11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

II. Latar Belakang<br />

Syariah, agama kita, telah bercampur dengan politik. Ini adalah akar<br />

masalahnya. Selama 29 tahun, Aceh tidak memiliki hukum apapun—tidak ada<br />

hukum, tidak ada aturan. Di sini, kamu bisa melakukan apapun yang kamu<br />

mau. Kamu mau membunuh, kamu mau memukul, kamu mau merampok,<br />

kamu mau membakar rumah? Oke! Tidak ada hukum, tidak ada pertanyaan,<br />

tidak ada masalah. Siapa melakukan apa? Lupakan saja.... Lalu masyarakat<br />

berkata, “Berikan kami hukum.” Hal itu bukanlah semata karena kami yakin<br />

bahwa cara hidup kita harus sesuai dengan Syariah. Syariah telah ada selama<br />

beratus-ratus tahun ... bahkan adat istiadat dan tradisi setempat kami diambil<br />

dari Syariah. Itu semata agar ada hukum positif yang bekerja pada kami, di<br />

antara kami, di tengah kami.<br />

– Prof. Yusni Sabi, mantan rektor IAIN Al-Raniry Aceh<br />

Provinsi Aceh di Indonesia, sering disebut sebagai “Serambi Mekah,” dianggap sebagai<br />

tempat dimana Islam pertama kali memasuki Asia Tenggara. Terletak di ujung barat laut pulau<br />

Sumatra, Aceh merupakan tempat pendaratan alamiah bagi para pedagang Islam yang<br />

bepergian melalui Selat Malaka. Pada tahun 800, kepercayaan mereka telah merajai daerah<br />

tersebut. Islam kemudian tersebar ke berbagai tempat lain di Indonesia dan akhirnya menjadi<br />

agama yang dominan di negara yang saat ini memiliki populasi terbanyak keempat di dunia.<br />

Walaupun ada berbagai kepercayaan di Aceh sebagaimana di daerah lain, kepercayaan Islam<br />

yang kuat tetap menjadi aspek identitas yang penting bagi banyak orang Aceh.<br />

Hubungan antara Islam dan Negara memainkan peranan penting dalam konflik bersenjata di<br />

Aceh selama 60 tahun terakhir. Pada tahun 1950an, para pemuka agama di Aceh dipimpin<br />

oleh ulama, termasuk Teungku M. Daud Beureueh melawan Pemerintah Pusat untuk<br />

mendirikan negara Islam sebagai bagian dari pemberontakan yang lebih luas di Indonesia,<br />

atau yang lebih dikenal sebagai pemberontakan Darul Islam (Rumah Islam). 1 Konflik berakhir<br />

di Aceh pada tahun 1962 ketika Pemerintah Indonesia memberikan hak khusus kepada<br />

provinsi tersebut, termasuk “otonomi luas” dalam hal agama dan adat istiadat dan hak untuk<br />

1 Gerakan Darul Islam dibentuk pada tahun 1942 di Jawa Barat oleh para pejuang Muslim yang bertujuan untuk mendirikan<br />

sebuah negara independen berbasis hukum Islam, dan akhirnya terdiri dari kelompok-kelompok di berbagai daerah, termasuk<br />

Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan JawaTengah. Awalnya, gerakan ini bergabung dengan gerakan yang<br />

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Setelah Republik Indonesia terbentuk pada tahun 1945, Presiden<br />

Sukarno menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler, dan berbagai fraksi gerakan Darul Islam mengangkat senjata melawan<br />

Pemerintah Pusat dalam pemberontakan Darul Islam. Berbagai kelompok daerah yang termasuk dalam gerakan ini secara<br />

bertahap ditekan oleh Pemerintah antara tahun 1957-1965.<br />

13 Human Rights Watch | Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!