11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

diterapkan secara non-diskriminatif, dan lingkup dan dampak pembatasan tersebut harus<br />

benar-benar sebanding untuk memenuhi tujuan tersebut. 205<br />

Kebebasan Beragama<br />

Hak asasi manusia juga menjamin hak kebebasan beragama, termasuk hak untuk<br />

menjalankan agama/keyakinan seseorang melalui ibadah, penaatan, pengamalan, dan<br />

pengajaran secara pribadi maupun di tempat umum. ICCPR, yang diratifikasi oleh Indonesia<br />

pada tahun 2006, menyatakan bahwa “tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga<br />

terganggu kebebasannya untuk menganut atau menerima suatu agama atau kepercayaan<br />

sesuai dengan pilihannya.” 206 Pemerintah hanya dapat membatasi hak kebebasan<br />

beragama jika diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan, , atau hak<br />

dan kebebasan mendasar orang lain, suatu persyaratan yang ketat. Pembatasan apapun<br />

harus bersifat non-diskriminatif dan sebanding. 207<br />

Asma Jahangir, Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, dan<br />

pendahulunya, Abdelfattah Amor, mengkritik peraturan-peraturan yang mensyaratkan<br />

penggunaan busana yang menunjukkan agama di area publik, dan Jahangir menyatakan<br />

bahwa “penggunaan metode pemaksaan dan sanksi yang diterapkan kepada individuindividu<br />

yang tidak ingin mengenakan busana atau simbol tertentu yang menunjukkan<br />

agama dianggap dapat dihukum atas nama agama” secara umum bertentangan dengan<br />

hukum hak asasi manusia. 208 Hukum hak asasi manusia juga menjamin hak kebebasan<br />

berekspresi, dan Komite Hak Asasi Manusia, badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan<br />

ICCPR, mencatat bahwa hukum-hukum yang secara spesifik mengatur busana yang boleh<br />

dikenakan oleh perempuan di muka publik dapat melanggar hak ini, maupun hak<br />

kebebasan beragama dan hak untuk bebas dari diskriminasi. 209<br />

205<br />

Komite PBB untuk Hak Asasi Manusia (HRC), Komentar Umum No. 16 terhadap Pasal 17 ICCPR, ”Kompilasi Komentar Umum<br />

dan Rekomendasi Umum Diadopsi oleh Badan-badan Perjanjian Hak Asasi Manusia," UN Doc. HRI/GEN/Rev.3, 15 Agustus 1997.<br />

206<br />

ICCPR, Pasal 18.<br />

207<br />

UN HRC, Komentar Umum No. 22, dikeluarkan untuk memperjelas arti Pasal 18 (Sesi Ke-48, 1993), 20 Juli 1993,<br />

Doc.CCPR/C/21/Rev.1/Add.4, par. 8.<br />

208<br />

Laporan Pelapor Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan, Mr. Abdelfattah Amor, “Implementation of the<br />

Declaration on the Elimination of all Forms of Intolerance and Discrimination Based on Religion or Belief [Implementasi<br />

Deklarasi tentang Penghapusan Segala Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi Berdasarkan Agama atau Keyakinan],” Komisi<br />

Hak Asasi Manusia, Sesi Ke-54, E/CN.4/1998/6, 22 Januari 1998, par. 60(a) (mengidentifikasi kewajiban Afganistan bahwa<br />

perempuan mengenakan ”apa yang dideskripsikan sebagai busana Islam” merupakan pelanggaran prinsip toleransi dalam<br />

bidang agama dan keyakinan).<br />

209<br />

Laporan Pelapor Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan, Asma Jahangir, “Civil and Political Rights,<br />

Including the Question of Religious Intolerance [Hak-hak Sipil dan Politik, Termasuk Pertanyaan Intoleransi Agama],” Komisi<br />

Hak Asasi Manusia, Sesi Ke-62, E/CN.4/2006/5, 9 Januari 2006, hlm.17, par. 55.<br />

75 Human Rights Watch | Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!