11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ersunyi-sunyian” menyebabkan beberapa kelompok masyarakat memilih tidak memanggil<br />

WH dan polisi ketika mereka melakukan penangkapan.<br />

Human Rights Watch berbicara dengan sejumlah orang yang berpartisipasi, menyaksikan,<br />

atau menjadi korban kejadian semacam itu. Dalam kasus-kasus tersebut dan dalam banyak<br />

kasus yang didiskusikan dalam berita di media, penegakan Hukum Khalwat oleh<br />

masyarakat melibatkan warga sipil, dan sering ada “pengintai” yang bertugas mengawasi<br />

jika ada orang yang melanggar hukum. Dalam beberapa kasus, sekelompok orang<br />

bergabung dalam kerumunan massa; dalam beberapa kasus lainnya, tersangka pelanggar<br />

diminta menjalani ritual hukuman dimana mereka disiram air atau bahkan air selokan. Para<br />

pemimpin masyarakat kemudian berusaha menyelesaikan masalah, sering dengan meminta<br />

para pelanggar menikah satu sama lain, membayar penalti kepada pihak desa, segera<br />

meninggalkan desa, atau digiring keliling desa untuk dipermalukan.<br />

Dalam beberapa kasus yang diselidiki oleh Human Rights Watch, korban penegakan Hukum<br />

Khalwat oleh masyarakat adalah orang yang dianggap “orang luar,” orang yang lahir di luar<br />

kampung yang mereka diami. Bustami, petugas WH yang telah disebutkan sebelumnya,<br />

memberitahu kami bahwa dia telah turut serta beberapa kali dalam tindakan penegakan<br />

oleh masyarakat sebelum dia diangkat menjadi anggota WH pada bulan Januari<br />

2010: ”Banyak orang yang ditangkap adalah orang luar. Kami tidak pernah menangkap lakilaki<br />

dan perempuan yang keduanya tinggal di desa ini. Dan banyak perempuan [penduduk<br />

desa yang ditangkap] bukan orang asli, walau mereka telah lama tinggal di sini—ketika<br />

mereka masih kecil, keluarga mereka pindah ke desa ini.” 116<br />

Bustami menceritakan kepada Human Rights Watch contoh kasus yang terjadi di awal 2009<br />

dimana ia ikut menangkap dan menghukum seorang perempuan yang telah tinggal di<br />

desanya selama beberapa saat dan seorang laki-laki yang pindah dan tinggal dengannya.<br />

Walaupun pasangan itu telah menempati rumah yang sama selama beberapa saat,<br />

masyarakat awalnya tidak menyadari bahwa laki-laki tersebut tidak menikah atau memiliki<br />

hubungan darah dengan perempuan tersebut:<br />

Kami memberi peringatan—jika dalam seminggu laki-laki tersebut tidak<br />

meninggalkan rumahnya, kami akan menangkap dia. Tetapi lelaki tersebut<br />

tetap tinggal di rumah perempuan itu, jadi kami menangkap dia. Kami<br />

[menyiram air] kepada mereka. Dan kemudian kami memproses kasus mereka<br />

di meunasah. Sebagai hukuman, mereka [masing-masing memberi sebuah<br />

116 Wawancara Human Rights Watch dengan “Bustami,” Banda Aceh, 17 Mei 2010.<br />

49 Human Rights Watch | Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!