indonesia1210inWeb
indonesia1210inWeb
indonesia1210inWeb
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Dalam beberapa kasus yang diinvestigasi oleh Human Rights Watch, anggota masyarakat<br />
menuduh orang-orang melakukan “perbuatan bersunyi-sunyian” berdasarkan pada standar<br />
yang sewenang-wenang. Dalam beberapa kasus tersebut, masyarakat memberikan<br />
perlakuan yang kasar dan memalukan selama proses penangkapan. Kemudian, beberapa<br />
dari mereka yang dituduh diharuskan membayar ganti rugi atau menjalani hukuman lain<br />
yang ditentukan oleh para pemimpin adat melalui proses yang tidak adil. Ganti rugi dapat<br />
berupa kawin paksa, pengusiran dari desa, dan denda yang tinggi.<br />
Seorang perempuan, Rohani, menceritakan sebuah kejadian pada tahun 2009 ketika Budi,<br />
pacar anak perempuannya, Sri (17 tahun), datang ke rumahnya untuk berbicara dengan Sri<br />
larut malam. Rohani dan anak perempuannya yang paling muda juga berada di rumah pada<br />
saat itu. Ketika Budi akan meninggalkan rumah satu jam kemudian, anggota masyarakat<br />
setempat menahan dia atas tuduhan bahwa ia telah melakukan “perbuatan bersunyisunyian.”<br />
Mereka memukulinya dan membawanya ke meunasah (tempat ibadah) terdekat,<br />
dimana sekitar 50 orang kembali memukulinya dan menyundutnya dengan rokok sementara<br />
sejumlah laki-laki lain memanggil Rohani dan Sri untuk bergabung dengan mereka. Anggota<br />
masyarakat berupaya memaksa Budi dan Sri untuk menikah, tetapi Rohani menolaknya atas<br />
dasar bahwa puterinya masih duduk di sekolah menengah atas dan perlu menyelesaikan<br />
sekolahnya. Ketika kepala desa memanggil polisi Syariah dan polisi biasa, mereka menahan<br />
Budi dan Sri semalaman untuk melakukan penyelidikan. Sesudahnya, anggota masyarakat<br />
setempat memberitahu Rohani bahwa mereka telah memutuskan bahwa dia harus<br />
membayar denda dalam bentuk materi kepada komunitas sebagai hukuman atas kesalahan<br />
puterinya. Rohani membayar hukuman tersebut, tetapi tidak ada seorangpun dari anggota<br />
masyarakat tersebut yang dituntut pertanggungjawabannya oleh polisi maupun pimpinan<br />
masyarakat karena menganiaya Budi.<br />
Petugas-petugas WH juga secara aktif mendorong masyarakat mengidentifikasi terduga<br />
pelaku pelanggaran hukum Syariah dan melaporkan mereka kepada pihak berwenang.<br />
Rosmiati menjelaskan bagaimana polisi menahan dia dan seorang teman laki-lakinya,<br />
Nurdin, semalaman setelah anggota masyarakat menuduh mereka melakukan “perbuatan<br />
bersunyi-sunyian.” Rosmiati berada di rumah Nurdin selama 20 menit untuk mengantarkan<br />
buku pada sore hari. Ia mengatakan kepada Human Rights Watch, “Walaupun kami<br />
berpakaian lengkap, mereka memperlakukan kami seakan kami melakukan hal yang salah.<br />
Kami tidak melakukan apapun, tetapi mereka memutuskan main hakim sendiri.” Beberapa<br />
orang mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa masyarakat di tempat itu<br />
menetapkan jam malam, dimana seseorang yang ditemukan berduaan dengan orang<br />
berjenis kelamin berbeda yang tidak memiliki ikatan pernikahan atau darah di atas jam<br />
tersebut merupakan bukti jelas “perbuatan bersunyi-sunyian.” Kombinasi penetapan aturan<br />
5 Human Rights Watch | Desember 2010