKOPI<br />

MULAI DAN AKHIR<br />

Teknik ini bisa digunakan rutin tetapi sangat<br />

berguna bila ada operasi abdomen sebelumnya.<br />

Dengan perlahan, lakukan insuflasi dengan CO 2<br />

( 1L/menit), perhatikan tekanan intra-abdomen<br />

tidak melebihi 0-5 mmHg. Perkusi abdomen<br />

untuk mengusahakan distensi abdomen simetris.<br />

Tambah aliran jika semua di atas memuaskan,<br />

sehingga mempertahankan tekanan sekitar 13-<br />

15 mmHg. Volume total gas bervariasi tetapi 4-5<br />

L biasanya sudah cukup.<br />

Periksa posisi yang tepat dengan melepas keran<br />

gas dan mendengar bocornya CO2 dari rongga<br />

peritoneum. Lekatkan laparoskop dan kamera.<br />

Jika tempat trokar terlihat berdarah, cukup<br />

lakukan penekanan lokal. Cara lain adalah<br />

memasukkan benang melalui jarum besar dan<br />

ikat pembuluh darah pada titik perdarahan.<br />

Jika terus berdarah, masukkan kateter Foley, tiup<br />

balon dan tahan dengan traksi.<br />

Insersi Trokar<br />

Insersi port pertama dalam pneumoperitoneum<br />

tertutup merupakan prosedur yang potensial<br />

berbahaya, sehingga risiko ini dihindari dengan<br />

metode terbuka.<br />

Kanula sekali pakai (disposable) ukuran 10 mm<br />

lebih disukai untuk penentuan lokasi awal di<br />

umbilikus. Masukkan kanula dengan<br />

mengunakan teknik prop (corkscrew) sedikit<br />

diarahkan ke pelvis. Tempatkan telunjuk anda<br />

sepanjang trokar sehingga mencegah insersi<br />

terlalu dalam yang bisa merusak visera.<br />

Gbr 1.15<br />

Gbr 1.14<br />

10

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!