11.06.2013 Views

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

indonesia1210inWeb

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menangkap tersangka khalwat akan diproses secara hukum. Pada bulan Mei 2010, Wakil<br />

Gubernur, Mohammad Nazar, memberikan pernyataan publik yang menekankan bahwa inti<br />

dari Islam adalah pembinaan, bukan penghukuman. 124 Tetapi, Nazar juga mengakui bahwa<br />

polisi di Aceh tetap enggan menangkap pelaku kekerasan atas nama Islam. 125<br />

Yusni Sabi, mantan rektor IAIN Al-Raniry Aceh, mengatakan kepada Human Rights Watch<br />

bahwa anggota masyarakat yang percaya bahwa Islam mewajibkan mereka ikut serta dalam<br />

penegakan hukum yang main hakim sendiri berpegang pada interpretasi teks keagamaan<br />

yang salah. Ia mengatakan, “Ada ajaran yang mengatakan bahwa jika ada pelanggaran<br />

hukum, jika kamu memiliki wewenang untuk menghentikannya, kamu harus melakukannya.<br />

Tetapi ini bukan berarti bahwa semua orang memiliki wewenang di tangannya.... Hukum<br />

bukanlah terletak di tangan siapa saja dan semua orang, hukum berada di tangan penegak<br />

hukum.” 126 Mohammad Nazar, Wakil Gubernur Aceh, sependapat; ia mengatakan bahwa ia<br />

menentang penegakan hukum yang main sendiri, dan menurutnya bukan ini yang<br />

dimaksudkan oleh Islam. Ia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen bahwa<br />

penegakan hukum dilakukan oleh otoritas formal, dalam kasus ini misalnya WH. 127<br />

Penetapan Jam Malam yang Sewenang-wenang<br />

Beberapa warga Aceh yang kami temui mengatakan bahwa desa mereka telah secara informal<br />

memberlakukan jam malam, menetapkan jam batas dimana jika laki-laki dan perempuan yang<br />

tidak memiliki hubungan darah atau perkawinan ditemukan berduaan, mereka akan secara<br />

otomatis dianggap melanggar hukum dan diperlakukan seakan mereka telah melakukan<br />

hubungan seksual, walaupun tidak ada bukti tambahan yang mendukung tuduhan ini.<br />

Bustami mengatakan kepada kami bahwa di daerahnya, dianggap bukti “perzinahan” yang<br />

tak terbantahkan jika seorang lelaki dan perempuan yang tidak saling terikat pernikahan<br />

atau hubungan darah berada di dalam rumah salah satu dari mereka setelah pukul 10<br />

malam. Bustami mengatakan bahwa peraturan ini berguna. Ia mengatakan, “Kami<br />

mempunyai standar jadi mudah bagi kami menangkap orang yang melanggarnya.” 128 Dia<br />

menceritakan sebuah kasus yang terjadi pada bulan Desember 2009 dimana dia beserta<br />

beberapa orang lain ditugaskan untuk mengawasi dan menerapkan standar tersebut<br />

124 Wawancara Human Rights Watch dengan Mohammad Nazar, Wakil Gubernur Aceh, Banda Aceh, 18 Mei 2010.<br />

125<br />

Ibid.<br />

126<br />

Wawancara Human Rights Watch dengan Yusni Sabi, Banda Aceh, 18 Mei 2010.<br />

127 Wawancara Human Rights Watch dengan Mohammad Nazar, Wakil Gubernur Aceh, Banda Aceh, 18 Mei 2010.<br />

128 Wawancara Human Rights Watch dengan “Bustami,” Banda Aceh, 17 Mei 2010.<br />

53 Human Rights Watch | Desember 2010

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!